Social History.. Mereka menyebutnya "Membosankan", kami menganggapnya "Sambil menyelam minum air" (Ayu Arindi Ismy)

Social history??
Terdengarnya seperti akan menceritakan kisah-kisah kedermawanan para pemilik harta berlimpah,  relawan bencana alam atau mungkin para pahlawan bangsa dizaman perang dulu?? hehe.. Bukan social history itu yang saya maksudkan tapi berkaitan dengan Psikologi. Kalian mau tau?? Banget?? Ini ya saya jelasin.. Cekidot ;)

Social history
Dikehidupan tentunya kita memiliki beraneka ragam kisah.. Sedih, senang, bahagia, seru, haru, syukur, marah, bosan seperti itulah kisah yang kita jalani begitu beraneka ragam. Tidak ada manusia yang menjalani kehidupan sama persis sekali pun itu kembar. Semua kisah atau peristiwa yang terjadi pada seseorang tentu memiliki dampak yang besar untuk kehidupannya. Dari kisah hidup mereka bisa membentuk karakter pribadi yang menjadi ciri khas diri mereka. Mungkin sebagian orang memiliki kisah cerita yang sama tapi kronologis ceritanya tidak akan pernah sama begitu juga cara mereka memandang dan memaknai kisah tersebut tentu akan beda.

So, social history adalah merupakan kisah atau cerita pengalaman kehidupan yang terjadi pada kehidupan seseorang sepanjang hidup yang dapat berpengaruh pada psikis seseorang.

Apa ya hubungan social history dengan wawancara oleh psikolog??
Social history merupakan aspek yang penting untuk menggali informasi terkait permasalahan klien. Selain itu seorang psikolog juga lebih bisa memaknai dan memahami perasaan klien dari setiap kisah yang ia ceritakan karena bisa saja sebuah kisah yang untuk orang lain membahagiakan, justru berdampak sedih untuk klien.


Aspek yang termasuk dalam social history..

Family history. Semua hal yang terkait dengan keluarga, termasuk dengan tempat lahir dan dimana klien tumbuh kembang. Hal ini penting karena akan memperlihatkan kemungkinan terdapatnya masalah terhadap anggota keluarga, baik keluarga inti maupun kerabat dekat. Selain itu dapat melihat kecenderungan kesamaan antar saudara. Misalkan, ada saudara yang menderita gangguan mental tidak menutup kemungkinan klien juga menderita hal tersebut. Pola komunikasi, kebudayaan dan nilai-nilai yang diterapkan dikeluarga juga mendapatkan porsi yang besar sebagai pembentukan karakter klien atau pun menjadi permasalahan bagi klien.

Educational history. Segala pengalaman di dunia sekolah mencakup tempat klien menimba ilmu, hubungan klien dengan guru dan teman, dan juga pemilihan jurusan terhadap klien. hal tersebut juga mempunyai pengaruh terhadap kehidupan sosial klien.

Occupational training job history. Hal yang berhubungan dengan pekerjaan klien. Sebagian orang mungkin enggan menceritakan tentang dunia pekerjaannya hal tersebut bisa dikarenakan kurangnya rasa nyaman terhadap pekerjaan, atau pun pekerjaan tersebut bertentangan dengan nilai-nilai sosial yang ada. Untuk menanyakan terkait dengan pekerjaan, agar tidak menyinggung sebaiknya menggunakan kalimat seperti "apa kesibukan anda saat ini?".

Marital history. Keadaan rumah tangga dan pernikahan klien. Pengalaman dalam pernikahan bisa memberikan dampak terhadap permasalahan diri klien. Persepsi klien terhadap pernikahan dan kehidupan rumah tangga merupakan hal yang menarik yang bisa digali lebih dalam.

Interpersonal relationship. Hubungan pertemanan klien dengan sejawatnya. mengetahui tentang apakah klien memiliki teman dilingkungan sekitar atau justru klien tidak pernah berbaur terhadap orang-orang dilingkungan sekitarnya, dengan begitu psikolog dapat menemukan akar permasalahan klien.

Recrational preferences. Cara klien melakukan hal-hal yang memberi dampak meyenangkan untuk hidupnya.  Ketertarikan klien terhadap suatu hal dapat memberikan informasi tentang keadaan klien.

Sexual history. Hl yang terkait dengan persoalan seksualitas. Hal ini bisa menjadi hal yang sensitif bagi beberapa orang. Pengalaman traumatis mengenai masalah seksualitas atau kebudayaan yang sering menganggap tabu tentang seksualitas dapat menghambat klien untuk menceritakan tentang masalah tersebut.

Medical history. Berhubungan dengan riwayat kesehatan fisik klien. Hal ini mencakup penyakit apa saja yang pernah diderita klien, seberapa sering klien dirawat di RS, obat-obatan yang sering dikonsumsi, pengalaman operasi, dan dokter yang sering dikunjungi.

Psychiatric/psycotherapy history. Pengalaman terkait dengan kesehatan mental klien. Penting untuk mengetahui apakah klien sudah pernah mengunjungi psikiater atau psikolog sebelumnya dan apakah klien pernah mengalami gangguan mental sebelumnya.

Legal history. Terkait dengan pengalaman dengan hukum. Apakah klien prnah mengalami permasalahan hukum yang serius seperti menjalani sidang hingga menjalani hukum pidana atau hanya ditilang karena melanggar rambu-rambu lalu lintas.

Alcohol and substance use/abuse. Apakah klien seorang pengkonsumsi aktif atau pengguna obatan terlarang. Penggunaan zat-zat berbahaya tersebut dapat menyebabkan masalah kianrancuh atau bahkan menimbulkan permasalahan baru.
Nicotine and caffein consumption. Pengkonsumsian klien terhadapa nikotin atau caffein. Apakah klien seorang perokok berat atau pun coffee addict.


-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Waaaaah.. Berdasarkan social history diatas banyak sekali informasi yang didapatkan mengenai kehidupan seseorang mulai dari hubungan keluarga inti, pernikahan bahkan kehidupan pribadi seseorang.  Masih banyak informasi yang belum di paparkan seperti tentang keluhan-keluhan, perasaan klien untuk sesi berikutnya.
Menjadi seorang interviewer yang baik harus tebal kuping, satu klien saja bisa memberikan begitu banyak informasi gimana kalo 50 klien?? (ga kebayang deh kuping mungkin keluar asap).
Seperti judul diatas. untuk seorang yang bukan ahlinya ataupun tidak tertarik dalam hal ini mungkin menganggap hal ini sungguh membosankan kecuali individu yang kepo (hehehe) tapi mereka pun belum tentu mau mendengar semua kisah tersebut. Itulah kelebihan seorang psikolog sambil nyelam minum air, asah kemampuan tambah pengetahuan dan pengalaman. Begitu banyak informasi yang bisa kita dapatkan untuk dijadikan pelajaran dikehidupan.
Untuk para calon interviewer sering-sering latihan wawancara supaya tidak terlalu kaku jika berhadapan dengan klien dan pastinya membiasakan kuping (hehehe). Saya sendiri sangat membutuhkan banyak latihan supaya menjadi seorang ahkli dalam wawancara karena saya sendiripun merasa teknik menggali informasi saya masih sangat minim. hmm.. semangaaat!! Supaya jadi psikolog yang handal :P.
 
23 September 2013

Masa Lalu Pembentuk Individu, Namun Bukan Selalu untuk Disalahkan (Winne Wijaya)

Sejarah hidup atau yang disebut “masa lalu” itu membentuk seseorang seperti sekarang ini, termasuk masalah-masalah yang timbul sekarang, dapat berasal dari masa lalu (social history). Tentu banyak aspek-aspek yang tercakup dalam social history seseorang, bahkan mungkin menjadi sesi yang terpanjang dalam sebuah proses interview. Pengalaman seseorang adalah unik, tidak sama pada setiap orang walaupun pemicunya adalah hal yang sama. Tujuan dari penggalian social history adalah untuk mendapatkan informasi lengkap untuk mengkonseptualisasi masalah klien yang sebenarnya.

Hal-hal yang menjadi perhatian interviewer dalam menggali social history seseorang adalah yang pertama family history. Pertanyaan dapat meliputi di mana klien lahir dan dibesarkan, bagaimana kehidupan keluarga klien, bagaimana interaksi antar anggota keluarga, dan bagaimana norma atau budaya yang ada dalam keluarga klien. Perlu juga untuk menanyakan mengenai anggota keluarga yang tinggal satu rumah dengan klien. Terkadang, rumah yang terdiri dari tiga generasi (kakek-nenek, ayah-ibu, anak-anak), dapat menimbulkan masalah seperti peran yang ambigu, dan batasan atau aturan yang tidak jelas. Melalui family history, interviewer akan mendapatkan gambaran mengenai keluarga klien, melihat hubungan klien dengan keluarganya, dan mempelajari ada atau tidaknya gangguan mental yang dialami keluarga yang dapat menjadi faktor bawaan.

Setelah keluarga, educational history juga memainkan peran yang penting dalam membentuk seseorang. Melalui riwayat pendidikan, interviewer dapat mengetahui prestasi seseorang dan mengetahui usaha seseorang untuk berhasil. Persaingan prestasi tidak hanya dengan orang lain, namun juga dengan diri sendiri, tentunya kita berharap untuk lebih baik dari pada hasil sebelumnya yang pernah diraih. Selain itu, interviewer pun mendapatkan informasi mengenai pertemanan individu, apakah individu dapat bergaul dengan teman-temannya di sekolah. 

Kemudian, area penting lainnya dalam social history adalah occupational training / job history. Melalui job history, interviewer akan mendapatkan informasi mengenai ketekunan individu dalam bekerja.

Marital history juga memainkan peran yang penting dalam social history seseorang. Tujuan interviewdalam hal ini adalah untuk mengetahui bagaimana seseorang bertahan dalam hubungan yang bermakna, dan untuk mengetahui bagaimana individu menghadapi konflik dalam keluarga.

Selain pernikahan dan hubungan berkomitmen yang lainnya, hubungan pertemanan (interpersonal relationship) seperti sahabat, rekan kerja, dan tetangga juga berperan penting. Melalui hubungan pertemanan, individu dapat saling berbagi seperti cerita dan kasih sayang.

Selanjutnya, melalui recreational preferences, interviewer dapat mengetahui minat seseorang seperti mengetahui kebiasaan individu untuk mengembangkan diri. Jika seseorang gemar membaca, mungkin dapat dikembangkan menjadi seorang penulis novel misalnya.

Sexual history juga terkadang menjadi faktor penyebab dalam masalah yang dikeluhkan oleh klien. Oleh karena itu, sexual history perlu ditanyakan oleh interviewer, namun harus berhati-hati. Tidak semua individu nyaman dengan pertanyaan yang berkaitan dengan kehidupan seksualnya.

Medical history seperti riwayat rawat jalan, rawat inap, operasi, masalah kesehatan gigi dan mulut yang serius, last medical check up juga dapat mengambil bagian dari masalah yang dikeluhkan individu. Interviewer sebaiknya “tahu” mengenai nama dan dosis obat-obatan yang dikonsumsi klien, atau dokter atau ahli kesehatan utama yang sering dikunjungi.

Selain riwayat kesehatan, psychiatric/psychothreapy history juga penting. Interviewerharus mengetahui apakan klien baru pertama kali atau sudah beberapa kali menemui ahli psikiatri atau psikolog. Diagnosis sebelumnya dapat membantu, namun tidak selalu diagnosis sebelumnya adalah tepat.

Legal history klien juga penting untuk diketahui, seberapa sering istilahnya “klien keluar-masuk penjara atau terlibat pelanggaran hukum.” Jika klien merasa nyaman dengan hal tersebut, mungkin dapat dikategorikan sebagai patologi.

Efek dari alcohol and substance use/abusejuga berperan penting. Efek yang ditimbulkan dari alkohol dan penyalahgunaan obat dapat menjadi sumber masalah atau penyebab dari masalah yang dialami klien.

Beberapa klien juga tidak menyadari pentingnya membatasi nicotine and/or caffeine consumptionyang dapat berdampak pada kesehatan dan psikologis individu.

Selain hal-hal yang telah dipaparkan di atas, situasi tempat tinggal, sumber dukungan, dan agamaindividu juga perlu ditanyakan interviewersebagai bagian dari social history.

Pengalaman atau “masa lalu” itu membentuk individu, namun tidak disarankan juga untuk hidup dalam “masa lalu”. Jika penyebab masalah yang berasal dari “masa lalu” individu sudah diketahui, sebaiknya segera dibereskan, jangan melulu menyalahkan masa lalu. 
 
23 September 2013

Apa pentingnya social history dalam wawancara? (Kharisma Setiawan)

Setiap orang pasti memiliki pengalaman hidup yang berbeda. Tidak bisa disamakan satu dengan yang lainnya. Inilah yang membuat orang menjadi pribadi yang unik. Nah.. ketika seorang psikolog ingin mengetahui salah satu penyebab masalah yang dihadapi oleh klien, maka salah satu caranya adalah dengan menggali lebih dalam mengenai social history atau riwayat hidup dari klien. Ini dikarenakan dalam ilmu psikologi, dijelaskan bahwa penyebab suatu masalah bukan disebabkan oleh faktor bawaan (nature)saja namun juga oleh faktor lingkungan (nurture).
Sebenarnya apa sih tujuan kita mengetahui riwayat hidup dari klien? tujuannya adalah untuk mencari informasi secara lengkap yang dapat mengkonseptualisasikan masalah klien yang sebenarnya. Maksudnya, kadang ketika seorang klien datang ke psikolog, mereka sebenarnya tidak sadar/ tidak tahu dengan masalah mereka yang sebenarnya. Nah, maka dari itu… tugas kita sebagai psikolog yang membantunya supaya dapat mencari tahu akar dari permasalahan klien berdasarkan informasi dari riwayat hidupnya. Tujuannya supaya dapat dicari jalan keluarnya bersama-sama.
Berikut ini penulis akan membahas mengenai beberapa area social history:
1. Family history: berhubungan dengan riwayat suatu penyakit dari keluarga klien, norma dan budaya dalam keluarga serta bagaimana peran dalam keluarga, apakah memiliki batasan yang jelas atau tidak. Selain itu, family history juga dapat diketahui melalui family genogram dari Murray Bowen. Ini untuk menganalisa apakah masalah klien ada hubungannya dengan family history yang dimilikinya
2. Educational history: berhubungan dengan prestasi klien. Kita dapat melhat apakah klien kita memiliki daya saing yang tinggi untuk mencapai keberhasilan dalam bidang akademik serta bagaimana kemampuan sosialisasi yang dimilikinya
3. Occupational/ Job history: berhubungan dengan kesibukan/ kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh klien kita. Kita juga dapat melihat apakah klien kita merupakan orang yang berhasil dalam dunia kerja, serta bagaimana integritas kerja yang dimilikinya
4. Marital history: berhubungan dengan pemahaman klien terhadap nilai-nilai pernikahan serta kemampuan klien untuk tetap bertahan dalam pernikahannya meskipun sedang berada dalam masa-masa sulit
5. Interpersonal relationship: mencakup bagaimana hubungan sosial antara klien dengan teman-temannya
6. Recreational preferences: merupakan sarana untuk mengembangkan diri klien. Kita perlu melihat apakah klien merupakan seseorang yang dapat mengatur waktu kerja dan waktu istirahatnya secara seimbang
7. Sexual history: meskipun ini merupakan topik sensitif, tapi jika masalah itu berkaitan dengan masalah klien, tetap perlu ditanyakan.
8. Medical history: tanyakan riwayat medis dengan klien kita yang meliputi : rawat jalan, riwayat rawat inap, riwayat operasi, dll.
9. Psychiatric/ psychotherapy history: tanyakan pada klien apakah sebelumnya pernah diberikan psikoterapi oleh psikolog. Ini penting… karena dengan begitu kita dapat mengetahui bagaimana pandangan klien terhadap masa lalunya
10. Legal history: tanyakan pada klien, apakah pernah tersangkut dengan masalah hukum
11. Alcohol and substance use/ abuse: berkaitan dengan penyalahgunaan narkoba dan alkohol
12. Nicotine and caffeine consumption: tanyakan pada klien apakah mereka pecandu kopi/ rokok, serta tanyakan juga seberapa banyak mengkonsumsinya.

22 September 2013

Social History itu penting (Ria Marlinia)

Ketika seseorang ingn melakukan konsultasi dan bercerita mengenai masalah yang dialaminya. Maka akan membangun pembicaran membahas masalahnya. Selain kita harus mendengarkannya dengan baik kita juga harus memahami permasalahan atau cerita yang disampaikan. Tidak hanya sekedar mendengarkan, memberi saran, dan selesai.  Seorang psikolog akan melakukan wawancara yang dimulai dengan keluhan yang dialami. Kemudian, bagian selanjutnya adalah psikolog akan menanyakan mengenai social history dari klien tersebut. Jika dalam proses wawancara waktu yang digunakan untuk menanyakan mengenai social history memang tidak tentu, namun biasanya sekitar satu sampai dua sesi.  
     Mungkin ketika proses menanyakan mengenai social history seseorang yang sensitif akan berkata bahwa kita “kepo” atau mau tahu saja. Namun hal ini memang perlu. Mengapa hal ini perlu? Hal ini perlu untuk mengetahui bagaimana sejarah atau riwayat hidup dari orang tersebut. Begitu banyak komponen dari social history, namun ini yang membuat psikolog dapat lebih mengetahui dari mana permasalahan yang dirasakan. Masalah yang dialami seseorang dapat saja dikarenakan faktor lingkungan maupun faktor bawaan.  Maka perlu untuk menanyakan mengenai social history dari orang tersebut. Selain untuk lebih dapat memahami atau mengetahui lebih mendalam, social history juga ditanyakan agar pendengar atau pemberi saran tidak melakukan judge pada lawan bicaranya.  
      Social history pada setiap orang berbeda-beda. Maka menanyakan mengenai social history pada saat melakukan sebuah pembicaraan atau konseling itu penting. Hal ini untuk mengetahui apa saja yang memiliki potensi menjadi penyebab dari masalah yang dialami oleh seseorang.
 
21 September 2013

Apakah peristiwa masa lalu menentukan kehidupanmu saat ini? (Maya Puspita)

    Wawancara dalam dunia psikologi bukan sekedar berbincang-bincang tetapi wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi yang cukup agar dapat digunakan dalam mencapai tujuan.

     Informasi yang PERLU untuk dikaji di dalam wawancara adalah social history klien. Ada quotes yang cukup familiar yang mengatakan “if you want to know your past, look into your present conditions. If you want to know your future, look into your present actions. Mengapa saya menjadi mengaitkan quotes tersebut dengan social history? Apa hubungannya? Quotes tersebut memberi pesan bahwa peristiwa dan kejadian yang pernah kita alami sangat berhubungan dengan kondisi kita saat ini dan di masa depan. Nah, pengertian dari social history adalah serangkaian informasi mengenai peristiwa-peristiwa kehidupan klien yang tentunya akan berbeda-beda, yang memberikan kontribusi pada munculnya permasalahan klien saat ini. Oleh karena itu, social history klien merupakan aspek yang sangat penting untuk dikaji di dalam wawancara.

     Social history tersebut terdiri dari beberapa area, yang pertama adalah family history. Interviewer perlu untuk menanyakan hal mengenai gambaran kondisi keluarga klien , hubungan klien dengan keluarganya, ada tidaknya gangguan mental sebelumnya pada keluarga. Pada saat di kelas, setiap mahasiswa diminta untuk menganalisis penyebab gangguan dari  bagan family genogram. Bagan tersebut cukup sederhana lho jika dilihat sekilas karena seperti terdiri dari kotak, lingkaran dan garis. Nah, tetapi bagan tersebut mengandung informasi yang sangat kaya jika seseorang mulai menganalisis dengan jeli hubungannya satu persatu.
     Area kedua adalah educational history. Area ini berkaitan dengan performance akademik klien, prestasi dan daya juang klien untuk mencapai keberhasilan. Area ini sangat menyentuh saya ketika saya mendengarkan cerita ibu Henny mengenai perjuangan beliau hingga bisa mencapai apa yang beliau telah capai saat ini. Ibu Henny menceritakan kisah beliau yang mengerjakan laporan sampai hanya tidur dua jam sehari, mengalami sakit cukup parah karena kelelahan dan tidak sempat untuk mengobati demi mengerjakan laporan-laporan tersebut. Saya memetik makna dari beliau bahwa setiap orang harus memiliki daya juang untuk dapat memperoleh keberhasilan. Cerita beliau juga mengingatkan saya pada sebuah kata-kata “jika kamu tidak keras dengan dirimu, maka dunia yang akan keras denganmu”. Nah, saya melihat ibu Henny sangat keras mendisiplinkan diri beliau dalam mencapai sesuatu sehingga penyakit pun bisa kaburrr dengan sendirinya! hehehe…
     Area ketiga adalah job history yang berkaitan dengan pekerjaan klien yang pernah dijalankan maupun yang sedang dijalankan saat ini. Keempat adalah marital history yang berkaitan dengan berapa kali seseorang menikah dan bagaimana klien belajar atas pernikahannya tersebut. Area kelima adalah interpersonal relationship yang berkaitan dengan hubungan klien dengan orang-orang disekitar seperti teman, tetangga, rekan kerja, dll. Area keenam, recreational preferences yaitu bagaimana klien menghabiskan waktu senggangnya. Pada awalnya saya bingung mengapa area ini harus turut menjadi perhatian, saya pikir bukankah area ini hanya berkaitan dengan hal yang menyenangkan yang tidak mungkin menyebabkan masalah. Nah setelah dijelaskan, ternyata area ini bisa berguna untuk melihat usaha pengembangan diri klien.


     Nah, sekarang sudah tau mengapa social history penting dan apa saja area didalam social history. Let’s try to your client….J

 21 September 2013

Mengertilah ..(Evy)

Pada kelas teknik wawancara Rabu lalu, saya belajar untuk tidak menarik kesimpulan dengan cepat. Mengapa tidak cepat? Bukankah sesuatu yang diselesaikan lebih cepat itu lebih baik? Baiklah, jadi kali ini saya ingin membahas tentang menarik kesimpulan dalam mengenali seseorang karena pada kelas kemarin dibahas mengenai menarik kesimpulan masalah yang terjadi pada klien. Saya merasa dari materi kemarin, dapat juga diterapkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Mengapa sebaiknya tidak cepat dalam menarik kesimpulan dalam mengenali seseorang? Manusia yang kita kenal saat ini, apa yang terlihat oleh mata kita dan kita simpulkan dengan logika kita, tidak se-simple yang kita ketahui. Sepanjang masa kecilnya hingga saat ini kita mengenalnya, kita tidak tahu apa yang terjadi dengannya. Kita tidak mengalami hal yang sama dengan yang dialaminya. Jikapun kita mengalami bersama seperti sahabat sejak kecil, biasanya tidak sampai seutuhnya kita mengetahui tentang dirinya dan apa yang dicarinya sebenarnya. Ada slogan bahkan yang sudah sangat umum yaitu “orang dia juga sama-sama makan nasi kok”. Memang benar sama-sama makan nasi. Tapi belum tentu cara orang tua mendidiknya sama, sehingga konsep dirinya belum tentu sama dengan orang lain. Belum tentu pengalaman pergaulannya sama, ada orang yang populer di kalangan teman-temannya, ada yang biasa-biasa saja, dan ada yang dikucilkan. Belum tentu ia mendapat peringkat di sekolahnya dulu, ada orang yang berprestasi, ada yang prestasi rendah, dan belum tentu juga dia bersekolah. Dari beberapa kata belum tentu itu saja sudah menghasilkan manusia dengan pengalaman yang berbeda-beda yang dengan disadari atau tanpa disadari telah membentuk dirinya yang sekarang. Jika kita melihat orang yang terus-terusan mengulang suatu mata kuliah, jangan langsung men-judge jika ia malas belajar atau tidak berbakat dibidang tersebut. Belum tentu! Bisa saja dia kurang suka dengan dosennya, atau karena ia sudah pernah gagal sehingga membuat ia percaya bahwa dia memang tidak berbakat dimata kuliah tersebut. Kita bukan dia, jika ia telah menceritakan tentang dirinya kepada kita pun, kita mungkin akan bisa berusaha memposisikan diri kita diposisinya, tetapi kita tidak akan merasakan hal yang sama dengan yang dia rasakan. Perjalanan hidup setiap orang berbeda. Jika ada seseorang yang cara hidup dan cara pandangnya berbeda dengan kita, mengertilah, bahwa kita tidak menjalani hidup yang sama sepertinya, kita tidak menjalani hidupnya, dan juga orang lain tidak menjalani hidup kita. Janganlah menarik kesimpulan yang cepat, sebelum kita benar-benar merasakan apa yang dialami seseorang. Setelah kita tahupun apa yang dialaminya, mengertilah …

20 September 2013