Sexual Orientation is Your Choice (Theresia Syanli)

Continuing the last post, about sexual orientation, there's some categories which is Heterosexual, Homosexual, and Bisexual.

Heterosexual likes a person from another sex.

Homosexual likes a person who have the same sex with them.
.
Bisexual likes to both of the sex.

If in the past post I write about homosexual, this time I want to discuss about bisexual. Why? Because when I listen about the Sexual Orientation group, I remembered about my friend who confess herself as a Bi. I know her from the social network and after a while, I don't know why my friend brave enough to tell me about how her relationship and her conversation with her same sex partner and opposite sex partner.

At first I feel uncomfortable to be friend with her, but after a while, I feel that I don't have the power to make her avoid her sexual orientation. But, honestly, I'm shocked, want to avoid the message that she sent me, even until today I still having friendship with her (since friendster-facebook until twitter). Why I don't end our friendship with her? I will quote Mam Henny's words in class, "I appreciate the existence of a person, even they're homosexual or bisexual. But as a human being."

There's reason and causes why people become homosexual or bisexual. The difference of the sexual orientation maybe because of the genetics, hormone, order of birth, or physics. So from now on, try to not look with only one eye or look down people with different sexual orientation with You

It doesn't matter what color, sex, religion, age, sexual orientation, etc., everyone should have the same freedoms and liberties-Lance Bass.

Gay marriage is two people loving each other is beautiful no matter what their gender or sexual orientation and should be celebrated-Unknown quotes.
11 September 2013

Wanita Tetap Wanita (Daniel Handes)

Saya tertarik dengan sebuah judul film yang akan diliris dibioskop tanggal 12 Sept nanti. Film itu berjudul “Wanita tetap Wanita” judul yang sangat simple tapi dapat memiliki arti yang sangat dalam. Ini yang membuat saya terinspirasi untuk menjaidikan sebagai judul. Saya tidak menulis banyak tetapi saya mendapatkan suatu pelajaran yang berharga disaat kelas Psikologi Perempuan tanggal 5 September 2013.

“Apapun pekerjaan, apapun suku, apapun agama dari seorang wanita, jadikan wanita berharga bukan dengan kekayaan dr seorang pria bukan dari jabatan seorang pria tetapi perhatian penuh terhadap wanita tersebut. Wanita sebagai ibu yang tidak bekerja atau sudah bekerja biarkanlah mereka menjadi wanita atau ibu yang luar biasa untuk anak-anaknya. Tanggung jawab harus diambil, masalah harus dihadapi. Jadilah wanita yang luar biasa didalam pekerjaan dan didalam keluarga. Seberapa tinggi jabatan wanita di kantor, ketika masuk pagar rumah jadikah diri wanita sebagai istri yang menjadi pasangan hidup dari suami (Henny E. Wirawan) Wanita tetap Wanita”

11 September 2013

Emansipasi Wanita? (Agnes Vivi)

Seperti yang kita ketahui, pada jaman dahulu, kedudukan perempuan jauh di bawah kedudukan laki-laki. Anak perempuan tidak boleh sekolah, hanya karena dia perempuan. Perempuan tidak boleh ini itu, hanya karena dia perempuan. Perempuan hanya boleh bekerja di dapur, hanya karena dia perempuan. Jabatan perempuan tidak boleh lebih tinggi dari klaki-laki, hanya karena dia perempuan. Memang apa salahnya kalau dia perempuan? Memang apa salahnya kalau kita perempuan? Hingga pada akhirnya kita memiliki Raden Ajeng Kartini atau yang sering dipanggil dengan R. A. Kartini mencoba memperjuangkan hak perempuan hingga kita dapat merasakan yang namanya emansipasi wanita..
Saya tertarik dengan pengandaian Bu Henny mengenai Perempuan sebagai Ibu Rumah Tangga yang melakukan segala pekerjaan rumah dan mengurus anak serta suami secara sendirian tanpa menggunakan perantara atau bantuan siapapun. Waktu itu Bu Henny memaparkan angka yang cukup fantastis untuk nominal yang harus kita bayarkan pada ibu kita yang telah mengerjakan hal tersebut. Mulai dari mengasuh anak, masak, bersih-bersih, jadi guru buat anak, jadi supir, jasa konsultan pribadi dan finansial, hingga jasa seks untuk ayah dapat di bandroll harga sekitar 700 juta sekian untuk setiap bulannya. 700 JUTA guys! Apakah kalian pernah berpikir dapat membayar ibu kita dengan harga semahal itu? Pertanyaan nya, apakah kita mampu?? Namun, semua harga itu dapat berubah menjadi angka 0 (NOL) hanya dengan cinta dan ketulusan sebagai ibu.. betapa berharga dan tulusnya kasih sayang ibu bagi kita.. apakah kita pernah berpikir untuk membalasnya di kemudian hari? Saya rasa jawbannya tidak untuk sebagian dari kita. Mungkin sekarang masih banyak anak-anak yang tidak merasa membutuhkan ibu nya karena sudah dapat mengerjakannya sendiri. Tapi hey kalian semua! Apakah kalian bisa makan sendiri saat baru lahir? Apakah kalian bisa mandi sendiri di usia batita? Atau, yang paling jelas, tanpa ibu, apakah kalian bisa hadir di dunia ini? J
Well, balik lagi ke ‘emansipasi wanita’. Dari kita sendiri sebagai wanita, apakah kita sudah meneruskan perjuangan R. A. Kartini? Atau kita masih rela jika direndahkan sebagai perempuan? Atau masih terbiasa dengan harga diri yang diinjak-injak oleh laki-laki??
Seperti yang kita bisa lihat saat ini, masih banyak perempuan yang menjadi budak laki-laki, menjadi budak seks, dan selalu dihina dan direndahkan oleh laki-laki. Perempuan rela memberikan tubuhnya, harga dirinya, mahkotanya untuk pria hanya untuk beberapa lembar uang saja. Hanya segitu kah harga kita sebagai wanita? So guys, buat kalian para wanita, lanjutkanlah perjuangan R. A. Kartini dalam emansipasi wanita! Bukan karena ingin sok kuat dibanding dengan laki-laki. Tapi, untuk memperjuangkan diri kita sebagai perempuan. Lakukan lah itu di kehidupan sehari-hari kita dimulai dari hal yang terkecil. Dan, hai kalian para laki-laki, apakah ibu kalian bukan seorang perempuan? Atau, apakah kalian tidak memiliki sodara perempuan? So, mulailah hargai perempuan dan jnagan lagi kita rendahkan perempuan.. J
 
11 September 2013

Working Mom (Priskila Shela Habibuw)

      Bagi wanita yang sudah menikah, terdapat berbagai macam peran yang harus dijalani. Selain sebagai istri, wanita yang sudah menikah pun berperan sebagai ibu rumah tangga, bahkan dapat pula berperan sebagai pencari nafkah. Jika penghasilan suami sudah cukup untuk memenuhi seluruh kebutuhan rumah tangga, maka tidak menjadi masalah jika seorang istri tinggal di rumah dan mengurus seluruh kegiatan rumah tangga serta mengasuh anak. Terkadang penghasilan dari suami saja kurang dapat memenuhi seluruh kebutuhan rumah tangga. Hal ini lah yang sering kali menjadi alasan wanita berperan sebagai pencari nafkah.
     Bukan hal yang mudah bagi wanita yang selain menjadi ibu rumah tangga, namun juga harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Seorang ibu yang bekerja, harus pandai membagi waktu antara mengurus anak, urusan rumah tangga, serta pekerjaan yang dilakukannya. Apa pun pekerjaan yang dilakukan, ibu yang bekerja tetap memiliki peran sebagai ibu bagi anak-anaknya, sehingga ia harus tetap memiliki quality time bagi anak-anaknya. Banyak ibu bekerja yang khawatir tidak bisa memiliki hubungan yang dekat dengan anaknya karena tidak memiliki banyak waktu bersama dengan anak.
     Walaupun tidak memiliki waktu yang banyak untuk anak, tetap ada hal yang dapat dilakukan, untuk tetap dapat menjalin hubungan serta memantau kegiatan anak. Menurut beberapa ibu bekerja yang saya kenal, mereka tetap dapat dekat dengan anak mereka, karena mereka selalu meluangkan waktu sepulang kerja untuk berinteraksi dengan anak-anaknya. Selain itu, di tengah-tengah jam istirahat di kantor, biasanya digunakan untuk menelepon anak di rumah. Hari sabtu dan minggu pun selalu diluangkan sebagai waktu keluarga. Dengan demikian, hubungan antara ibu dan anak tetap terjalin dengan baik. Menjadi working mom memang susah. Susah, bukan berarti tidak mungkin.
 
11 September 2013

Hargailah Perbedaan! (Priskila Putri)

     Apa yang anda pikirkan pertama kali ketika mendengar kata “homoseksual”? Dulu ketika saya belum menjadi mahasiswi psikologi, mengetahui hal-hal seperti gay atau lesbi merupakan hal yang aneh. Saya bahkan merasa takut untuk berada dekat dengan beberapa orang yang digosipkan tertarik dengan sesama jenis.
     Waktu SMP saya memiliki kakak kelas yang digosipkan adalah seorang lesbian, sebut saja namanya Vita. Gosip itu tersebar karena Vita hanya bersikap baik kepada sesama wanita saja, Ia juga tidak pernah terlihat dekat dengan laki-laki. Suatu ketika Vita mengirimkan saya pesan singkat yang intinya berisikan bahwa Ia ingin saya menjadi adik baginya, dan jika saya mau apa saja yang saya inginkan pasti Ia berikan. Saya merasakan hal yang aneh dan menceritakan hal tersebut kepada teman dekat saya, dan ia berkata telah banyak adik kelas wanita lainnya yang Vita ajak untuk menjadi adiknya.
     Cerita tentang Vita terputus sampai disitu, Ia lulus SMP dan masuk ke SMA yang berbeda. Saya sempat bertemu dengan Vita saat saya dalam perjalanan pulang ke rumah dari sekolah. Betapa kagetnya saya setelah beberapa hari kemudian saya mendapatkan kabar Vita telah meninggal karena suatu penyakit. Kepergian Vita diiringi dengan banyak gosip, diantaranya Vita memiliki teman lesbian di SMA-nya dan lain-lain. Namun, yang mengganjal di hati saya adalah seandainya dulu saya bisa berteman lebih dekat dengan Vita. Seandainya dulu saya tidak berpikiran negatif tentang Vita, mungkin Ia hanya kesepian sehingga memerlukan seseorang yang bisa dijadikan adik.
      Kisah Vita berbeda dengan seorang kenalan saya, sebut saja namanya Ray. Ray jauh lebih tua dari saya, namun saya sering melihat Ray bermain. Di saat teman-temannya bermain bola, berenang di luar, Ray hanya di dalam rumah sambil bermain boneka barbie. Ray menganggap dirinya adalah perempuan. Selang waktu berjalan saya tidak pernah lagi mendengar kabar tentang Ray. Baru akhir-akhir ini saya mendengar kabar Ray sekarang telah bekerja di Bali menjadi seorang “waria” dan memiliki seorang kekasih bule yang adalah seorang laki-laki. Ray menghasilkan banyak uang dari pekerjaannya, Ia juga memiliki banyak teman. Banyak orang yang bersikap biasa-biasa saja di depan Ray, namun tidak sedikit juga yang membicarakan Ray dibelakang-belakang. Keluarga Ray juga menganggap ini adalah sebuah aib.
     Mungkin banyak orang-orang seperti Vita dan Ray yang kita jumpai dikehidupan kita sehari-hari. Hal yang perlu kita sadari adalah bahwa gay dan lesbi adalah orang yang sama seperti kita, hanya orientasi seksual mereka yang membuatnya menjadi berbeda. Mereka tetap memiliki hak dan tanggungjawab yang sama dengan kita yang heteroseksual. Kebutuhan-kebutuhan mereka juga tentu sama dengan kita yang heteroseksual. Bayangkan bagaimana jika hak anda diambil hanya karena anda berbeda dengan yang lain? Bayangkan bagaimana jika untuk mencukupi kebutuhan, anda merasa dipersulit hanya karena berbeda dengan yang lain?
   
    Hal yang ingin saya sampaikan dalam tulisan saya kali ini adalah bagaimana kita seharusnya bersikap dengan orang yang berbeda dengan kita, dalam hal ini berbeda orientasi seksualnya dengan kita. Pelajaran yang saya dapat di kelas adalah, bersikaplah sewajarnya. Bersikaplah sebagaimana anda bersikap dengan teman anda, tanpa harus memberikan tatapan aneh, atau mungkin kata-kata yang tidak pantas. Gay dan Lesbian sama-sama manusia seperti kita, dan aneh rasanya jika apa yang kita peroleh tidak pantas mereka peroleh juga hanya karena mereka berbeda. Hargailah mereka, karena kita bukanlah orang yang pantas untuk menghakimi perbedaan yang ada.

11 September 2013

Siapkah Anda Menjadi Ibu? (Priskila Putri)

     Saya baru saja menghadiri acara resepsi pernikahan seorang teman beberapa hari yang lalu, sebut saja namanya Anisa. Anisa lebih muda beberapa bulan dari saya, ia masih berusia 19 tahun saat pemberkatan nikah di gereja dilaksanakan.  Anisa menikah dengan kekasihnya setelah empat bulan sebelumnya melahirkan seorang bayi perempuan. Saat pertama mendengar berita Anisa telah melahirkan, saya dan beberapa teman dekat sangat kaget. Berbagai pertanyaan bermunculan di kepala saya, “Siapakah yang akan mengurus anak tersebut?”, “Siapa yang akan membiayai kebutuhan keluarga kecil mereka?”, “Akankah Anisa keluar dari kampusnya?”, dan lain sebagainya.
     Ketika saya dan teman-teman datang ke acara resepsi tersebut, kami semua langsung berebut ingin melihat anak dari teman saya, sebut saja namanya Caty. Setelah lama bercerita akhirnya kami bisa bertemu dengan Caty. Mungkin hanya perasaan saya saja, tetapi saya merasa tatapan Caty kosong, tidak seperti bayi lain yang pernah saya temui sebelumnya. Caty tidak menatap saya maupun teman-teman yang lain, saat kami mencoba menggendongnya pun ia hanya diam saja, matanya entah menatap ke mana. Ekspresinya sulit digambarkan, ia hanya diam, tidak tertawa atau tersenyum, hanya menangis sekali dua kali.
     Saya dan teman-teman sedang mendengarkan Anisa bercerita tentang rencana bulan madunya dengan penuh semangat, tiba-tiba teman saya menyela “Caty kamu bawa?”, Anisa menjawab nada suaranya terkesan buru-buru “Oh, enggak. Dia dijaga sama mami”, kemudian ia meneruskan ceritanya. Sempat Anisa juga berkata ingin melanjutkan kuliahnya tahun depan. Dalam hati, saya terus berpikir, seperti apa Ia akan menjaga Caty nantinya? Akan tumbuh menjadi anak yang seperti apa Caty kelak? Dalam perjalanan pulang kami juga sempat membahas hal tersebut, yang pada akhirnya kami hanya bisa berharap keluarga kecil ini akan bahagia.
     Menjadi seorang ibu mungkin adalah impian dari setiap wanita. Bahkan banyak wanita yang berpikiran mereka akan menjadi wanita yang utuh jika sudah dapat menikah dan memiliki anak. Banyak juga wanita yang sampai berpikir cara melahirkan normal adalah cara untuk merasakan bagaimana menjadi wanita atau ibu yang sesungguhnya. Namun, jauh sebelum hal itu terpikirkan apakah wanita juga berpikir dan mempersiapkan segala sesuatu yang ia butuhkan untuk menjadi ibu nantinya.
     Hal pertama dan yang paling utama yang harus dipersiapkan adalah mental. Siapkah memiliki anak? Sebelum berkata siap, pikirkan terlebih dahulu bahwa kehidupan anda setelah memiliki anak akan jauh berbeda dari kondisi anda yang sebelumnya sendiri. Pikirkan segala konsekuensi yang akan anda hadapi nantinya. Siapkah waktu tidur anda terganggu? Siapkah anda dengan tanggungjawab yang bertambah banyak? Hal-hal seperti inilah yang harus dipikirkan secara matang oleh wanita sebelum mengatakan dirinya siap menjadi ibu.
     Wanita juga harus mempunyai pengetahuan tentang prosedur melahirkan. Jika anda mengandung tentu anda harus melahirkan pada waktunya nanti. Saat waktu untuk melahirkan tiba, siapkah anda? Lengkapi diri anda dengan semua pengetahuan yang diperlukan. Tidak berhenti sampai disitu, wanita juga harus memiliki pengetahuan yang baik tentang prosedur menyusui. Kesehatan diri anda juga menjadi hal yang penting bagi bayi anda.
     Selain hal-hal internal di atas, hal eksternal juga dibutuhkan bagi seorang wanita yang ingin memiliki anak. Wanita membutuhkan banyak dukungan sosial selama masa kehamilannya. Support dari suami, keluarga, bahkan masyarakat disekitar akan sangat membantu wanita yang sedang mengandung. Hal lain yang tidak kalah penting adalah ekonomi. Tidak bisa kita pungkiri jika kita ingin memiliki anak, dan kita ingin mulai darin proses mengandung, melahirkan, hingga anak kita besar nanti berjalan dengan baik uang sangatlah dibutuhkan. Siapkah anda secara ekonomi? Siapkah anda mengeluarkan banyak uang untuk membeli keperluan anak anda, dan bukannya untuk diri anda sendiri?

     Hal-hal inilah yang harus dipertimbangkan sebelum anda memutuskan untuk memiliki anak. Siapkanlah diri anda, baik secara mental, ekonomi, sosial, dan juga pengetahuan yang cukup. Karena yang akan anda kandung adalah darah daging anda sendiri, anak yang akan anda gantungkan segala harapan anda nantinya. Ingatlah bahwa kehidupan yang akan anda jalani jauh berbeda dari sebelumnya. Sadarlah memiliki anak bukanlah hal yang mudah, maka siapkanlah segala sesuatunya dengan baik demi kebaikan diri dan masa depan anda.
11 September 2013