Women...When she comes to pregnancy.. (Agnes Stephanie)

     Salah satu kodrat perempuan adalah mengandung dan melahirkan. Perempuan yang telah memasuki usia dewasa, memiliki kematangan rahim yang cukup untuk mengandung. Memiliki anak bukanlah suatu hal atau peristiwa yang mudah dan dapat dilakukan tanpa persiapan. Banyak persiapan yang harus dilakukan pada saat seorang perempuan atau sebuah keluarga hendak memiliki seorang anak. Pertemuan kelas psikologi perempuan minggu lalu membahas mengenai hal—hal yang perlu diperhatikan khususnya pada kaum perempuan dan menghadapi kehamilan dan proses kelahiran.
     Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam suatu proses kehamilan tidak hanya bersifat materi namun juga mental menjadi hal yang penting untuk menjaga kesehatan janin yang ada di dalam kandungan. Perempuan yang mengandung harus menjaga keadaan psikologisnya karena jika tidak, janin yang ada di dalam kandungan secara tidak langsung akan merasakan kondisi yang dialami oleh sang ibu. Dalam ceramah dikatakan bahwa ibu yang sering mengalami kecemasan selama masa kehamilan, pada saat anak menjadi dewasa anak tersebut juga akan cenderung sering mengalami kecemasan. Oleh karena itu keadaan psikologis ibu pada saat mengandung sangat penting diperhatikan karena sekecil apapun keadaan yang dialami ibu pada saat mengandung akan memberikan dampak kepada janin yang ada di dalam kandungan.
     Hal menarik lain dalam pertemuan minggu lalu adalah bahwa perempuan pada masa kehamilan juga akan sedikit banyak memperhatikan kondisi tubuhnya. Masa kehamilan akan membuat perubahan fisik pada tubuh wanita. Hal tersebut terjadi karena perempuan yang hamil membutuhkan banyak asupan gizi dan nutrisi bagi dirinya dan janin yang ada di dalam kandungan. Gizi dan nutrisi dalam jumlah yang lebih banyak dari masa sebelum kehamilan yang masuk ke dalam tubuh akan membuat berat badan perempuan tersebut meningkat. Hal ini menjadi kekhawatiran tersendiri bagi kaum perempuan terutama perempuan yang masih aktif dalam aktivitas dan pekerjaannya. Berat badan yang terus meningkat serta perubahan bentuk tubuh yang membesar terkadang membuat perempuan merasa canggung untuk berhadapan dengan lingkungan sekitar. Keadaan ini adalah suatu keadaan yang tidak dapat dihindari karena perempuan tidak mungkin mengurangi porsi makanan dan asupan gizi selama proses kehamilan. Untuk itu perlu adanya suatu perubahan dalam proses berpikir bahwa perubahan fisik selama proses kehamilan hanya bersifat sementara apabila perempuan tersebut memiliki niat untuk memperbaiki bentuk tubuhnya pada saat masa kehamilan berakhir.

11 September 2013

Super Woman (Irena Nova WIjaya)

Pada tanggal 5 september 2013 saya mengikuti perkuliahan dengan mata kuliah Psikologi Perempuan. Kami membahas tentang dua hal yaitu: Perempuan dan peran ganda serta wanita sebagai ibu. Namun yang paling membekas dipikiran saya adalah ketika dosen kami, Bu Henny membahas banyak nya para ibu yang merasa rendah diri karena 'hanya' bekerja sebagai ibu rumah tangga. Padahal tanda disadari seorang ibu rumah tangga memiliki peran yang sangat penting dalam sebuah keluarga, mereka juga memiliki banyak sekali pekerjaan yang harus dilakukan. Lalu Bu Henny dan kami bersama-sama menghitung banyak nya pekerjaan dan gaji yang seharus nya seorang ibu dapat apabila mendapat bayaran akan pekerjaan tersebut.
Seperti, mengerjakan pekerjaan rumah biasanya assitent rumah tangga mendapat gaji 2,2 jt/bulan (Menurut UMR). Mengganti popok, menina bobokan,dan mengajak bermain biasa nya baby sitter mendapat gaji 2,2jt/bulan (menurut UMR). Mengantar anak sekolah, pergi les, main ke rumah teman biasanya supir mendapat gaji 2,2jt/bulan (menurut UMR). Memijat suami yang lelah biasanya tukang pijit menerima biaya 100rb/jam. Mengganti lampu, membenarkan keran yang bocor dan mengecek tandon air biasanya tukang ledeng di bayar 100rb/hari. Memasak dan menyediakan makanan setiap hari biasa nya seorang koki mendapat gaji 3jt/bulan. Mengganti popok dan menyuapi makan manula biasa nya seorang suster mendapat gaji 2,2jt/bulan. Mendengarkan keluh kesah anak dan suami lalu mencari solusinya biasa nya seorang psikolog di bayar 500rb/jam. Mengurus taman di pekarang rumah, mengganti pupuk, menyiram bunga, mengganti tanah, biasanya gardener dibayar 2,2jt/bulan. Merawat anggota keluaraga yang sakit dan memberi obat biasa nya seorang dokter menerima biaya 200rb/sesi, dan sebagai nya...
Sampai akhirnya Bu Henny dan kami mencapai kesimpulan, seharusnya seorang ibu mendapat gaji 66.400.000/bulan. Namun itu semua bisa menjadi GRATIS hanya karena hati yang ikhlas yang dapat disebut, CINTA. Peran nya mungkin kurang tepat di katakan ganda, dan lebih tepat dikatakan multiple. Sekarang mari kita kembali melihat kepada diri kita masing-masing.. Sudahkah kita mengucapkan terima kasih kepada ibu? Sudahkah kita memeluknya? Sudahkah kita meminta maaf atas kesalahan yang pernah diperbuat? Sudahkah kita membuatnya senang?

Sampai akhir di ujung pertemuan mata kuliah Psikologi Perempuan membuat saya ingin mengungkapkan, "Ade sayang Ibu" :)
 
11 September 2013

Perempuan yang berperan ganda... (Virna Anggraini)

     Peran ganda adalah dua peran atau lebih yang di jalankan dalam waktu bersamaan. sedangkan perempuan yang berperan ganda adalah peran seorang perempuan sebagai istri  bagi suaminya, ibu bagi anak-anaknya, dan peran sebagai perempuan yang memiliki karir di luar rumah. 

     pada jaman sekarang ini banyak sekali kita melihat seorang perempuan yang berperan ganda. baik yang masih memiliki suami atau bahkan sampai yang sudah tidak memiliki suami (bercerai/meninggal) mereka adalah seorang perempuan yang berperan ganda.

     ada sebuah kasus yang sangat banyak sekali saya amati di sekeliling saya yang berhubungan dengan peran ganda. namun, kebanyakan dari kasus tersebut adalah seorang istri yang memang sudah ditinggal suaminya bercerai ataupun meninggal dunia. salah satu dari orang-orang tersebut adalah orang terdekat saya sendiri. dimana perempuan ini sudah ditinggal meninggal oleh suaminya sejak kurang lebih 5 tahun yang lalu. Perempuan ini adalah salah satu perempuan yang sangat mandiri dan pintar. Dahulu dia dan almarhum suminya sama-sama mengejar pendidikan yang lebih tinggi. Dan yang lebih menyedihkan adalah suaminya meninggal satu hari sebelum hari dia diwisuda untuk S2. Kebetulan suaminya adalah adik dari mama saya sendiri. Saat ditinggal suaminya perempuan tersebut memang terlihat sangat lemah bahkan, sesekali jatuh pingsan saat hari pemakaman almarhum suaminya berlangsung. Namun setelah itu perempuan ini tersadar bahwa dia tetap harus menyekolahkan anaknya hingga tinggi seperti cita-cita dia dengan almarhum suaminya sebelum meninggal. Lalu perempuan tersebut melanjutkan hidupnya, dan bahkan setelah itu selang beberapa bulan perempuan tersebut bersekolah lagi untuk menyelesaikan S3 nya. Jujur mendengar kabar baik tersebut saya selaku keluarganya berbahagia karena berarti perempuan tersebut memiliki pikiran yang jauh kedepan. Saya tau pasti dia memikirkan biaya untuk sekolah dan kuliah anak tunggalnya. Hingga akhirnya dia lulus S3 walaupun diperjalanan kuliahnya tersebut banyak sekali halangan dan rintangan yang anaknya ceritakan kepada saya. Seringkali anaknya bercerita dia merindukan mama nya yang sedang sibuk dengan kuliahnya. Dan saya hanya berusaha menenangkan anak tersebut, mengingatkannya tentang fungsi ibunya yang jauh lebih berat saat ia memiliki ayah. Namun, tak jarang saat ibunya libur kuliah dia merasa sangat senang bisa berlibur dengan ibunya.

     Dan dari cerita tersebut saya dapat menyimpulkan bahwa perempuan yang memiliki peran ganda tersebut sangat hebat dan kuat. Dia mengetahui apa yang memang seharusnya dia lakukan. Dan perempuan tersebut terlihat sangat tidak pantang menyerah untuk mencari nafkah juga mnegurusi anaknya dengan sekuat tenaga yang masih ia miliki. Mungkin perempuan tersbeut juga pastinya mengalami stress namun yang saya lihat dia lebih banyak melakukan aktivitas di luar daripada memikirkan takdir yang memang sudah seharusnya dia terima. Namun ada juga di keliling saya dimana seorang perempuan tersebut juga berperan ganda karena suaminya meninggal namun perempuan tidak sekuat dan sehebat perempuan yang saya ceritakan di atas. Perempuan ini terlihat menjadi lebih genit dengan laki-laki padahal perempuan tersebut memiliki tiga orang anak yang sudah besar dan cukup umur untuk menikah. Perempuna tersebut pun menjadi lebih menyukai bergosip kesana kemari yang sangat tidak jelas. Sebenarnya wajar kalau seorang perempuan yang ditinggal meninggal oleh suaminya kemudian mencari pendamping kembali. namun yang saya amati dari perempuan ini belum lama ditinggal oleh suaminya sikapnya sudah berubah 50 derajat dari sosok yang biasanya. Entah apa yang membuat perempuan ini seperti itu. tapi, menurut pendapat saya perempuan ini merasa tidak sanggup menjalani hari-hari tanpa suaminya, karena dulu ketika suaminya masih ada dia sangat mengandalkan suaminya dalam semua hal. Sehingga untuk menutupi rasa tertekan dan stress yang dia rasakan dia bertindak sepeti itu.


     Tapi, satu hal saya tetap bangga dengan banyak perempuan yang berperan ganda untuk menjadi ibu dan ayah untuk anak-anaknya dan juga yang bekerja mencari nafkah untuk anak-anaknya. Perempuan tersebut adalah perempuan yang kuat dengan pikiran yang jauh ke depan. mereka bisa menyeimbangkan antara di rumah saat bersama anak-anak juga di kantor secara professional. Semangat dan antusiasnya untuk tetap memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya lah yang patut kita tiru. 

11 September 2013

peran perempuan sebagai seorang ibu dan menjalankan peran ganda (Dini Rachmalia)


Sudah siapkah anda menjadi seorang ibu?

Image

      Pada kenyataannya semua perempuan pasti ingin menjadi seorang ibu. Bagi perempuan pelengkap hidup selain menikah adalah menjadi seorang ibu bagi penerus keturunannya. Namun menjadi ibu bukanlah hal yang mudah, kita sebagai seorang perempuan harus memilki kesiapan mental sebelum memutuskan untuk memiliki anak. Setelah memiliki anak, tugas seorang perempuan tidaklah selesai karena seorang ibu juga harus bisa membesarkan dan merawat anaknya hingga dewasa dan tumbuh menjadi anak yang sehat dan cerdas. Pada saat tumbuh menjadi dewasa pun tugas seorang ibu tidak lah selesai, seorang ibu harus tetap mengontrol kehidupan sosial si anak agar tidak menyimpang.

      Namun menjadi seorang ibu tidak lah selalu menuntut perempuan agar diam saja dirumah dan menjadi ibu rumah tangga. Banyak perempuan yang menjalankan peran ganda dan berhasil menyeimbangkan antara urusan keluarga dan pekerjaan. Namun seorang ibu yang menjadi ibu rumah tangga pun tidak selalu lebih baik dalam menjalankan perannya dibandingkan seorang ibu yang bekerja. Banyak juga seorang anak yang memiliki ibu yang bekerja namun masih bisa meluangkan waktu dan sekedar berbagi cerita tentang kegiatannya setiap hari. Sedangkan ada juga seorang anak yang memiliki ibu sebagai ibu rumah tangga namun jarang melakukan komunikasi karena sibuk dengan urusannya masing-masing. Ini juga membuktikan bahwa kualitas lebih penting dibandingkan kuantitas pertemuan antara anak dan ibu. Namun tugas seorang perempuan tidaklah hanya sebatas mengurusi anak-anaknya, banyak lagi tanggung jawab seorang ibu yaitu mengurus rumah tangga dan segala kepeluan rumah yang dibutuhkan anggota keluarga.

      Sebagai contoh, teman saya adalah seorang anak yang berasal dari keluarga yang menikah muda dan kedua orang tuanya sama-sama bekerja. Sejak dahulu ia selalu dibebaskan oleh kedua orangtuanya, selalu dipenuhi apa yang diinginkannya melalui materi namun tidak dengan perhatian yang cukup dari kedua orangtuanya. Teman saya cenderung diabaikan oleh kedua orangtuanya karena untuk menanyakan kabar saja terkadang tidak sempat karena kedua orang tuanya sama-sama sibuk dan pulang larut malam. Sampai akhirnya teman saya mencoba hal-hal negatif seperti merokok dan jarang pulang ke rumah karena merasa kesepian. Ketika ia kesepian kebetulan ia bertemu dengan teman yang salah dan kemudian mengikuti hal-hal yang buruk yang diajak oleh temannya.

Dari contoh di atas kita bisa mengambil pengalaman yang berharga yaitu bagi perempuan yang memutuskan untuk menjalani peran ganda sebagai seorang ibu dan sebagai wanita karir harus lebih dipersiapkan dan dipikirkan lebih jauh karena jika keduanya tidak berjalan beriringan akan ada salah satu yang menjadi korban yaitu antara keluarga dan pekerjaan. 

11 September 2013

Perempuan sebagai ibu (Fera Lumumba Tampubolon)

Ketika seorang perempuan memutuskan untuk menikah, pastinya perempuan tersebut juga sudah siap untuk kemungkinan hamil dan memiliki anak nantinya. Mungkin tidak semua orang memilih untuk memiliki anak dalam hidupnya, namun pada dasarnya setiap orang menikah, minimal memiliki tujuan untuk meneruskan keturunannya kelak. 
Ada orang yang memang sudah berencana memiliki anak, ada yang berencana tidak memiliki anak, bahkan ada yang memang sudah berencana untuk tidak memiliki anak, namun dengan alasan "kebablasan" jadi harus punya anak. Seharusnya, setiap orang terutama perempuan  yang akan memiliki anak, memiliki persiapan yang begitu matang. Tidak hanya persiapan materi, namun persiapan fisik dan psikologis juga harus di lakukan. 
Persiapan materi tentunya dapat mempersiapkan biaya yang cukup pada saat kehamilan (biaya periksa ke dokter kandungan, dll), biaya persalinan, dan biaya untuk keperluan si bayi ketika sudah lahir. 
Kalau persiapan psikologis mungkin seperti siapnya mental untuk mengalami naik turunnya mood pada masa kehamilan, persiapan pada saat menjadi ibu untuk mengurus anak, dll.
Persiapan fisik pastinya di persiapkan juga sebelum kehamilan terjadi, seperti kondisi rahim yang sehat dan mampu untuk mengalami kehamilan, kondisi badan yang harus selalu fit agar tidak mempengaruhi perkembangan janin, persiapan tubuh ketika persalinan, sampai bayi pahir pun harus siap secara fisik untuk begadang menjaga sang buah hati.
Sebenarnya persiapan tersebut harus dilakukan oleh calon ibu hamil dan juga oleh orang di sekitar calon ibu hamil tersebut. Mungkin persiapannya sedikit berbeda, namun tetap saja persiapan terhadap kehamilan orang terdekat tidak boleh main-main, harus benar-benar siap untuk menerima kelahiran anggota baru di lingkungannya. 
Tentunya, jika persiapan tersebut tidak dilakukan dengan sungguh-sungguh, dapat berpengaruh pada calon bayi, ibu, ayah, dan orang disekitarnya. Mungkin akan jelas terlihat pada perkembangan bayi nantinya. Seperti, jika kekurangan biaya dalam membesarkan bayi tersebut, bayi mungkin dapat kekurangan vitamin dan gizi yang sangat penting dalam pertumbuhannya. Kalau orang tua belum siap mental, mungkin saja pola asuh terhadap bayi itu nantinya akan menjadi buruk dan dapat berdampak pada masa depan bayi tersebut. Nah, kalau secara fisik calon ibu belum siap, tidak menutup kemungkinan bayi yang akan dilahirkan akan mengalami kelainan pada kesehatannya, seperti malnutrisi, dan lainnya.
Jadi, buat para perempuan yang berencana akan hamil, tanya pada diri sendiri, sudah siap belum untuk menjadi ibu? Karna jadi ibu itu tidak gampang loh..tapi kalau sudah melakukan berbagai persiapan yang matang serta siap secara fisik dan psikologis menjadi seorang ibu, pastinya akan lebih menyenangkan dan lebih menikmati menjadi seorang ibu..

11 September 2013

Homoseks, nature or nurture? (Melinda Widjaja)

Orientasi seksual merujuk pada ketertarikan emosional, fisik, seksual, dan romantis pada suatu gender. Seorang heteroseks memiliki ketertarikan terhadap lawan jenis, homoseks tertarik pada sesama jenis, dan biseks tertarik pada keduanya. Selain itu, ada juga transgender, yaitu orang-orang yang berperilaku tidak sesuai dengan jenis kelaminnya menurut tata aturan dan pandangan masyarakat. Bagaimana homoseksualitas dapat terjadi? Apakah hal tersebut terjadi karena pengasuhan? Atau karena faktor biologis?
     Artikel yang saya baca beberapa hari lalu menunjukkan ada perbedaan dalam struktur otak pria gay. Professor Dick Swab (1990) direktur Netherlands Institute for Brain Research di Amsterdam, menemukan suprachiasmatic nucleus, yaitu area meregulasi biological clock, dua kali lebih besar pada pria homoseks dibandingkan dengan pria heteroseks. Simon LeVay, peneliti di Salk Institute for Biological Studies di San Diego juga menemukan volume di area otak yang bernama INAH-3 yang berada di anterior hypothalamus, dua kali lebih besar pada pria homoseks dibandingkan dengan pria heteroseks. Masih banyak lagi penelitian yang menemukan perbedaan dalam otak seorang homoseks dan heteroseks, tetapi kesemuanya belum dapat menentukan secara pasti apakah yang membuat seseorang menjadi heteroseksual atau homoseksual.
     Perilaku homoseksual juga dapat ditemukan di alam. Ditemukan beberapa hewan yang melakukan hubungan homoseksual, seperti lumba-lumba, singa, anjing, domba, simpanse, dan yang lainnya (http://www.youtube.com/playlist?list=PLBil4eM6lNyYX-P7ATH3dTJT2PSoPcqiJ). Sejauh yang saya tahu, peneliti pun belum mampu menjelaskan dengan pasti mengapa hubungan homoseksual pada hewan dapat terjadi.
     Perdebatan mengenai nature vs nurture dalam homoseksualitas belum usai hingga saat ini. Jadi, apakah homoseksualitas berasal dari penyebab biologis atau penyebab pengasuhan dan lingkungan, sampai sekarang pun belum diketahui penyebab jelasnya. Bukan berarti kita mendukung hubungan homoseksual, karena dalam agama yang saya anut, hubungan homoseksual tidak disetujui. Apapun penyebab seseorang menjadi seorang gay atau lesbian, kita harus memperlakukan mereka selayaknya manusia lain yang berhak mendapatkan perlakuan yang sama, hak dan kewajiban yang sama, serta kesempatan kerja dan pendidikan yang sama dengan manusia heteroseksual lainnya.



Artikel:
http://www.independent.co.uk/arts-entertainment/science--nature-not-nurture-new-studies-suggest-that-homosexuality-has-a-biological-basis-determined-more-by-genes-and-hormones-than-social-factors-or-psychology-says-sharon-kingman-1555359.html
 
11 September 2013