Hindari Makan Junk Food saat Hamil! (Venty Nathalia)

     Saat ini, anak yang mengalami kebutuhan khusus jumlahnya terus meningkat. Apa penyebabnya? Sebagian besar orang awam hanya mengetahui bahwa hal tersebut disebabkan oleh penyakit keturunan atau gen bawaan dari salah satu orang tuanya. Faktanya, anak yang mengalami kebutuhan khusus bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah dikarenakan calon ibu mengkonsumsi junk food pada saat hamil.

Sebuah studi menyatakan bahwa terdapat hubungan antara makanan yang dikonsumsi ibu hamil dengan perilaku anak dikemudian hari. Asupan nutrisi pada tahap awal kehidupan, termasuk pada janin, berkaitan dengan kesehatan mental dan fisik anak dikemudian hari. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika generasi penerus saat ini banyak yang mengalami kebutuhan khusus. Sebuah fenomena di sekitar kita yang cukup memperihatinkan dan terus akan lebih memperihatinkan apabila saat ini calon ibu kurang memiliki kesadaran untuk tidak mengkonsumsi junk food.

Tidak dapat dipungkiri, junk food dikenal oleh masyarakat Indonesia memiliki cita rasa yang lezat dan termasuk dalam makanan kelas atas. Stereotype itu secara tidak langsung berpengaruh pada meningkatnya konsumsi junk food di Indonesia. Khususnya untuk para ibu yang akan melahirkan generasi penerus, diharapkan untuk tidak mengkonsumsi junk food. Senikmat apapun junk food, percayalah bahwa makanan tersebut hanya memberikan dampak negatif pada anak yang akan dilahirkan kelak.

Masa depan anak menjadi korban, seumur hidupnya anak akan menderita. Mereka tidak bisa tumbuh dan berkembang seperti anak-anak pada umumnya. Mereka tidak bisa bersosialisasi dengan baik dengan lingkungannya, bahkan pola makan yang dikonsumsi juga harus benar-benar dijaga.

Ayo! Para calon ibu hendaknya berlomba-lomba untuk melahirkan generasi penerus yang berkualitas. Dengan generasi penerus yang berkualitas, sama halnya dengan meningkatkan kesejahteraan manusia di bumi ini.

31 Agustus 2013

Psikologi Perkembangan Perempuan (Kartika Ekananda)

     Disaat remaja pasti seseorang mengalami perubahan fisik. Salah satunya adalah remaja perempuan yg akan dibahas. Perubahaan seksual primer pada perempuan muncul terlihat dari sistem reproduksinya yg sudah mulai mematang, contoh sudah mulai mengalami mestruasi atau peleburan sel telur yg tidak dibuahi. Lalu ada juga perubahan seksual sekunder yaitu payudara mulai membesar, adanya bulu diketiak, bulu disekitar alat kelamin (pubic hair), pinggul mulai membentuk, relevation of the nipples, dll.
     Usia yg pas untuk hamil dan melahirkan adalah minimal usia 23 tahun, karena jika hamil sebelum memasuki umur 23 tahun seorang perempuan akan mengalami kekurangan kalsium. Karena saat seseorang hamil, bayi yg ada pada kandungannya akan menyerap kalsium yg dikonsumsi dari ibunya. Dan pada usia sebelum 23 tahun tubuh manusia sangat membutuhkan kalsium untuk memenuhi kebutuhan yang harus dipenuhi dalam tubuhnya.
     Lalu ada Risk-taking behavior, banyak remaja saat ini yang memilih untuk melakukan sesuatu yg mengambil resiko contoh nya seperti mencoba memakai obat obatan terlarang, free seks, membolos, kabur dari rumah, dan merokok. Padahal disemua perlakuan tersebut tidak ada satupun yg bermanfaat malah perlakuan tersebut dapat membahayakan diri meteka sendiri. Contohnya kalau seorang perempuan merokok akan merusak fungsi reproduksinya, menghasilkan kualitas sel telur yg buruk, gajadi jadi hamil, dan anak bisa menjadi cacat fisik liar maupun fisik dalam. Lalu jika seorang perempuan melakukan free seks maka akan lebih rentan terkena penyakit menular seksual, penyakit tersebut tidak akan dapat disembuhkan secara permanen.
     Maka dari itu, Good health and Less Risk-taking behavior��

30 Agustus 2013

Which one better: Heterosexual, Homosexual, or Bisexual?? (Theresia Syanli Octavia)

Human, in biologicaly, is supposed to be a heterosexual who likes another person from another sex. Like male fall in love  to women and vice versa. However, there are some of us who don't like the opposite sex. We called it homosexual.

Homosexual is divided into gay and lesbian. Which is gay is like with same men and lesbian with the same women. Now, some of the country already accept the marriage between the homosexuals. Some of us think that as a really nasty thing, but now we need to accept them as a whole. Why? Well, they're also human right, so we need to accept them as they already choose it. Even in psychology, we need to accept everyone as our client no matter if they were homosexual or heterosexual.

For homosexual, they often become homosexual because of some traumatic even. What kind of traumatic even? It's because one of their relatives maybe have sexual abused to them and their relatives is the same sex. Usually their uncle who do it to their nephew. For women, they become lesbian because they're hate men and want to be with women because women care about them.




A couple of lesbian get married in Tokyo Disney Resort. This couple wear the same white dress like a fairy tale even there is a term that one of them have to wear a men suit.

"My beloved Hiroko and I wear that wedding dress and having a mini parade in Disney Sea, which is also a place that I like," said Koyuki Higashi, 28, on Twitter. 

"I'm very happy!" she said.


Now, about the bisexuals, they like men also women. So for them, every sexual relationship is fine. The reason for them doing this is actually simple, they don't satisfied for they're sexual life. So for having more thrilled in their sexual life, they try to add another seasoning for their sexual life. Or it can be because of they're actually homosexual, but want to have kids, so they got married with another sex and having kids.

Okay, that sum up about the heterosexual, homosexual, and bisexual. But maybe you ask, "What about the person who is love to the same sex, not because of traumatize event from their past, but because they like the same sex from born?". Now you said about genetically they're already homosexual. Can it be like that?

For men, they can be more like women because of their hormones. You know about testosterone and progesterone? Well, testosterone is hormone to become more masculine, while progesterone is hormone to become more feminine. Everyone have these hormones and it depends what will develop more. So if a man have more progesterone that testosterone, they become more feminine, while women who have more testosterone will become more masculine.

Can these hormone make them become gay or lesbian? No. At first when men more feminine, maybe their parents incidentally make them become more and more feminine. And until some point, they become a gay and not heterosexual.

But then, which one is better? Well, we are made for being men and women who complete each other. So we need to take care of each other. And that means we are not made as a homosexual. But what about bisexual? Bisexual still with women. Is it so? Bisexual can be because of they're actually homosexual, but want to have a child so they married with another sex. So we need to see through the background and look at what is wrong with them

Whatever they are, whoever they are, they're still human and we need to respect and care with them as a human being not another creature. Even sometimes those who is heterosexual is don't have any norm as a human rather than homosexual.

We're human, we still need each other. No matter what they are, we have to talk with them as a human.


5 September 2013

Ing hubungan sehat ana apik komunikasi (Indri Kusumawati)

”ing hubungan sehat ana apik komunikasi”  hm.. sebagian mungkin bertanya-tanya apa arti judul dalam tulisan ini, atau mungkin sebagian sudah mengerti apa arti dari judul tersebut. Baiklah, arti dari judul ini sendiri adalah “dalam hubungan yang sehat terdapat komunikasi yang baik” . Terinspirasi dari sebuah slogan berbahasa latin jadi terbersit keinginan membuat sebuah slogan, tapi bukan dengan bahasa dari negeri lain melainkan menggunakan bahasa dari negeri sendiri (tepatnya bahasa jawa…:D).
Dalam menjalin sebuah relasi sangat diperlukan komunikasi baik verbal maupun nonverbal. Kalo kemampuan komunikasi kita bagus ngga menutup kemungkinan relasi/hubungan yang kita jalin bisa bertahan dan punya unsur-unsur happy dan kepuasan didalamnya. Senang ya kalo hubungan kita dengan pasangan bisa happy terus… (oke lanjut lagi… hehehe) Tapi gimana cara kita buat bisa jalin komunikasi yang baik sama pasangan? Perlu di ingat wanita itu punya tipe komunikasi raport talk dimana mereka cenderung berkomunikasi untuk saling mendukung, menjalin keakraban, dan juga mengungkapkan emosi diri. Nah, untuk para pria mereka cenderung memiliki tipe komunikasi report talk yang lebih sering membahas sebuah perkembangan dan mengandung banyak kata-kata slang… so, kita jadi tahu bagaimana  style pria dan wanita dalam berkomunikasi sehingga bisa mengurangi sedikit kesalahpahaman dalam berkomunikasi.
Satu lagi, perempuan ternyata lebih senang berkomunikasi online (eg: bbm, line dll). Misalnya nih marah sama pacar lewat bbm… pesan dikirim membabi buta tanpa jeda ditambah dengan update status bbm yang super galak. Nah ini nih salah satu cara yang ngga sehat dalam berhubungan dan berkomunikasi. Ngga ada salahnya untuk bertemu secara langsung dan ungkapin semua keluh kesah gundah gulana hatimu padanya. Beranikan diri untuk bicarain kebutuhan masing-masing dalam hubungan, kalo ngerasa takut ada yang tersakiti berarti masih ada rasa insecure dalam diri kita dan itu menunjukkan relasi yang ngga kuat diantara kamu dan dia (tapi inget mengkomunikasikannya juga harus dengan sopan, jangan bawa segala marga satwa yang ada di ragunan… ;D)
“tapi buat apa capek-capek ketemu dan udah ngomong panjang lebar tapi ngga didengerin..?” Friends, itu ngga akan terjadi kalo kita ngomong disuasana yang nyaman dengan pasangan kalo ngomongnya di tengah konser heavy metal ya jelas ngga akan didengar.. haha. Terus, jangan terlalu banyak ngomong (overload) kasih jeda sedikit ngga ada salahnya kan?. Jangan selfish ngomongin tentang diri sendiri terus dan yang terakhir jangan hobi cerita yang lompat-lompat kayak kodok… habis ngomongin topik A lompat ke topik B tp ngga ada hubungannya sama sekali! Hal ini akan buat orang enggan mendengar apa yang kita katakan dan pada akhirnya bisa menimbulkan konflik.
image
Menyampaikan kritikan juga dirasa perlu dalam sebuah hubungan untuk bisa dipakai sebagai refleksi diri, tapi jangan terlalu banyak memberikan kritik yang ngga perlu karena akan berdampak negatif sama hubungan kita. Kita yang menerima kritikan juga mesti bisa menerima dengan baik tiap kritik yang diberi, tapi kalo dirasa kritikannya keterlaluan atau berlebihan back to basic ya komunikasikanlah secara wajar dengan pasangan. Intinya komunikasi itu aspek yang paling penting dalam sebuah hubungan yang sehat. Bukan hanya hubungan yang sehat dengan pasangan tetapi juga dengan orang yang berada di sekitar kita ;)

5 September 2013

The Importance of Communication (Celviana)

     Pada pertemuan minggu ini, kelas perilaku seksual membahas tentang komunikasi. Kata komunikasi berasal dari Bahasa Inggris yaitu communication yang artinya suatu proses penyampaian informasi berupa pesan, ide ataupun gagasan kepada orang lain ataupun pasangan. Komunikasi merupakan suatu hubungan timbale balik antara dua orang atau lebih yang biasanya berupa komunikasi verbal dan nonverbal. Sangat penting untuk kita ketahui bahwa komunikasi yang baik sangat diperlukan dalam suatu hubungan karena pada umumnya manusia rata-rata menghabiskan setengah dari waktunya untuk melakukan komunikasi, namun tidak semua orang mengetahui cara berkomunikasi dengan baik. Sebagai contoh hal-hal biasa yang sering terjadi pada pasangan yang baru menikah. Istri mungkin akan menanyakan pertanyaan-pertanyaan seperti “menurutmu,  dress yang mana yang lebih cocok buat aku? Yang merah jambu atau yang biru?” Sang istri kemudian akan memberikan kode kepada suaminya bahwa ia lebih menyukai warna biru. Namun sang suami mungkin tidak mengerti arti dari kode yang diberikan istrinya kemudian memberikan jawaban yang berbeda. Maka hal sepele seperti begitulah yang kemudian akan mengakibatkan sebuah konflik atau pertengkaran.
     Dari hal tersebut dapat dilihat bahwa setiap orang mempunyai cara berkomunikasi yang berbeda dan betapa pentingnya agar kita mengetahui cara berkomunikasi yang baik. Dalam beberapa hal mungkin terdapat perbedaan yang mencolok antara wanita dan pria dalam berkomunikasi. Wanita cenderung akan lebih sering mengungkapkan perasaan mereka dengan menggunakan bahasa nonverbal daripada bahasa verbal. Wanita biasanya cenderung menceritakan tentang perasaan mereka dan juga lebih peka dalam menggunakan bahasa nonverbal. Wanita juga lebih sering mengeluarkan kata-kata yang supportif. Disisi lain, pria biasanya lebih sering menerapkan repport talk, yaitu mereka biasanya berkomunikasi untuk bercerita tentang perkembangan masing-masing atau karena adanya pembahasan tertentu.

     Kemudian selain pada pasangan wanita dan pria, didalam kalangan masyarat juga terdapat “stereotype” dalam berkomunikasi. Misalnya pria yang istilahnya “man” atau “macho” cara komunikasinya mungkin akan berbeda dengan pria yang lemah gemulai dan orang yang mempunyai kekuasaan atau power akan lebih berpengaruh dan lebih dipercaya oleh orang lain dibandingkan orang yang powerless. Terkadang kritikan dari orang yang berkuasa juga akan lebih dapat diterima oleh orang lain dibanding orang yang powerless sehingga ketika seseorang dikritik atau diberikan saran dan masukkan, orang tersebut akan menjadi tersinggung dan menimbulkan kesalahpahaman yang menyebabkan orang tersebut menjadi defense, perkelahian atau bahkan tindakan kriminal. Dalam suatu hubungan hendaklah seseorang dapat belajar menerima kritikan dan dapat saling bertukaran pikiran karena komunikasi yang baik merupakan kunci dalam menjalin hubungan dengan pasangan maupun dengan orang lain.

4 September 2013

Good Communication (Hanna Hadi Pranoto)

Pria: “Sayang, kita mau makan apa ?”
Wanita: “terserah kamu aja..”
Pria: “kalau gitu kita makan nasi goreng yah..”
Wanita: “aku lagi gak pengen nasi goreng”
Pria: “makan steak aja gimana?”
Wanita: “bosan, kemaren aku baru makan itu”
Pria: “kalau gitu kita makan seafood aja ya..”
Wanita: “ga ah, aku kan gak terlalu suka seafood”
Pria: (mulai kesal) “jadi kamu mau makan apa?”
Wanita: “aah.. Kamu tu ya, selalu gak pernah inget makanan favorit’ku !”

Cuplikan di atas sedikit memberi gambaran kita mengenai betapa pentingnya komunikasi di antara sebuah hubungan. Komunikasi yang baik merupakan salah satu kunci suksesnya sebuah hubungan. Oleh karena itu, jika seseorang ingin memiliki hubungan yang sehat, yang baik, dan yang memuaskan, kedua belah pihak harus memiliki komunikasi yang baik. Komunikasi dapat membuat sebuah hubungan semakin lama semakin intim. Melalui komunikasi yang baik, kedua belah pihak dapat menyampaikan kebutuhannya dan apa yang diinginkan.

Pada cuplikan pembicaraan di atas, komunikasi tidak berjalan dengan baik. Sang wanita tidak mengungkapkan apa yang diinginkannya sejak awal. Kata-kata yang diungkapkan sang wanita juga terlalu meng-overgeneralisasi, kata “engga pernah” adalah kata-kata yang sangat ekstrem untuk dikatakan dan dapat memicu pertengkaran, tetapi seringkali digunakan terutama ketika sedang dalam keadaan emosi. Nah pembaca sekalian, apakah anda termasuk orang yang sering mengeluarkan kata-kata tersebut? Kalau iya, sebaiknya mulailah mengurangi menggunakan kata-kata ekstrem seperti tidak pernah atau selalu kepada pasangan ketika sedang emosi. Apalagi jika ditambahkan kata-kata yang seolah-olah menyalahkan pasangan anda, seperti cuplikan di atas, “kamu tu ya.. bla bla bla…”. Hal tersebut hanya akan memperburuk situasi yang ada.

Komunikasi yang baik dapat terjadi dengan adanya pihak yang menyampaikan pesan secara terbuka dan pihak yang mau mendengarkan pesan serta mau menanggapi pesan yang disampaikan dengan positif. Oleh karena komunikasi sangat berpengaruh terhadap sebuah hubungan, maka hubungan yang sehat memerlukan kesempatan untuk saling berbicara dan mendengarkan, bukan hanya saling mengeritik. Kedua belah pihak harus berani menyampaikan kebutuhannya secara terbuka terhadap pasangannya. Pasangan yang baik pun akan dapat sensitif terhadap kebutuhan pasangannya. Jika terdapat keterbukaan di antara kedua belah pihak, maka hubungan akan menjadi semakin memuaskan. Pasangan pun akan semakin merasa nyaman dan aman terhadap hubungan yang sedang dijalani.

Dalam berkomunikasi, pria dan wanita memang memiliki perbedaan. Perlu diketahui oleh pembaca, pria kurang dapat memahami bahasa non verbal, sedangkan wanita lebih dapat membaca bahasa non verbal orang lain. Wanita lebih dapat berkomunikasi secara tertulis dan menggunakan simbol-simbol. Itulah mengapa, wanita lebih suka mengutarakan apa yang dirasakannya seperti melalui BBM, line, atau WhatsApp. Padahal, alangkah baiknya jika dapat mengungkapkannya secara lisan. Akan lebih baik lagi jika dapat mengungkapkannya secara face to face. Ketika pesan disampaikan secara lisan, kita dapat mendengar bagaimana intonasi penyampaian pesan tersebut, sehingga kita tidak sampai salah paham. Jika pesan disampaikan secara face to face, kita dapat melihat bagaimana bahasa non verbal pasangan kita saat menyampaikan pesan. Kita juga dapat melihat bagaimana sikap dari pasangan kita saat merespon pesan kita. Hal tersebut akan membuat komunikasi kita dengan pasangan semakin lancar.

Sekali lagi, komunikasi sangatlah penting dalam sebuah hubungan yang sehat dan memuaskan. Kurangnya komunikasi dan ketrampilan dalam berkomunikasi dapat menyebabkan masalah dalam hubungan. Oleh sebab itu, penting bagi kita untuk menjalin komunikasi yang baik. Sebagai komunikator, kita sebaiknya dapat menyampaikan pesan secara terbuka dan peka melihat situasi saat akan menyampaikan pesan. Sebagai komunikan, kita sebaiknya dapat mendengarkan pesan yang disampaikan dengan baik, peka terhadap kebutuhan komunikator dan menanggapi pesan secara positif.

4 September 2013