Social History (Agustin Fransiska)

     Pada tanggal 18 September 2013, Ibu Henny mengajarkan di kelas pentingnya social history dari interviewee. Sebelum kita membahas kenapa pentingnya social history, saya akan mencoba membahas ulang apa itu social history yang sudah dijelaskan oleh Ibu Henny.
     Untuk mendapatkan data mengenai social history interviewee, interviewer membutuhkan lebih dari satu sesi. Social history menyediakan data tentang klien berkembang. Tidak ada orang yang mengalami pengalaman dalam cara yang sama. Masalah yang dihadapi interviewee tidak hanya disebabkan oleh faktor bawaan (nature) namun juga oleh faktor lingkungan (nurture). Seseorang atau sesuatu yang telah terjadi dapat memberikan kontribusi pada munculnya masalah interviewee.
     Interviewer harus mendapatkan informasi tentang beberapa area, jika memungkinkan. Family history, interviewer dapat menayakan tentang dimana mereka dilahirkan dan dibesarkan, dan menanyakan asal usul keluarga. Hal ini penting karena bisa saja gejala atau masalah perilaku diturunkan oleh anggota keluarganya.
     Educational history. Setelah keluarga, pengalaman sekolah sangat penting dalam pembentukan individu. Banyak orang yang sukses dalam pekerjaan tetapi memiliki prestasi yang tidak bagus dalam sekolah. Mungkin ada beberapa klien yang melaporkan prestasi yang bagus, mendapatkan beasiswa, tetapi menginggalkan hal-hal tersebut demi penggunaan obat. Seseorang yang berhasil dalam membentuk persahabatan di sekolah biasanya akan berlanjut memilki keberhasilan dalam membentuk hubungan di kehidupan mendatang.
     Job history. Sebaiknya interviewer tidak menanyakan pekerjaan interviewee dengan kalimat menyinggung seperti "Apa pekerjaan Anda saat ini?" karena jika interviewee tidak bekerja maka pertanyaan tersebut akan membuat interviewee tidak nyaman. Interviewer dapat menggunakan pertanyaan "Apa kesibukan Anda setiap hari?".
     Marital history. Mengetahui tentang berapa kali interviewee menikah. Marital history juga mempelajari hubungan interviewee. Marital status seperti single, married, divorce, dan window/er.
     Interpersonal relationship. Membantu klien berbicara bagaimana hubungannya.
     Recreational preferences.
     Sexual history. Topik seksual adalah sensitif. Interviewer harus berhati-hati dalam memilih pertanyaan. Seperti orientasi seksual, penyiksaan seksual, masalah seksual, dan lain-lain.
     Medical history. Meliputi rawat jalan, riwayat rawat inap, riwayat operasi, nama dan dosis obat-obatan yang dikonsumsi, dan sebagainya.
     Psychiatric/psychotherapy history. Sangat penting ketika mengetahui klien didiagnosa dengan gangguan.
     Legal history. 
     Alcohol and subtance use/abuse.
     Nicotine or cafein consumption.
     Personal and social history of childhood and adolescence. Bagaimana mereka tumbuh, kesehatan, pendidikan, sejarah medis, sejarah keluarga, dan lain-lain.
 
24 September 2013

Client's Social History (Claudia Deiny Irawan)

     Inspirasi yang mendasari penulisan artikel ini bersumber dari kelas teknik wawancara yang saya ikuti minggu lalu di Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara. Topik bahasan pada kelas tersebut adalah mengenai social history.  Pembahasan mengenai social history mencakup mengenai riwayat keluarga klien, riwayat pernikahan klien, riwayat pendidikan klien, hubungan interpersonal, hingga riwayat seksual yang dimiliki oleh klien. Social history merupakan bagian terpenting di dalam proses wawancara yang dilakukan oleh psikolog dengan kliennya. Mengapa demikian? Karena dari wawancara mengenai social history yang dimiliki oleh klien, psikolog mendapatkan informasi-informasi yang sekiranya dibutuhkan untuk membantuklien dan juga gambaran permasalahan yang dimiliki oleh klien.
     Klien yang datang kepada seorang psikolog pada umumnya memiliki permasalahan pribadi maupun permasalahan pada kesehatan mental yang tidak dapat klien selesaikan seorang diri. Dari semua pembahasan mengenai social history tersebut, yang menjadi sorotan utama saya adalah mengenai riwayat keluarga klien. Permasalahan mental yang diderita oleh klien ternyata mungkin saja diturunkan oleh keluarga klien. Oleh sebab itu, penting bagi seorang psikolog untuk mengetahui asal-usul keluarga klien berserta dengan penyakit atau gangguan mental yang diderita. Jika klien memiliki riwayat gangguan kesehatan mental pada salah satu anggota keluarganya, maka kemungkinan hal tersebut menurun kepada klien akan menjadi semakin besar. Pertahanan mental klien saat "diserang" oleh permasalahan mungkin saja kurang kuat karena adanya riwayat tersebut sehingga memicu berbagai macam permasalahan mental seperti rentan merasa frustasi, atau depresi. 
     Selain itu, yang menarik perhatian saya selanjutnya adalah pembahasan mengenai hubungan interpersonal yang dimiliki oleh klien. Topik ini menarik perhatian saya karena ternyata po;a hubungan interpersonal yang dimiliki oleh klien pada kesehariannya dapat menjadi tolak ukur mengenai gambaran kepribadian yang dimiliki oleh klien. Pola asuh orang tua pada masa kanak-kanak klien juga dapat berpengaruh pada pola hubungan interpersonal klien.Contohnya adalah jika seorang anak tidak diijinkan keluar rumah dan bergaul dengan lingkungan sekitarnya karena larangan dari orang tua anak tersebut, maka kemungkinan anak tersebut tumbuh dewasa dengan tidak memiliki kecakapan dalam membina hubungan atau relasi yang baik dengan orang lain. Ini penting untuk diketahui atau ditelusuri oleh psikolog, karena mungkin saya berpengaruh terhadap penyebab permasalahan yang dimiliki oleh klien.

Lesson three (Adhina Kumala)

Pada kelas Teknik Wawancara minggu lalu, Ibu Henny membahas mengenai “Social History”. Social History mengacu terhadap pengalaman seseorang. Seorang individu bukanlah hanya terbentuk secara herediter akan tetapi lingkungan juga mempunyai bagian yang besar dalam pembentukan diri seseorang. Setiap individu mempunyai pengalaman mereka masing-masing. Terdapat perbedaan hal yang terjadi dalam kehidupan kita sehingga membuat pengalaman kita menjadi beda satu sama lain. Hal-hal tertentu inilah yang membuat setiap individu mungkin memiliki pandangan yang berbeda-beda terhadap benda yang sama, disebabkan oleh pengalaman yang individu miliki bersama benda tersebut. Misalnya: saya mungkin tidak takut terhadap boneka, akan tetapi mungkin terdapat seseorang di luar sana yang sangat takut terhadap boneka karena boneka kesayangannya dulu pernah dirasuki setan sehingga ia bisa berjalan-jalan di dalam rumah secara tidak wajar……. *membalikkan badan dan melihat ke arah boneka yang ada di kasur untuk memastikan bahwa ia masih ada di posisi yang sama*
“Dalam pengalaman tersebut terdapat hal-hal yang berkontribusi dalam munculnya sebuah masalah”. Bu Henny menjelaskan bahwa cerita klien memberikan konteks dimana mereka mengembangkan kedua-dua strategi adaptif maupun maladaptif untuk hidup. Terdapat sebuah pernyataan yang ada pada powerpoint slide materi social history ini yang sangat menarik bagi saya, yaitu:
The interviewer’s job is to facilitate the telling of client’s story; because without it, interviewer may be treating a disorder instead of a person with disorder.
     Melalui pemahaman saya (mohon maaf sebelumnya jika salah), tugas seorang interviewer atau di sini konteksnya yaitu psikolog adalah untuk membantu klien dalam mengomunikasikan apa yang telah terjadi pada dirinya. Psikolog membantu dengan cara memberikan pertanyaan-pertanyaan sehingga dari pertanyaan tersebut akan memunculkan jawaban yang diharapkan dapat menjadi insight bagi penanganan masalah klien tersebut.
    Kemungkinan masalah klien bersumber dari diri klien sendiri akan tetapi klien tidak menyadari hal tersebut. Melalui percakapan antara mereka, psikolog dapat membantu klien untuk menunjukkan sumber dari masalahnya. Apabila sudah diketahui, psikolog dan klien dapat bekerja sama dalam mengatasinya.
     Misalnya, terdapat seseorang yang mendatangi psikolog karena ia mengalami stres berat. Let’s say, he’s stressed because of his demanding job and also has a problem with his boss. It might goes like this~
     psychologist : what brings you here?
     client              : I’m stressed!
     psychologist : very well, let’s do some relaxation! 
     ya… let’s say in this case, the psychologist doesn’t ask further questions of how does the stress develop, etc, and just carries on with the relaxation. Relaxation might only make him feel relieved for a moment. He might learn relaxation techniques but he wasn’t taught of how to get organized with his work and deal with his boss in the future. So, he might still be prone to stress. If the psychologist were to ask how does he work in the office, he might realise that he’s the one who likes to finish his work in the last minutes and that the work just gets piled up in the end that it makes him stressed. Apabila ia diajarkan strategi self control, ia mungkin dapat menjadi lebih teratur dan cepat dalam menyelesaikan pekerjaannya sehingga stres pun dapat terhindari. Jadi di sini bukan hanya stresnya saja yang ditangani akan tetapi perilaku klien juga diubah.
Informasi-informasi yang harus didapati oleh interviewer adalah sebagai berikut:
areas of social history
Tujuan social history interview adalah untuk mendapatkan informasi yang cukup yang akan digunakan untuk mengkonseptualisasikan asal-usul masalah klien. Melalui wawancara tersebut, interviewer juga ingin mendengar persepsi klien maupun pemaknaan dan perasaan klien yang terkait dengan hal-hal yang mereka laporkan.
 
23 September 2013

Social History (Aristo Pratama)

Permasalahan yang dialami oleh klien bukan hanya dari segi faktor bawaan atau dari lahir, tetapi juga dari faktor lingkungannya. faktor lingkungan mampu merubah cara pandang dan perilaku seseorang dalam kehidupannya.
tetapi, semua tergantung dari masing-masing individu itu sendiri. misalnya, tidak semua orang yang tinggal di lingkungan yang notabene orang-orangnya pemarah, terus dia menjadi sosok yang pemarah. lalu jika dia tinggal di lingkungan yang pekerja komersial, bukan berarti dia juga seorang pekerja komersial. semua tergantung dari setiap individu itu sendiri.
manusia tidak terlepas dari lingkungannya, kecuali jika memang ingin menarik diri dari lingkungan itu sendiri (cukup mengerikan buat saya). permasalahan dari lingkungan tempat dia tinggal itu adalah salah satunya. lingkungan tidak semuanya berasal dari luar tempat seseorang itu tinggal. lainnya adalah jika memiliki permasalahan inti dari keluarga individu yang sudah menikah. khususnya jika individu itu sendiri tinggal di tempat tinggal keluarga darimpasangannya. belum lagi jika individu memiliki masalah dari keluarga besarnya itu sendiri. atau dari keluarga individu salah satu anggotanya memiliki gangguan psikologi. atau bisa saja individu itu sendiri memiliki tanggung jawab besar untuk keluarga intinya, keluarga individu itu sendiri dan keluarga dari pasangannya sebagai tulang punggung keluarganya. cukup rumit memang, tapi yang namanya masalah dalam keluarga, itu faktanya seperti kisah sinetron yang tak akan pernah habis walau sudah 900 episode, tetapi, alur ceritanya, tidak seaneh dan serumit sinetron yang acak adul (kenapa jadi sinetron bahasnya?).
masalah lainnya juga ada, seperti kecanduan obat terlarang yang membuat dirinya harus menambah masalah dan berurusan dengan pihak keadilan (entah polisi yang dibayar atau hakim yang memutar masalah).
masalah memang dimiliki oleh setiap manusia. tetapi tergantung dari setiap individu, bagaimana cara sehat berfikir untuk tidak terjerumus dari lingkungan sekitar anda untuk berubah. tetapindari sekian faktor yang memiliki gangguan psikologi, psikiater dan psikolog berperan penting untuk bisa memotivasi dirinya untuk mengarahkan dirinya kembali ke jalan yang benar (udah kayak uztad atau pastur aja). maksudnya, memberikan motivasi dan sisi positif ke individu untuk bisa berfikir secara rasional dan positif dalam kehidupannya sehari-hari. kalau untuk orang lain yang bisa membantu dia ke arah posiif? bisa saja, asal.........selama dia mengarahkan ke sisi yang POSITIF dan tidak berubah-ubah mengarahkan individu ke arah sesat dan jalan lurus. karena orang lain yang memberikan sisi positif, kalau dia juga ada masalah, bisa jadi mengarahkan ke arah yang ngaco nantinya. ada baiknya, arahkan ke arah yang profesional dalam menangani kasus dari individu yang memiliki masalah gangguan psikologi.

24 September 2013

Social History (Asadany Prabowo)

Social history merupakan cerita perkembangan kehidupan sosial subyek sampai bisa seperti sekarang. kenapa kita harus mengetahui social histori seseorang? karena tidak ada orang yang mengalami kejadian yang sama persis.  ada yang perlu diketahui, masalah subyek pada umumnya terdiri dari 2 faktor, nature (bawaan) misalnya cacat atau penyakit dan nurture (lingkungan), pengaruh keluarga, teman dll.
     
     di konteks ini pewawancara memfasilitasi subyek untuk membicarakan tentang social history nya. karena dari social history, pewawancara akan mendapatkan banyak informasi yang akan membantu pewawancara dalam membantu masalah subyek. beberapa topik tentang social history yang bisa ditanyakan:
1. tentang keluarga inti
2. keluarga besar
3. keluarga saat ini
4. tingkat pendidikan
5.  pekerjaan
6. perkawinan
7. hubungan interpersonal
8. kegiatan rekreasi
9. sejarah medis
10. sejarah  pengobatan ke psikater atau psychoterapy
11. hukum
12. alchohol dan obat- obatan
13. konsumsi nicotine dan alkohol
14. keadaan tempat tinggal
15. dukungan yang diterima
16. agama
17. dan lain lain

     dari topik tersebut pewawancara akan mendapatkan informasi kenapa subyek bisa  seperti sekarang ini, dan pewawancara bs memberikan treatment atau nasihat yang tepat untuk membantu subyek untuk keluar dari masalahnya.

INTERVIEW. DO NOT INTERROGATE
 
20 September 2013

Social History pada Teknik Wawancara (Susan Lim)

Social history digunakan untuk memperoleh informasi klien mengenai kehidupan klien. Informasi yang didapat berhubungan dengan masalah yang dihadapi oleh klien.

Area dari social history :
  1. Riwayat keluarga, mengenai asal-usul keluarga klien dan kehidupan klien di lingkungan keluarganya. selain itu pewawancara dapat mengetahui hubungan klien dengan anggota-anggota keluarganya, budaya, dan riwayat penyakit anggota keluarga yang lain.
  2. Riwayat pendidikan, tidak hanya mengenai pendidikan klien tapi juga kehidupan sosial klien pada saat bersekolah dulu.
  3. Riwayat pelatihan kerja/ pekerjaan, agar tidak menyingung klien yang belum memiliki pekerjaan, gunakan kalimat "apa kesibukan anda saat ini?". Dari riwayat ini dapat diketahui bagaimana perilaku klien dalam bekerja. Apakah klien sering berpindah tempat kerja? atau bekerja sesuai dengan keahliannya, dsb.
  4.  Riwayat pernikahan, status pernikahan bagi klien yang sudah dewasa/cukup umur dapat mengetahui berapa kali klien pernah menika, apa statusnya saat ini, dll.
  5. Hubungan intepersona, untuk mengetahui hubungan klien dengan teman, rekan sekerja, tetangga, dsb.
  6. Preferensi rekreasi, bagaimana klien bersenang-senang, apakah pendapat klien mengeni rekreasi. 
  7. Riwayat seksual, riwayat ini merupaka topik yang sensitif, sehingga pewawara harus hati-hati dalam memberikan pertanyaan.
  8. Riwayat pengobatan, dapat dilakukan dengan meminta klien membawa obat-obat mereka. Diperlukan juga riwat kesehatan keluarga klien.
  9. Riwayat psikoterapi, penting untuk mengehatui apakah klien sebelumnya didiagnosis memiliki gangguan kejiwaan.
  10. Legal history, untuk mengethui apakah klien pernah melanggar hukum, dan apa saja pelanggara hukum yang pernah dilakukan oleh klien.
24 September 2013