Jangan Mencoreng Profesi Psikologi (Ria Marlinia)

Jika masyarakat umum mendengar kata psikolog atau jurusan psikologi, pasti banyak yang mengatakan bahwa itu mudah. Banyak yang mengatakan hanya mempelajari manusia yang seperti mengerti diri kita sendiri, namun hal itu salah. Menjadi seorang psikolog tidak semudah yang dibayangkan. Banyak kendala yang dihadapi dalam dunia seorang psikolog. Minggu lalu saya mengikuti kelas teknik wawancara, di sana dibahas mengenai praktisi diberbagai bidang psikologi, yaitu klinis anak dan dewasa, industri dan organisasi, dan pendidikan. Pada setiap bidang, umumnya seorang psikolog menggunakan teknik wawancara sebagai salah satu teknik dasar untuk mencari infromasi dari seseorang yang kita tidak kenal. Pada seseorang yang kita kenal saja, belum tentu orang tersebut akan berkata jujur mengenai dirinya atau masalah apa yang sedang dihadapinya. Bagaimana dengan yang belum dikenal?  
     Banyak para praktisi yang mengemukakan bahwa pada awal dilakukannya wawancara, banyak orang yang masih tertutup, tidak jujur, dan tidak tahu harus mengatakan apa. Hal yang dilakukan oleh seorang psikolog adalah membina rapport agar dapat terbentuknya rasa percaya antara klien terhadap psikolog. Rapport adalah kemampuan membina hubungan yang baik dengan klien, sehingga klien dapat berbicara bebas dan jujur mengenai hal-hal yang nantinya akan ditanyakan.  Jika sudah dibangun sebuah kepercayaan, maka harus tetap di jaga. Hal ini karena jika seseorang sudah percaya dengan orang lain dan kita hancurkan dengan perbuatan atau perkataan, kepercayaan akan sulit untuk dibangun kembali.
     Sebagai contoh beberapa teman di kelas saya yang memiliki pengalaman atau kenangan yang tidak menyenangkan dengan guru BP mereka. Teman-teman saya sudah membangun kepercayaan yang baik dengan guru mereka. Sehingga mereka dapat mengungkapkan masalah atau apapun itu secara jujur. Tetapi guru BP membuat teman-teman saya merasa sakit hati, dibohongi, bahkan sampai membocorkan masalah pribadinya kepada guru-guru lain di sekolahnya. Hal ini lah yang membuat sebuah kepercayaan dapat luntur dengan mudahnya.  Oleh karena itu, menjadi seorang psikolog tidak mudah, harus menjaga setiap kalimat yang diucapkan dan perilaku yang sesuai dengan etika sebagai seorang psikolog. Jika tidak maka akan banyak orang yang merasa sakit hati ataupun kecewa pada profesi ini. Hal yang penting untuk diingat adalah jadilah seorang psikolog yang baik di mana pun Anda berada.
 
17 September 2013

Sekilas Mengenai Wawancara (Lupita Sari Dewi)



Apa yang pertama kali di benak anda ketika mendengar kata wawancara? Alat perekam? Televisi? Wartawan? Ya. Wawancara memang sebuah teknik andalan para wartawan untuk mengumpulkan informasi dari narasumber yang biasanya banyak ditayangkan di media massa. Pada dasarnya, setiap orang mampu melaksanakan wawancara di manapun dan dengan siapapun. Nah, pertanyaan selanjutnya adalah, apakah yang harus diperhatikan dalam melakukan wawancara?
Pertama, tentukan sasaran dan jenis informasi yang akan ditanyakan saat wawancara. Ya, hal inilah yang membedakan wawancara dengan sekedar ngobrol-ngobrol. Dalam wawancara, biasanya pertanyaan yang ditanyakan terstruktur dan memiliki topik tertentu. Hal ini untuk membatasi waktu serta menjaga kelengkapan informasi pada topik tertentu.
Yang kedua adalah kesadaran diri. Setiap manusia memiliki nilai-nilai dan pengalamannya masing-masing. Kesadaran diri diperlukan untuk meminimalisir bias-bias yang terjadi pada saat wawancara. Terjadinya bias ketika wawancara dapat menimbulkan ketidakakuratan informasi yang anda kumpulkan ketika proses wawancara terjadi.
Yang ketiga adalah persetujuan dan kerahasiaan. Tidak semua informasi hasil wawancara dapat anda sebarluaskan ke orang lain. Pastikan subjek yang anda wawancara mengetahui kegunaan informasi yang anda kumpulkan supaya tidak terjadi pelanggaran etika.
Dan yang terakhir dan tak kalah penting adalah nurani dan empati. Ya, dalam melakukan wawancara, anda harus menggunakan empati anda. Wawancara dapat berlangsung dengan baik apabila orang yang anda wawancara merasa aman dan nyaman. Jangan sampai anda tidak mendapatkan informasi yang anda butuhkan hanya karena orang yang anda wawancara merasakan tekanan dari gaya bicara anda. Untuk itu, gunakan empati yang anda miliki untuk menyediakan dan menciptakan suasana yang memadai untuk melakukan wawancara.
Demikian sedikit dari saya. Selamat melakukan wawancara! 

17 September 2013

kemampuan dasar dalam melakukan wawancara (Asadany Prabowo)

 hal yang paling mendasar dalam melakukan wawancara adalah membina rapport. rapport disini merupakan kesan pertama yang kita berikan kepada subjek wawancara, membina rapport sangat penting dalam wawancara, karena dari rapport itulah subjek wawancara memiliki kesan apakah kita bisa dipercaya atau tidak, karena jika kita tidak membina rapport dengan baik maka bisa dipastikan kita akan kesulitan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan.

     ada beberapa tips untuk membina rapport seperti, jangan memasang muka yang datar, tetapi jangan ekspresif juga, jadi ekspresi muka kita menunjukkan ketertarikan dan kepedulian kepada subjek tetapi dengan tidak berlebihan. jangan menerima telepon atau hal- hal lain yang dapat mengganggu percakapan, dan pusatkan perhatian kepada subjek dan juga secara tulus menunjukkan ketertarikkan dengan perkataan subjek. agar mendapatkan raport yang baik sebaiknya sub. jek harus tahu bahwa pewawancara mengerti apa yang dikatakan subjek, namun jangan sok tahu dan jangan menjudge subjek. jangan menunjukkan ekspresi yang berlebihan saat subjek menceritakan topik yang tidak pantas atau tidak wajar. hati- hati pula pada setiap perkataan yang dikatakan, terutama humor. gunakan bahasa yang biasa dipakai subjek, perhatikan juga tingkat pendidikan dan sesuaikan bahasa anda.
 
17 September 2013

aplikasi teknik wawancara dalam konteks pendidikan (Asadany Prabowo)

    Interview atau wawancara merupakan suatu cara untuk mendapatkan informasi faktual untuk, untuk menaksir atau menilai kepribadian seseorang, atau dipakai untuk maksud- maksud bimbingan atau terapeutis. Pada konteks pendidikan interview atau wawancara sering dipakai untuk mengenal lebih dekat dengan anak dan mengorek informasi yang berguna untuk membantu anak dalam berkembang dan belajar. dan tak jarang wawancara juga dilakukan untuk membantu anak mengetahui bakat dan minatnya. wawancara juga bisa di aplikasikan pada siswa yang bermasalah, pewawancara bisa mengorek informasi kenapa anak itu bisa sampai bermasalah dan membimbing siswa agar tidak bermasalah lagi atau malah membuatnya berprestasi.

Adapun kelebihan dan kekurangan wawancara dalam konteks pendidikan yaitu:

     kelebihan wawancara dalam bidang pendidikan
1. memperoleh informasi dengan cepat
2. memperoleh informasi dengan langsung
3. mendapatkan informasi secara mendalam
4. siswa cenderung lebih terbuka dengan teknik wawancara

     kekurangan wawancara dalam bidang pendidikan
1. bagi siswa yang tertutup terkadang sulit sekali mendapatkan informasi dengan wawancara
2. siswa suka  berbohong

     Penanganan yang dilakukan jika menemui siswa yang tertutup, biasanya pewawancara akan memanggil orang- orang terdekat dari siswa tersebut, seperti keluarga, dan teman- teman dekatnya untuk di wawancara, guna mendapatkan informasi sebanyak, banyaknya tentang siswa tersebut.
 
17 September 2013

Wawancara Praktisi (Mutiara Sani)

Pada saat kuliah pertemuan ketiga dan keempat di kelas teknik wawancara membahas mengenai wawancara berdasarkan hasil wawancara pada beberapa psikolog, diantaranya adalah psikolog klinis anak, psikolog klinis dewasa, psikolog pendidikan, dan psikolog Industri dan Organisasi. karena ada banyak versi kendala dalam wawancara.

Kendala dalam wawancara berdasarkan hasil wawancara dari psikolog klinis anak adalah psikolog klinis anak ketika anak itu deffensive, karena kalau anak deffensive kita tidak dapat mendapatkan informasi yang kita inginkan. untuk mengatasi masalah ini, psikolog klinis anak balik lagi ketahap bina rapport agar anak-anak percaya pada psikolognya. Tahap bina rapport pada anak-anak cenderung dengan beberapa permainan.

dan menurut psikolog klinis dewasa adalah ketika interviewee itu berbohong atau menutupi masalahnya. ini juga pada kasus deffensive dan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan diperlukan bina rapport, biasanya untuk bina rapport, interviewer lebih meyakinkan interviewee kalau masalah tidak akan sampai bocor ke pihak lain.

kemudian ada lagi dari praktisi pendidikan, menurutnya kendala yang sulit dihadapi yaitu pada anak yang intovert atau pendiam. namun hal ini disiasati dengan cara interviewee menuliskan masalah-masalah di kertas, sehingga interviewee tidak malu untuk menceritakan masalahnya, namun terkadang psikolog pendidikan pun membina rapport lagi

terdapat perbedaan kendala pada tiap praktisi, namun saya menyimpulkan kalau kendala-kendala yang dihadapi tersebut dapat diatasi dengan cara yang sama yaitu bina rapport,
untuk mendapatkan kemampuan menggali informasi dari client dengan cepat dan tepat diperlukan jam terbang yang banyak.

17 September 2013

Penting-nya Teknik Wawancara (Mutiara Sani)

Mendengar Wawancara terasa tidak asing di telinga saya. karena sebagai metode yang sering digunakan untuk mendapat informasi dari seseorang. Sebelum saya masuk ke dalam kelas teknik wawancara, saya menganggap kelas teknik wawancara itu sebagai kelas yang gaje ( gak jelas ) dan hanya untuk memenuhi sks saja karena tentunya waktu SMA telah dipelajari tentang wawancara, kenapa setelah di bangku kuliah saya harus belajar tentang wawancara lagi dan bobotnya pun besar yaitu 3 sks.  namun karena Teknik Wawancara merupakan kelas mata kuliah wajib maka saya mengambilnya pada semester ini.

pada pertemuan pertama saya berhalangan hadir, sehingga saya kehilangan satu sesi penjelasan mengenai teknik wawancara, pada pertemuan kedua saya masih belum mendapatkan pentingnya mata kuliah Teknik wawancara dan pentingnya wawancara. kemudian  yang membuat saya tidak mengerti ketika mendapat tugas untuk wawancara psikolog pun saya masih berpikir, kenapa harus sampai wawancara psikolog untuk mengetahui tentang wawancara? toh, materi yang diberikan  sudah menjelaskan teknik wawancara.

Kemudian saya dan kelompok melakukan wawancara dengan psikolog klinis anak di IPEKA counseling center. pada wawancara ini, saya mendapat informasi tentang betapa pentingnya wawancara. Teknik wawancara tidak semudah mengatakan kata wawancara itu sendiri. Sebelum mendapatkan informasi yang kita ketahui kita harus melakukan pendekatan atau yang sering disebut membina rapport. kebanyakan orang termasuk saya sendiri mengira kalau pada tahap awal wawancara merupakan tahap basa-basi yang sebetulnya tidak penting. Namun ternyata tahap tersebut merupakan tahap terpenting dalam wawancara karena ketika kita tidak dapat membina rapport dengan baik maka testi tidak akan memberikan informasi mengenai permasalahannya secara jelas. Testi  baru mau memberikan informasi permasalahannya jika testi telah merasa nyaman dan percaya pada testernya, untuk membuat testi nyaman dan percaya itu tergantung cara tester  dalam membina rapport.

Selain bergantung pada pembinaan rapport,  keberhasilan wawancara juga bergantung pada cara tester memberikan pertanyaan, karena biasanya ada testi yang berusaha untuk menutupi permasalahannya dengan mengatakan hal yang tidak sesuai dengan fakta. Sehingga diperlukan kejelian tester dalam memberikan pertanyaan dan mengobservasi testi.

 Setelah mendapatkan informasi ini, membuat saya berpikir kalau ternyata teknik wawancara tidak sesederhana yang saya pikirkan dulu. diperlukan latihan untuk mengasah ketrampilan dalam wawancara.


17 September 2013