Teknik Wawancara Psikologi Industri Dan Organisasi (Dinda Nanda Rama)

Pengalaman tugas praktisi teknik wawancara yang saya dapatkan dengan  kelompok sukup membuat  saya tegang, karena pada saat tersebut HRD yang seharusnya kami wawancara berhalangan hadir dan baru memberikankabar h-1, hal itu membuat kami agak khawatir, akan tetapi salah sauté dari kami kebetulan HRD yang bekerja dikantor suamiinya bersedia untuk diwawancarai pada hari selasa tanggal  3 september 2013, saya dan susan  membuat janji pada beliau jam 10, tetapi dikarenakan kantor beliau sedang ada renovasi kantor dan  beliaupun sedang ada meeting sehingga saya dan susan menunggu beliau hingga selesai metting sampai jam 11:00, pada saat bertemu beliau kamu agak tegang karena kami masuk ke ruangan inteview untuk calon karyawan baru, dan beliau tidak memiliki banyak waktu dikarenakan masih ada meeting di kantor cabang lainnya.
Sebelum merekam hasil wawancara saya meminta izin terlebih dahulu pada beliau, dan beliau menyetujuinya. saya membina rapport dengan cara menyakan nama identities, menanyakan jobdesk, pengalaman kerja, dan sudah berapa lama beliau bekerja, setelah itu saya melakukan open qustion dengan menanyakan tentang arti dari teknik wwancara menurut beliau, setelah itu saya menanyakan kekurangan dan kelebihan wawancara, wawancara di pakai pada saat apa saja, akan tetapi dikarekanank waktu yang terlalu mepet sehingga kami medapatkan info yang kurang lengkap sehingga pada saat kami presentasi ada banyak hal yang sulit kami jelaskan.
Dari pengalaman praktisi tersebut saya menyimpulan bahwa di dalam teknik wawncara saya harus lebih teliti, tidak buru-buru dan harus lebih mau tahu tentang segalanya contoh apabila ada jawaban yang kurang jelas, saya haru menanyakan lagi maksud dari jawaban orang tersebut. waktu untuk wawancara juga harus lebih banyak agar dapat menggali informasi lebih banyak. semakin banyak infornasi yang saya inginkan semakin banyak waktu yang dibutuhkan.

15 September 2013

Wawancara Praktisi Psikolog Klinis Anak (Ayu Arindi Ismi)

Akhirnya saya mengambil mata kuliah ini juga di semester tujuh. Jujur ada ketakutan tersendiri untuk mata kuliah yang satu ini. Takut jika tugas yang dikerjakan tidak sesuai harapan dan yang paling ditakuti jangan sampai tidak lulus mata kuliah ini. Ditambah lagi dosennya dekan psikologi untar sendiri, makin takut. Tapi saya mencoba menjalankannya seenjoy mungkin. 

Di awal perkuliah SAP sudah diberikan by email oleh assisten kece nya bu dosen, rangkaian perkuliahan enam bulan kedepanpun sudah terancang dengan apik. Tugas-tugas, kuis, praktek, uts dan uas pun sudah tercantum cantik lengkap dengan tanggalnya. 

Tugas kelompok pertama berhasil dikerjakan dengan rapih. Dan akhirnya sampilah ditugas kelompok kedua yaitu mewawancarai praktisi psikolog dengan beragam bidang. Kelompok kami pun mendapatkan praktisi psikolog klinis anak. berhubung tugasnya sedikit mepet, kami bergegas mencari psikolog yang bisa untuk kami wawancarai. yaaap! kami berhasil menemukannya.

Kami segera mengatur waktu agar dapat melakukan wawancara. sumber kami pun sudah tidak asing untuk mata kuliah ini. Setiap semester selalu ada yang menelpon beliau untuk melakukan wawancara berkaitan dengan tugas kuliah. Setelah cukup lama menunggu akhirnya kami berhasil bertemu dengan beliau di tempat praktek kerjanya. Membina rapport dimulai dengan perkenalan singkat. Tanpa panjang lebar kami langsung mewawancarai beliau.

Menurut beliau wawancara adalah teknik yang digunakan untuk menggali informasi yang ingin didapatkan dari seorang interviewer kepada pihak interviewee. Apa saja jobdesc psikolog klinis anak? Beliau mengatakan ada empat jobdesc yang sering beliau lakukan terkait dengan pekerjannya. Pertama, memberikan konseling kepada klien yang datang khususnya berkaitan dengan anak, remaja dan keluarga. Memberikan psikotes jika diperlukan. Psikotes biasanya digunakan sesuai dengan keperluan seperti tes inteligensi, tes bakat minat, kesiapan belajar dan mengenai tumbuh kembang anak. Ketiga, melakukan psikoterapi sesuai dengan keperluan klien. Psikoterapi yang sering digunakan untuk anak adalah play theraphy, untuk remaja ada art theraphy, cognitive behaviour theraphy, jika melibatkan keluarga menggunakan family theraphy. Keempat, selain menerima konsultasi, psikotes dan psikoterapi, subyek harus bekerjasama dengan para dokter. 
Selain itu beliau juga memberikan ulasan tentang kekurangan dan kelebihan wawancara. Dimulai dengan kelebihan dulu. Pertama, mendapatkan informasi lebih cepat alias menghemat waktu, dan informasi yang didapatkan juga bersamaan dengan wawancara. Tidak klop kalo ada kelebihan tetapi tidak ada kekurangan. Ini kekurangan wawancara, mendapatkan informasi dengan tidak cepat dan memakan waktu yang lama.

Singkat nya, sampailah disaat kami harus mempresentasikan hasil wawancara kami di kelas. Kemudian saya mendapatkan garis besar antara klinis anak dengan klinis dewasa. Membina rapport, terdapat perbedaan dalam membina rapport klinis dewasa dan klinis anak. Jika klinis dewasa bisa membina rapport dengan memulai perbincangan ringan sedangkan klinis anak membina rapport dengan mengajak anak bermain terlebih dahulu jika anak tidak dapat memulai pembicaraan atau masih diliputi rasa takut dan malu. Selain itu, untuk mendapatkan informasi juga melalui wawancara dengan orangtua anak. Ini merupakan hal penting karena bisa saja yang terdapat masalah bukan pada anak melainkan orangtuanya.

Klinis anak memang sedikit lebih ribet dibanding klinis dewasa dan membutuhkan ekstra kesabaran untuk menghadapi anak-anak. Mereka juga harus mengajak anak bermain, mengikuti setiap gerak-gerik anak agar tercipta kenyamanan antara anak dan psikolog sehingga anak tidak canggung untuk bercerita.

Praktisi psikolog apapun yang kita pilih, tentunya memiliki kelebihan dan kekurangannya tersendiri. Yang terpenting adalah bagaimana kita bersungguh-sungguh dalam menjalankan tugas dan melakukan teknik-tekniknya dengan baik, Terutama teknik yang satu ini yaitu Teknik Wawancara.
 
14 September 2013

Want to be a Good Interviewer? Cekidot! (Ayu Arindi Ismi)

Perkuliahan Rabu, 11 September 2013 membahas tentang teknik dasar wawancara yang langsung dijelaskan oleh Ibu Henny, memberikan banyak ilmu berkaitan dengan wawancara, mewawancarai dan diwawancarai. Sekilas  saya berfikir wawancara dan kepo apa ya beda nya?? Toh sama-sama menggali informasi. Tapi kepo banyak caranya bisa melalui social media, ataupun langsung face to face sedangkan wawancara lebih sering dengan face to face. hmm.. Yang saya tahu, kepo itu tidak ada teknik khusus yang dijabarkan untuk melakukannya berbeda dengan wawancara yang telah dijelaskan secara rinci tekniknya oleh dosen tercinta di kelas Teknik Wawancara kemarin.

Pelajaran yang paling berharga hari itu sebenarnya bukan materi dari slidenya melainkan permainan yang diberikan Ibu Henny kepada kami. Ditengah-tengah perkuliahan tiba-tiba Ibu Henny menyuruh kami untuk berpasang-pasangan dan kemudian beliau memberikan instruksi "kalian boleh bercerita apa saja kepada pasangan kalian, bebas. Ketika orang kesatu bercerita, orang kedua silahkan melakukan hal apapun yang ia senangi." begitulah instruksinya. Awalnya saya berkenalan terlebih dahulu kepada pasangan saya, setelah itu Maya (nama pasangan saya) yang memulai cerita terlebih dahulu dan saya menjadi orang kedua yang akan sibuk sendiri dengan hal yang saya senangi. Berhubung saya senang sekali pegang HP jadi saat itu saya memainkan HP saya. Maya pun mulai bercerita dan saya melakukan tugas sesuai instruksi. Ketika diawal maya bercerita saya masih menyimak tetapi seterusnya saya kian asik dengan benda yang saya pegang. Ketika fokus saya mulai terpecah antara mendengarkan cerita maya dan memainkan hp hati saya pun berucap "duh, gak enak banget nih ama si Maya. dia cerita enggak gue dengerin. Ngerasa bersalah gue ama dia" dan saya pun berniat untuk berhenti memainkan hp kemudian fokus untuk mendengarkan cerita maya. Sebelum niat baik saya itu terlaksana (hehehe) ternyata Ibu Henny sudah memberikan instruksi berikutnya yaitu kebalikan dari instruksi yang awal. Yaaaah! giliran saya yang harus bercerita. sekarang saya berada diposisi maya sebagai seorang yang curhat haha. Dan begitulah cerita saya tidak didengarkan oleh maya karena dia sibuk sendiri dengan dirinya. Ingin rasanya saya ngomel didepan maya karena dia tidak mendengarkan cerita yang telah saya ceritakan. Disaat itulah saya benar-benar merasakan sungguh tidak enak nya menjadi seorang pendengar yang tidak mampu mendengarkan dan juga bercerita tapi tidak didengarkan oleh orang lain. Bagaimaina kalau saya nanti seperti itu?? sebelum itu terjadi pada saya dan anda mari kita simak berikut ini.


Keterampilan Dasar Wawancara
Setiap hal yang dapat kita lakukan dengan baik tentu ada keterampilan dan teknik dasarnya yang harus kita kuasai terlebih dahulu. Begitu juga dengan wawancara, sekilas memang mudah, yah wawancara ngobrol dan sambil tatap muka, bahkan lewat alat komunikasi juga bisa, tapi jangan salah bagi anda yang tidak mengetahui teknik dasar nya, anda bisa keringat dingin dibuatnya.  Yuk kita bahas satu-persatu tekniknya berdasarkan yang sudah dijelaskan di perkuliah.

Membina rapport. Kenyamanan yang tercipta sejak awal tentu akan mempengeruhi seseorang dalam memberikan informasi. Seseorang yang sejak awal sudah merasa aman, nyaman dan tenang tentunya tidak akan memberikan informasi secara takut dan malu-malu yang berakibat akan menutup-nutupi informasi yang akan dia berikan. Bagaimana keadaan tersebut dapat diciptakan? Rapport akan terbentuk seiring dengan berjalannya waktu. Hal yang harus dilakukan adalah dengan bersikap ramah dan memberikan senyuman manis agar klien merasa disambut dengan hangat, berjabat tangan, mengucapkan salam, dan banyak lainnya. Selain itu perhatikan wajah kita,ekspresi wajah tidak boleh terlalu datar dan ekspresif tetapi terus saja dalam keadaan yang netral sehingga klien tidak memberikan judgement tersendiri terhadap interviewer-nya.

Empati. Kita harus memahami dan mengerti perasaan apa yang dirasakan klien. menciptakan rasa empati kepada klien dengan cara harus tetap fokus kepada klien dengan begitu klien merasakan adanya pengertian, dan penerimaan yang diberikan interviewer terhadap dirinya.

Attending Behaviour.  Terkadang bahasa tubuh dan kontak mata lebih memberikan arti dibandingan dengan kata-kata. Berikan klien waktu untuk menceritakan apa yang dirasakannya. Keheningan bisa saja terjadi karena sebagian orang berangggapan bahwa itu adalah salah satu cara untuk berempati dibandingkan harus megeluarkan banyak kata-kata. 

Teknik bertanya. Pertanyaan terbagi atas dua open-question dan closed-question. Open question akan membuat klien merasa lebih nyaman untuk menjawab ataupun memberikan informasi dan tidak merasa dipojokkan oleh interviewer. Pertanyaan jenis ini dapat memancing klien mengkonstruktifkan jawaban yang ada dipikirannya sehingga interviewer terhindar dari judgement terhadap klien. Sedangkan closed-question adalah pertanyaan yang memancing klien untuk menjawab ya atau tidak. pertanyaan jenis ini bisa mengarahkan klien sehingga klien dapat terpengaruh oleh pertanyaan tersebut. Sebagai seorang interviewer haruslah pintar dalam memilih kosakata untuk memberikan pertanyaan kepada klien agar dapat terhindar dari jawaban yang kurang tidak akurat. 

Keterampilan observasi. Ternyata keterampilan wawancara bersahabat dengan keterampilan observasi yang baik. Selain menggali informasi sebanyak-banyaknya dan seakurat-akuratnya, kita juga harus memperhatikan ekspresi wajah, pilihan kata, pengulangan cerita, dan intonasi juga memberikan nilai informasi yang penting dengan apa hal yang diceritakan klien tersebut.

Active listening. Sebagai seorang inerviewer kita tidak hanya mendengarkan. Melainkan juga harus dapat memberikan dorongan kepada klien agar klien terus menceritakan apa yang ia rasakan. Active listening bisa berupa verbal dan nonverbal. Misalnya dengan megucapkan kata "hmm..", "lalu..", "oke." dapat membuat klien merasakan lebih nyaman untuk melanjutkan ceritanya. Selain itu memberikan sedikit waktu kepada klien untuk diam atau hening 10-15 detik membuat klien tidak tergesa-gesa untuk melanjutkan pembicaraannya.

Nah, informasi nya sudah saya berikan. Yuk kita instrospeksi kepada diri masing-masing, sudahkah kita melakukan hal tersebut? Sudahkah kita menerapkan keterampilan dasar wawancara dan menguasainya? Jujur, saya sih belom tapi akan terus belajar dan latihan untuk menjadi pewawancara yang baik. Kalian?
 
14 September 2013

Psikolog Sekolah (Claudia Deiny Irawan)

     Dewasa ini, banyak sekolah yang telah memiliki psikolog sekolah untuk membantu memberikan konseling bagi para siswa yang dirasa membutuhkan. Tugas dari psikolog sekolah adalah membantu kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh para siswa-siswi di sekolah dengan cara konseling. Psikolog sekolah atau guru bimbingan konseling (BK) pertama-tama akan membina rappor yang baik dengan anak yang dianggap "bermasalah" pada bidang akademis dan masalah yang dapat mengganggu siswa secara akademis. sehingga terbentuk rasa percaya. Setelah rasa percaya tersebut mulai terbentuk, barulah siswa diminta untuk menceritakan permasalahan yang terjadi, baik secara lisan, maupun dengan menggunakan media tulisan. 

     Segala cerita yang telah diceritakan oleh siswa tersebut hendaknya disimpan dengan baik oleh psikolog, dan hanya sebagian yang disampaikan kepada guru lain apabila permasalahan tersebut memang dirasa perlu untuk disampaikan kepada guru yang bersangkutan. Namun demikian, pada beberapa orang guru BK, terdapat suatu ketidaketisan, yaitu dengan cara membocorkan cerita yang telah disampaikan oleh siswa kepada guru-guru lain dan menjadikannya bahan tertawaan. Hal tersebut sangat tidak etis, apalagi jika guru BK tersebut telah berjanji kepada siswa yang bersangkutan untuk tidak membocorkan rahasia atau masalah yang dimilikinya kepada orang lain. 

     Hal tersebut dapat berdampak buruk bagi siswa yang bersangkutan, karena bisa saja siswa merasa tertekan karena mengetahui rahasia atau permasalahnnya telah menjadi rahasia umum dan dibicarakan oleh para guru-guru lainnya yang biasanya guru-guru tersebut akan memberi label kepada siswa tersebut sebagai "anak bermasalah". Siswa juga akan merasa malas untuk bertemu lagi dengan guru BK tersebut dan menjadi kurang menghormati guru tersebut karena dianggap tidak bisa menepati janji. Hal tersebut seharusnya tidak dilakukan, karena melanggar kode etik yang ada, dan juga dapat merugikan orang lain, khususnya siswa yang bersangkutan. Dalam hal ini, kepala sekolah atau yang berwenang hendaknya memberikan teguran atau tindakan tegas bagi kasus-kasus permasalahan seperti ini agar tidak menambah masalah yang dimiliki oleh siswa. 

14 September 2013

Teknologi oh Teknologi.....(Claudia Deiny Irawan)

     Pada era ini, teknologi berkembang menjadi semakin canggih dan sudah menjadi kebutuhan bagi sebagian orang, gadget seperti Blackberry, iPhone, iPad, Android, dan Windows Phone sudah menjadi barang wajar yang banyak dimiliki oleh hampir dari semua kalangan, baik anak-anak, remaja, maupun orang dewasa. Tidak ada salah memang dengan teknologi yang muktahir ini, banyak keuntungan yang dapat dimanfaatkan, seperti lebih mudahnya menjalin komunikasi dengan orang-orang terdekat yang kebetulan berjarak jauh dari kita, kemudahan mengakses pesan instan, dan lain-lain. Namun demikian, seiring dengan berkembangnya teknologi yang kian canggih, terdapat sebuah permasalahan. Banyak orang menjadi lebih "asyik" dengan diri mereka masing-masing, dan menjadi kurang peka terhadap lingkungan sekitarnya. 
     Contoh paling sederhana dari lebih asyik dengan diri sendiri dan menjadi kurang peka terhadap lingkungan sekitar adalah sebuah keluarga yang pernah saya lihat di sebuah restoran di Jakarta. Awalnya, mereka memesan beberapa jenis makanan dan juga minuman dari menu restoran. Setelah pramusaji pergi, kemudian mereka satu per satu mulai mengeluarkan gadged masing-masing dimulai dari sang ibu, kemudian anak laki-laki yang paling kecil, disusul dengan kakak perempuan, lalu yang terakhir adalah sang ayah. Mereka semua terlihat sangat asyik dengan gadget kepunyaan mereka itu sampai akhirnya pramusaji datang membawakan makanan dan minuman yang telah mereka pesan dan sang anak perempuan mengucapkan terima kasih sambil tetap menatap ke layar iPhonenya. 
     Dari cerita di atas, maka terlihat bahwa gadget juga memiliki keuntungan dan kekurangan. Salah satu keuntungannya adalah seperti yang telah saya sampaikan, yaitu dapat mempermudah jalinan komunikasi diantara kita dengan orang-orang terdekat yang berjarak jauh. Sementara itu, kekurangannya adalah gadged yang dikatakan dapat "mendekatkan" kita dengan orang-orang terdekat yang jaraknya jauh dari kita pada kenyataannya malah dapat menjauhkan kita dengan orang-orang yang ada dilingkungan kita. seperti keluarga, teman, tetangga., maupun orang-orang yang berada disekitar kita seperti contoh cerita di atas. 
     Gadget itu penting juga dimiliki agar kita dapat menjadi lebih update terhadap perkembangan teknologi saat ini, namun kita sebagai penggunanya juga harus pintar dalam menggunakannya agar kita tidak mengabaikan interaksi dengan lingkungan sekitar kita. Namun, itu semua tergantung dari kebijakan Anda di dalam menggunakannya. 

14 September 2013

Setiap Orang Butuh didengarkan (Evy)

Pada saat kelas teknik wawancara Rabu kemarin, dosen kami Ibu Henny, menyuruh kami mempraktikkan sebuah permainan yang cukup menjengkelkan. Jadi permainan itu dilakukan berpasangan, yang satu disuruh menceritakan apa saja yang ingin diceritakan, yang satu lagi disuruh melakukan sesuatu lain selain mendengarkan dan dilakukan bergantian. Setelah itu, masih dalam pasangan, kami disuruh menceritakan juga apa yang ingin diceritakan, tetapi kali ini pasangannya mendengar dan memberikan feedback. Setelah permainan tersebut selesai dilakukan, saya mempelajari sesuatu yang baru. Sesuatu yang terkadang saya anggap enteng tetapi ternyata sangat berefek pada orang lain. Mengapa telinga kita ada dua tetapi mulut hanya satu? Karena kita diharapkan untuk lebih banyak mendengar dibanding berbicara. Orang-orang yang di sekitar kita, baik yang sedang memiliki masalah ataupun tidak, butuh untuk didengarkan. Mendengarkan bukan hanya pekerjaan psikolog tetapi juga kita semua harus mampu mendengarkan orang lain. Mengapa orang yang tidak mempunyai masalah juga butuh untuk didengarkan? ini poin utama yang saya dapat dari permainan tersebut. Pada saat seseorang bercerita mungkin tentang kegiatan jalan-jalannya yang menyenangkan pun, dia berharap agar ceritanya didengar. Jika kita menganggap enteng cerita orang dengan mengabaikan ceritanya mungkin kita sambil melakukan hal lain seperti bermain gadget, kita akan merasa fine-fine saja, tetapi orang yang bercerita tersebut akan merasa sedih, tidak diharapkan untuk bercerita, atau mungkin si pendengar tidak tertarik dengan ceritanya. Pendengar mungkin tidak akan menyadari apa yang dirasakan si pencerita, tapi ketika si pendengar yang menjadi pencerita, maka ia akan mengerti bagaimana rasanya tidak didengarkan. Dengarkanlah apa cerita orang disekitar kita, hargailah ia mau melakukan sharing dengan kita, karena kita sendiri juga membutuhkan telinga orang lain.

14 September 2013