Love=Romantic? Passion? Or Intimacy? (Danny Kojima)

All right, from now on, I will talk in English only for some knowledge that I want to share. For my novel, it will still in Bahasa.

Everybody know what love is. Everybody love what love is. I mean, who don’t love the love?? Some of us love someone…just because we love them. That is the simplest reason. Other than that, anyone can love someone because of money they have, or want to having sex, or pretty face, or many other reason. But when someone truly love another one, they just love the other because they love the other.

So…what is actually love? Well, there are so many theories about love that everyone talk about even in Psychology. I will not tell each of it, but I will tell one of the theory that everyone also know. According to John Alan Lee, there are 6 type of love:
      (1)  eros—romantic love;
      (2)  ludus—game-playing love;
      (3)  storge—quiet,calm love;
      (4)  mania—crazy love;
      (5)  pragma—practical love; and
      (6)  agape—selfless love.

With all of these type of love, we can combine it into 3 major type of love:
      (1)  Romantic Love à there is a sense of ecstasy and anxiety, about physical attraction and sexual desire
      (2)  Passionate Love à only about sexual attraction
      (3)  Companionate Love à where love will grow with the intimacy and attachment.

We now know 3 major type of love, but…which is the real love?? Is it only romantic? Or maybe only passion? Or it’s only about companion—intimacy???

Before we go there, let us see how marriage is. Why marriage? Because marriage is the simplest example for us to know what love is. Everyone marry because they’re love each other. The question is…which love?? As we can see nowadays, there are so many couple who get divorce. Because of what, because they don’t fit with each other, because their partner is like a jerk, because…they don’t LOVE anymore. It will look interesting when we look back how our parents, or maybe grandparents can still be together even they have a very big problems in their lives. What is actually they have that we don’t have right now?

In the past, people get married only for the economic union between parents. So it’s like, “I like your daughter/son, we should get united so that our economy would be bigger. Let us engage our kids so we can be siblings and have more money.” Seems weird, but yeah, this is what actually happened in the past. So they arrange the marriage and so there come husband and wife and they become sibling by blood. Maybe in the west, they’re not doing this anymore, but in the east, some of us still do this kind of marriage. You can see this in Japan where some Yakuzas want to arrange a good relationship with another family. When it comes into kingdom, almost all of the kings also did it to have a good relationship with another kingdom.

The question is, why we need to know about it? The most interesting part is that, even they have their marriage arranged, only a little, I mean very little they have a divorce. Even they had problems, they don’t easily divorce because of things: (1) Husband and wife have enough with what they have, it’s good to be alive for them; (2) There is also financial dependency for wives. They only can get money from their husband; (3) Even there is no commitment with each partner, they have commitment for their children.

It is very different from nowadays marriage that so many of us choose to divorce only because one simple thing. Husband an wife can get divorce only because they fighting with something very simple, is my husband/wife can clean up the dishes or not. Yup, some of them fight because of this simple thing and can get divorce. How ironic is it?

So back to the beginning, what is love? As we already see the example from the past and nowadays, we can conclude that love need commitment and intimacy. Indeed we humans need sex, but that’s normal in marriage. At the first day of our marriage, we want to go to the bed quickly and want to having sex, that’s okay, it’s fine, it’s human nature. We look at our wives and husband, oh, how beautiful he or she is. But remember this, face can change through time, so you can’t have beautiful face forever. When you grown old, your face will have wrinkles, and soon, your beautiful face will disappear. So how can you still love your partner when you see an old man or woman next to you? Intimacy is needed.

Passion for sex and romantic is needed at the first time you married. But when time goes by, the passion and the romantic-ness will disappear, while you growing intimacy to your partners.

So what is Love? Love is like a tree that will grow if you plant it in the ‘intimacy’ soil, and you give the ‘passion and romance’ manure so they will grow rapidly. The roots of the tree, will stuck inside the ‘intimacy’ soil and it will grow until it fruitfull.

“You wives, be in subjection to [your] husbands, as it is becoming in [the] Lord. You husbands, keep on loving [your] wives and do not be bitterly angry with them”
Colossians 3:18,19

Immature love says: 'I love you because I need you.' Mature love says 'I need you because I love you.'
Erich Fromm

25 Agustus 2013

Cinta? (Novi)

Cinta..
Kata ini selalu terlintas dalam kehidupan kita sejak kita masih dikandungan ibu. Kata cinta sering diucapkan saat kita masih kecil seperti "aku cinta ibu, aku cinta ayah, aku cinta keluargaku". Cinta bisa tumbuh di mana saja dan kapan saja. Bahkan iklan pun menggunakan kata "cinta" untuk mempromosikan produknya.

Cinta itu tumbuh sendiri dari pribadi setiap insan. Cinta itu timbul akibat kelekatan hubungan seseorang dengan orang lain. Namun, apakah kita tahu apa arti cinta?
Cinta tidak dapat didefinisikan secara detail karena cinta tidak memiliki ruang dan waktu. cintapun juga tidak memiliki rumus.

Seringkali dalam dunia  remaja menggunakan kata "cinta" untuk menembak pujaan hatinya. Bukan hanya laki-laki saja, namun perempuan pun seringkali mengatakan cinta kepada pujaan hatinya. Cinta bisa mengubah segalanya. Mulai dari malas menjadi rajin akibat pujaan hatinya hingga dapat menentang orangtua karena ingin bertemu pujaannya. Sedasyatkah datangnya cinta yang hadir dalam kehidupan setiap insan?

Sering kita mendengar kata "katanya cinta sama aku, beliin aku berlian dong sayang?" atau parahnya lagi "kalau kamu cinta aku, mari kita melakukan hubungan seksual". Kata-kata tersebut mungkin gurauan dalam menjalin sebuah hubungan, namun bagaimana jika perkataan tersebut berubah menjadi perkataan serius?

Banyak sekali manusia mencari dan mengejar cintanya dengan beribu cara, taktik dan alasan agar pujaannya dapat ia miliki. Namun, jika melakukan pujaan kita dan memperlakukan pujaan kita sampai diluar batas normal seperti memukul pujaan kita, melakukan hubungan seksual sebagai bukti cinta, apakah hubungan tersebut masih bisa dikatakan dengan sebutan "cinta"?

Setiap insan di muka bumi ini tidak dilarang untuk memiliki cinta, namun kiranya cinta itu bukan cinta yang kosong, cinta sesaat atau cinta akan seksual. Cinta yang baik adalah cinta yang tumbuh berdasarkan iman dan dirawat berdasarkan kasih sayang, pengertian, saling menghormati satu dengan yang lain, berkomiten dan saling menjaga satu dengan yang lain. Cinta yang murni adalah cinta yang memberi tanpa mengharapkan imbalan, sama seperti ibu kita mencintai kita tanpa mengharapkan balas jasa.


Kata Cu Pat Kai "Beginilah cinta, dari dulu deritanya tiada akhir". Jika kamu tidak ingin menderita dengan cintamu, jangan melakukan hal yang bodoh dalam menjalin sebuah hubungan. Banyak yang berkata hidup tanpa cinta adalah mati, suram, dsb. Begitupun dengan cinta, cinta bisa mati, cinta bisa datang dan pergi seiring dengan waktu, namun jika kita merawat cinta itu dengan komitmen dan hal-hal yang positif, semua itu akan berjalan seindah seiring dengan bergulirnya waktu sama seperti halnya Tuhan mencintai anak-anakNya yang mengasihi Dia.

25 Agustus 2013

Hidup itu Nyata, Cinta itu Realita…(Kusbandiyah Chandrawati)

Love…

Semua orang pasti tahu apa itu love. Ya… Mungkin semua orang tahu, tapi belum tentu mereka paham apa arti love yang sebenarnya. Apakah love itu hanya sekedar lambang berbentuk hati berwarna merah?

Hmm… Mungkin kebanyakan orang menggambarkan kata love hanya semudah itu. Tapi sebenarnya apa sih itu love? Kenapa banyak sekali orang yang mengagung-agungkan kata itu? Bahkan tidak sedikit orang yang rela melakukan apa saja demi mendapatkan kata love dari seseorang…

Mungkin bagi beberapa orang, love (cinta) itu segalanya. Ya…  Tentunya memang akan menjadi hal yang paling membahagiakan jika kita mengetahui bahwa ada orang yang sangat mencintai kita.  Tapi, bukan berarti kita harus buta karena cinta kan...? Jangan sampai kita menjadi orang bodoh yang rela memberikan apa saja demi cinta. Khususnya pada kaum hawa…

Tidak sedikit wanita yang rela memberikan apa saja kepada orang yang katanya… pacarnya (hanya pacarnya lho…), bahkan rela memberikan “tubuh”-nya hanya demi kata “cinta” dari sang pacar. Ingatlah bahwa pacar belum tentu akan menjadi suami-mu di kemudian hari. So… sebagai wanita janganlah terlalu bodoh dengan semudah itu memberikan “tubuh”-mu kepada sang pacar hanya karena janji akan dinikahi… Janji sekedar janji, belum tentu akan menjadi kenyataan.

Tidak sedikit juga, pria yang meminta keperawanan sang pacar sebagai bukti cinta. Tentunya, pria akan dengan mudah mengumbar kata cinta demi mendapatkan kepuasan bagi dirinya sendiri. Ingatlah bahwa cinta itu tidak perlu pembuktian! Karena cinta sejati bukanlah untuk dibuktikan melainkan untuk dirasakan. Cinta sejati datang dari hati, bukan hanya sekedar ketertarikan fisik saja.

Kita boleh menentukan pilihan sebagai kriteria pasangan kita, tapi ingatlah bahwa “nobody is perfect ”. Tidak ada satupun orang yang sempurna, orang yang rupawan belum tentu cendekiawan, yang cendekiawan belum tentu hartawan, dan orang yang hartawan belum tentu rupawan. Oleh sebab itu, pilihlah pasangan berdasarkan hatinya, sebab hal lain diluarnya hanya merupakan kelebihan dari masing-masing orang. Bahkan terkadang orang yang telah sesuai dengan kriteria kita saja belum tentu menjadi pasangan kita, yang pacaran bisa putus, yang menikah juga bisa cerai. Maka, janganlah menilai orang hanya sekedar fisiknya saja, melainkan lihatlah jauh ke dalam hatinya. Cinta sejati akan muncul saat kita bisa melihat hal positif dari dalam dirinya.


Kita ini hidup di dunia nyata. Bukan di dunia dongeng di mana sang pangeran rupawan bertemu dengan putri idaman yang akan menjadi pasangannya seumur hidup. Jika pada akhir dongeng hampir selalu dikisahkan bahwa “they live happily ever after.”, tapi belum tentu hal tersebut sama dengan kehidupan nyata kita. Bermimpi itu boleh… tapi jangan juga terlalu larut dalam mimpi indah. Hidup ini nyata…. Dan cinta itu realita… Jadi, belum tentu orang yang menjadi pacarmu akan menjadi pasanganmu di kemudian hari.

Jangankan pacar, orang yang sudah menikah saja bisa bercerai. Apalagi yang hanya berpacaran... Kita boleh menggunakan hati untuk memilih pasangan tapi tetap harus menggunakan otak dalam menjalankannya. Kita mungkin bisa melakukan suatu hal tanpa rasa cinta, tapi jika benar cinta tentu kita akan melakukan “sesuatu” untuknya, dan tentunya “sesuatu” tersebut adalah hal positif yang membangun, bukan sebaliknya yang akan menjerumuskannya. Jangan sia-siakan suatu hal berharga hanya demi cinta di awalnya saja.

25 Agustus 2013

Let's Talk About Love (Meylisa Permata Sari)

Haloo.. Setelah liburan semester yang cukup (ga juga sih) panjang, saya mulai mengikut perkuliahan seperti biasa. Pada semester ini, saya kembali menemui Ibu Henny dan Ci Tasya tapi di mata kuliah yang berbeda, yaitu kelas Perilaku Seksual. Bagi teman-teman yang belum tahu, di kelas ini, Ibu Henny tidak mengajarkan bagaimana cara melakukan perilaku seksual itu, namun untuk memahami perilaku seksual dari teori-teori yang ada, beserta dengan masalah-masalah perilaku seksual yang biasa terjadi pada masyarakat.

Pada pertemuan yang pertama, kelas ini menerangkan mengenai cinta. Jika Anda ditanya mengenai apa itu cinta, dapatkah Anda menjawabnya? Jika pun iya, apakah jawaban Anda sama dengan teman Anda yang lainnya?

Seringkali kita berbicara mengenai cinta, namun kita sendiri masih bingung dengan apa itu yang dinamakan sebagai cinta. Ada yang mengatakan bahwa misteri tentang cinta merupakan daya tarik dari cinta itu.

Saya ingin bertanya, Anda tidak serta merta bertemu banyak orang lalu mencintai orang-orang tersebut bukan? Bagaimana pada akhirnya “dia” menjadi orang yang kita pilih sebagai orang yang kita cintai? Ada banyak teori yang mencoba untuk menjelaskan bagaimana cinta dapat terjadi. Ada teori yang mengatakan bahwa setiap manusia memiliki pheromones, dan secara tidak langsung, kita “mengendus” pheromones orang lain. Jika pheromones itu sesuai dengan selera kita, maka perasaan cinta itu terbentuk. Ada lagi teori lain yang menyatakan bahwa perasaan cinta itu terbentuk dari kebutuhan kita untuk dilindungi dari ancaman, menjaga anak kita dan dari dorongan seksual. Ada lagi yang mengatakan bahwa kita mencintai seseorang karena kita BERPIKIR bahwa kita mencintai orang tersebut. Ada banyak lagi teori lain yang mencoba menjelaskan bagaimana pada akhirnya kita dapat mencintai seseorang, namun apakah hal itu benar-benar menjelaskan keadaan yang sesungguhnya dari cinta tersebut? Mungkin, itulah salah satu misteri cinta.

Cinta, cinta, cinta. Kita sering menemukan film-film ataupun cerita yang menceritakan kisah cinta. Siapa yang tidak tahu kisah Cinderella? Sejak kecil, saya sering menemukan kisah ini, tidak hanya dari bacaan, namun dari filmnya juga. Bagaimana Sang Pangeran bertemu dengan Cinderella lalu mereka hidup bahagia selama-lamanya. Saat masih kecil saya suka sekali dengan cerita ini, namun kenyataan menunjukkan sebaliknya. Coba saja Cinderella itu bukan gadis yang jelita. Bagaimana jika Cinderella itu ternyata pendek, hidung pesek, rambut bercabang. Apakah Pangeran tetap ingin dengan Cinderella? Bagaimana jika ternyata kerajaan Pangeran berperang dan kalah sehingga mereka jatuh miskin, akankah mereka tetap “Live happily ever after?”. Berkhayal itu boleh, tapi tetap saja kita harus melihat realita yang ada.

Atau jangan-jangan, karena terlalu banyak melihat bagaimana cinta di dunia fiksi, kita menganut konsep cinta itu ke dunia nyata, bahwa pasangan kita harus seperti pangeran. Datang itu harus pakai mobil mewah (pengganti kuda putih), bawa bunga, dsb. Kalau tidak seperti itu marah-marah ke pasangan. Katanya tidak ada usaha lah untuk membangun hubungan.

Dalam membangun hubungan itu memang membutuhkan usaha. Jika tidak ada usaha, maka hubungan itu bisa hancur. Namun, saya ingin berbagi pengalaman tentang pembicaraan saya dan sepupu saya mengenai usaha.

Ada suatu hari di mana saya mengeluh kepada sepupu saya mengenai pasangan. “Kok dia ga perhatian ya? Ga ini ga itu?”

Sepupu saya bertanya, “dia telepon ga? Ngapel ga ke rumah kamu?”

“Iya ko”

“Itu mah namanya pasangan masih berusaha untuk berhubungan.”

“Lah, bukankah itu memang hal yang seharusnya dilakukan pasangan untuk saya?”

Sepupu saya berkata, “Coba kamu pikir ya Mel, untuk dateng ke rumah kamu, itu butuh usaha. Waktu, uang, bensin, belum lagi kalau lagi panas. Mungkin menurut kamu itu hal yang wajar untuk dilakukan, tapi itu usaha bukan?”

Dari percakapan saya dengan sepupu saya, saya belajar bahwa sering kali kita merasa bahwa apa yang pasangan lakukan untuk kita adalah hal yang seharusnya dilakukan, seperti istri membuatkan kopi untuk suami, atau suami membetulkan listrik yang rusak, namun kita lupa bahwa untuk melakukan hal tersebut, itu butuh usaha. Mungkin kita harus merenung dan bertanya pada diri kita sendiri, apakah mungkin kita yang tidak menyadari usaha pasangan kita? Dan hanya berfokus pada ekspektasi kita?

Mungkin saja kisah cinta yang kita jalani tidak seperti di kisah dongeng, namun kita dapat membuat kisah cinta yang indah menurut versi kita sendiri bukan? Mungkin pasangan kita tidak sempurna, namun bukankah ia juga menerima kita dalam ketidaksempurnaan kita?

Semoga artikel ini bisa menjadi pencerahan bagi orang-orang yang sedang menjalani kisah cintanya, dan juga referensi bagi orang yang akan membentuk kisah cintanya suatu saat nanti..

1 Corinthians 13:4-8 (New International Version)

“Love is patient, love is kind. It does not envy, it does not boast, it is not proud. It does not dishonor others, it is not self-seeking, it is not easily angered, it keeps no record of wrongs. Love does not delight in evil but rejoices with the truth. It always protects, always trusts, always hopes, always perseveres. Love never fails. But where there are prophecies, they will cease; where there are tongues, they will be stilled; where there is knowledge, it will pass away.”

 24 Agustus 2013

Love and Intimacy (Patricia Gloria)

 Pada pertemuan pertama mata kuliah Perilaku Seksual hari kamis tanggal 22 Agustus 2013, saya belajar mengenai Love dan Intimacy. Dimana dijelaskan bahwa ada beberapa tipe-tipe dari cinta yaitu romantic love, passionate love, companionate love. Romantic love  belajar tentang bagaimana seseorang mencintai karena patner atau pasangannya adalah yang ia idolakan dan menjadi sebuah kembangaan. Passionate love belajar mengenai cinta yang memiliki hasrat seseorang atau gairah seseorang akan ketertarikan seksual. Sedangkan Companionate love  merupakan tipe cinta yang mendalam dimana romantic love semakin dikembangkan dan menjalin adanya sebuah hubungan yang didasari oleh sebuah komitmen.
     Saya juga belajar juga mengenai tipe cinta yang diuraikan oleh seorang tokoh yang bernama John Alan, dimana ia membagi tipe cinta kedalam 6 bagian yaitu, eros, ludus, storage, mania, pragma dan agape. Menurut saya dari keenam tipe cinta tersebut cinta agape merupakan cinta yang tulus dan yang tidak bersyarat yang dapat menumbuhkan sebuah komitmen seseorang dalam berhubungan satu sama lain.
     Selain itu ada beberapa teori yang lebih menjelaskan kembali mengenai cinta. Pertama, behavioral reinforcement  theories  yang mengatakan bahwa ketika kita bisa mencintai seseorang karena ada hal yang positif yang ada dalam diri seseorang. Cognitive theories  mengatakah bahwa kita mencintai maka kita akan berpikir kita cinta. Physiological aural theories merupakan bentukan fisologis dari seseorang. Evolutionary perspective love yang mengatakan bahwa kita cinta karena adanya kebutuhan untuk dilindungi dan melindungi, setiap orang butuh dicintai, butuh juga untuk hasrat seksual. Biological theories merupakan sebuah cinta yang ada karena kita memiliki pheromones dalam tubuh .
     Seorang remaja biasanya lebih memilki cinta romantik. Suatu hubungan yang intim dan yang menimbulkan sebuah cinta perlu adanya usaha. Karena jika tanpa adanya usaha tidak akan mebuahkan hasil apa-apa. Contohnya dalam mencari ikan, sangat dibutuhkan usaha agar mendapat seekor ikan, begitu pula dalam sebuah hubungan. Contoh lain ketika kita memiliki kebun bunga yang tidak disiram maka bunga itu akan lau dan mati, tetapi bunga akan tetap hidup karena disiram dan dirawat. Dalam sebuah hubungan ada yang disebut juga dengan kecemburuan. Cemburu merupakan suatu sikap kecemasan pada diri seseorang takut akan kehilangan atau tidak sikap tidak percaya. Sikap tersebut dapat merugikan diri sendiri dan orang lain yang juga sedang membangun hubungan dengan kita. Sika posesif lebih parah dari pada cemburu karena sikap posesif merupakan sikap dimana seseorang sangat mengingininya tetapi tidak boleh diberikan kepada orang lain. Ada rasa memiliki seutuhnya membuat seseorang menjadi lebih egois terhadap miliknya. Oleh karena itu seimbangkan antara kehidupan dalam sebuah cinta dan keintiman.

23 Agustus 2013

Love and Intimacy (Handayani)

Pasti sering kan liat orang-orang yang berpasangan atau berpacaran ? Entah di sekolah, kampus, pinggir danau, atau tempat-tempat lainnya.. Pertanyaannya adalah .... *jeng jeng jeng jeng* kapan anda berhenti menjadi jomblo ngenes ? Hahaha.. Ya bukan itu lah pertanyaannya.. :p

Pernahkah anda berpikir, mengapa orang-orang berpacaran? Apa yang menjadi dasar mereka berpacaran? Mengapa ada kata putus, bercerai, pernikahan dan sebagainya?

Hari ini saya belajar mengenai cinta dan intimnya sebuah hubungan di kelas Perilaku Seksual pertemuan pertama. Banyak jenis-jenis cinta, salah duanya yang saya ingat, romantic love dan companionate love. Nah, banyakan orang maunya dan jalaninnya romatic love, yang sayang-sayangan lah, itu loh yang suka pukul-pukul manja pasangannya. Romantic love memiliki dorongan seksual  juga tentunya. Sedangkan companionate love, itu bukan cinta biasa (eaa, kaya judul film aje yak), companionate love itu lebih menunjukkan ke rasa sayang yang tulus, bukan cuma sekedar dorongan seksual. Lebih care dan berkomitmen sama pasangannya. :) Nah, hidup harus realistis, ga bisa hidup cuma makan cinta atau ngikutin Cinderella yang Happy Ever After, emang ente tau kelanjutan Cinderella season 2 ? Hidup ga selalu romantis bro, tapi ga berarti bau amis  juga ya. :D

Menurut Stenberg, ada 3 fondasi cinta yang biasa disebut "Triangle Love". Apa aje penonton? Yak ! Betul sekali, ada komitmen, passion, dan intimacy. Idealnya ya dalam berpasangan memiliki 3 hal tsb. Tapi jarang kan yang bener-bener ideal? Jangankan 3 hal tsb, dari fisik aja ada yang ganteng tapi bego, ada yang bego tapi kaya. Namanya hidup, nothing is perfect, except God, right ?

Nah, kenapa sih anak jaman sekarang beda sama orang dulu, kalo sekarang banyakan putus nyambung, nikah cerai ? udah gitu gampang banget lagi ngomongnya, kaya ga diayak dulu. (terigu kali ye diayak -_-) hahaha..

Orang-orang jaman dulu itu komitmen banget sama pernikahannya. Yah, walaupun ga cinta, tapi cinta bisa tumbuh seiring berjalannya waktu (suit suit). Dan orang jaman dulu, ga banyak nuntut bro. Orang-orangnya nerimo, cara hidupnya lebih sederhana, ga kaya sekarang yang lenje, manja, banyak maunya, punya cowo tajir lah yang kemana-mana bawa ferari. Apa kabar kalo itu cowo inget bawa mobil, tapi ga inget bawa dompet ? Batal dibayarin makan kan lu ? Hahaha..

Udah gitu, sekarang udah emansipasi wanita boy, kadang pendapatan cewe lebih gede daripada lakinya. Mending kalo cewenya baik hati, rajin menabung, dan suka menolong ? Kalo balik nginjek lakinya ? Atau lakinya ngerasa rendah diri karena penghasilannya lebih rendah ? Itu bisa menimbulkan kekerasan dalam rumah tangga loh temen-temen. Entah istrinya dipalak suaminya atau suaminya depresi gara-gara kalah penghasilan.

Jadi untuk mempertahankan hubungan tuh harus gimana sih sebenernya ? Gampang aja kok, Cinta itu butuh USAHA. Ngomong ga segampang praktek ya hehe.. Ga bisa deh yang instan atau ga dijaga. Mulai dari lu suka, lanjut berkomitmen, tunangan, nikah, sampe tua (amin), kalo ga dijalanin pake usaha ya ga bisa awet. Sekarang lu pacaran sama cewe cantik atau ganteng, ntar kalo udah nikah, ketauan kalo suami lu jorok, buang sampah dimana-mana, trus langsung cerai ? Trus kalo udah tua, tangan udah mulai gemeteran, makan aja berantakan, kulit udah keriput sana-sini, masih niat cerai juga ?

Balik lagi ke 3 fondasi tadi, pasangan yang sudah tua, umumnya udah ga pusing deh soal intimacy, yang menguatkan mereka adalah komitmen. Itulah kenapa kita masih bisa liat kakek nenek yang berjalan beriringan sampai sekarang.

Dan kenapa sih kita bisa suka dengan orang lain? Secara biologis ada yang namanya pheromone/feromon dalam tubuh kita, jadi feromon itu menimbulkan sinyal yang dihasilkan dari neurotransmitter dan otak, yang bikin kita suka sama seseorang. Oleh karena itulah kita ga suka sama semua orang.

Kalo udah suka, biasanya tumbuhlah kasih sayang. Kenapa sih kita berbagi kasih dengan orang lain ? Secara emosional, kalo kita pernah disayang, dipedulikan, dicintai, tau kalo dicintai itu nyaman, ketika ada orang yang perhatian dengan kita, maka kita akan mencoba untuk berbagi kasih sayang pada orang lain. Lain cerita kalo dari kecil, kekurangan kasih sayang dan feeling insecure attachment dari caregivernya. Boro-boro peduli sama lingkungan, peduli sama temen aja belom tentu.

Jadi, sudahkah Anda memberi kasih sayang yang tulus pada orang yang Anda sayangi dan menyayangi Anda ?

Anda bisa melakukan sesuatu tanpa cinta, tapi apabila anda cinta tentu Anda bisa melakukan sesuatu - Ibu Henny Wirawan

Semoga bermanfaat :)

23 Agustus 2013