Different? Why not? (Ratna Sari Dewi)

Hubungan intim dengan pasangan yang memiliki suku atau agama yang berbeda?? Apakah itu menjadi sebuah masalah yang perlu dipertimbangkan?? Kuncinya adanya kecocokan dan merasa nyaman aja sih. Terlebih pada dasarnya hubungan intim adalah suatu bagian yang paling mendasar dari kehidupan manusia. Interractical Dating, walaupun budaya bisa saling mempengaruhi pasangan, mulai dari budaya pasangan seperti menjalani hubungan dengan yang paling sering kita temui saat ini, ialah pasangan dengan beda agama, ada juga yang berbeda suku, misalnya salah satu dengan suku tiong hua dan perempuannya bersuku jawa. Akan membutuhkan tenaga ekstra untuk menyesuaikan antara satu budaya dengan budaya lain. Namun itulah indahnya sebuah perbedaan, belajar saling memahami, saling  mengerti dan yang terakhir adalah saling bisa menerima. Apakah untuk mencintai seseorang pula harus selalu "sama"?
Indahnya sebuah perbedaan itulah yang menjadi sebuah "cerita" hidup untuk dibagikan kepada generasi kita selanjutnya. Dengan adanya perbedaan dengan hubungan dengan pasangan dengan beda keyakinan maupun beda suku, bukan menjadi alasan untuk tidak bisa hidup bersama. Saya memiliki cerita mengenai sepasangan pasangan, yang notabenenya adalah keluarga dekat saya sendiri. Keluarga saya adalah garis keturunan tiong hua, cerita  yang saya bagikan ialah tentang kakak laki-laki kedua dari mama saya saat ini menikah dengan seorang wanita yang saya anggap merupakan salah satu wanita yang saya kagumi, yang saya panggil kim-kim, yaitu sebutan untuk istri dari paman saya. Tante saya ini memiliki suku dan agama yang berbeda dengan kami, beliau seorang muslimah dan asli jawa (jogja), dan saat ini paman saya itu sudah berpindah keyakinan untuk menjadi seorang muslim. 
Apakah sulit menjalani pernikahan dengan berbeda suku ditambah lagi dengan perbedaan keyakinan?
dengan sangat yakin saya menjawab "TIDAK", karena toleransi yang begitu besar satu sama lain, dengan rasa saling menghormati, hubungan pernikahan mereka terasa begitu indah. Adanya penerimaan dari kedua pihak keluarga juga mendukung keharmonisan keluarga ini. Saya melihat betul dengan, tante saya ini dengan hati yang sangat terbuka berusaha memahami budaya, tradisi dan juga kebiasaan serta tabiat keluarga kami. Bertanya banyak kepada mama saya, berusaha mendekatkan diri dengan keluarga kami, bahkan untuk tradisi "imlek"pun dilakukan oleh tante saya untuk menghormati suaminya. Sebaliknya paman saya juga akan mengikuti puasa, sholat, dan juga mengikuti ritual-ritual agama muslim. Banyak sekali toleransi yang tidak bisa saya deskripsikan, namun bisa saya rasakan, dan saya bisa menjamin kalau itu tulus. Saat ini mereka telah dikaruniai seorang anak laki-laki, mereka tetap menamai sepupu saya ini dengan nama "marga" dari keluarga kami, dan dia dididik dengan perbedaan budaya dari kedua orang tuanya. Cerita ini berani saya angkat sebab, pasangan "sweet" ini, sudah saya kenal sejak mereka berpacaran, dan saat itu saya masih duduk dikelas 5 Sekolah Dasar. Kehangatan keluarga inilah yang banyak menginspirasi hidup saya. And i'm proud of them!!
Tidak selamanya perbedaan itu menyulitkan, namun perbedaan itu mengajari kita indahnya memahami, mentoleransi, dan menerima. Tidak ada yang tidak bersatu, jika tidak diawali dengan  usaha.
 
25 September 2013

Adult Sexual Relationship (Aristo Pratama)

kata orang zaman dulu (udah tanya dari nenek sama orang tua dan tetangga) kalau cinta itu adalah segalanya bagi mereka dan tidak bisa terpisahkan walau maut menjemput. hubungan intim mampu menimbulkan gairah bagi tiap pasangan. Gunanya? Untuk mempertahankan hubungan mereka sebagainsalah satu syarat dalam bercinta.
untuk orang indonesia itu sendiri, dalam menjalani proses pacaran, berkencan adalah suatu hal yang penting, kenapa? untuk bisa mengetahui pasangan tersebut, siapa dirinya, bagaimana cara dia berbicara, bagaimana cara dia bertingkah laku di hari pertama bertemu, dan bagaimana melihat keromantisan dari pasangannya tersebut. dalam berkencan, apakah itu serius atau sekedar bisnis demi keu tungan semata, atau mencari tahu saja atau hanya untuk main-main? waw, banyak sekali pilihannya.
1. Dalam hubungan yang serius, seseorang mencari pasangan bukan hal yang sekedar main belaka, mencari dari bibit, bebet, bobot yang jelasn dan siap dijadikan pendamping hidup untuk masa depan sampai tua nanti. dalam hubungan yang serius, seseorang tidak akan lagi memikirkan angan-angan apa yang dilakukannya dengan pasangannya, tetapi memikirkan hal-hal lain seperti keperluan untuk beruda dengan pasangannya, anak dan masa depannya, karier, dan masalah lain untuk keluarga intinya.
2. Kalau hanya dari segi mencari tahu saja, itu sih masih saja ingin tahu apa itu pacaran dan belum mengarah ke arah yang serius. dari segi mencari tahu saja, hanya untuk membandingkan pasangan tersebut dengan pasangan yang lain sebagai bentuk pengalaman dari dirinya untuk mencari tahu pasangan mana yang cocok untuk dirinya. nah kalau disini suka disalah artikan sebagai playboy atau playgirl, yaitu seseorang yang suka bergonta ganti pasangan dan cepat bosan dan mudah sakit hati dan tidak mau menerima kekurangan. padahal, mereka itu hanya ingin mencari yang cocok untuk mereka.
3. Dalam sekedar bisnis atau keuntungan semata, biasanya sih ini digunakan orang-orang yang jahat nih. biasanya ini dijadikan penentuan orang seseorang demi mencapaimapa yang menjadi tujuannya. bagaimana dengan patner kerja? wah ini sih bisa jadi dari sekedar bekerja bareng lalu timbul deh rasa suka dan menjadi pasangan yang cocok untuk ke depannya. untuk yang jahat? bisa menjadi proses sesuatu yang yang merugikan orang lain. tapi terkadang juga, banyak dari mereka yang tiba-tiba terbius oleh korban yang ditipunya dan menjadi suka dengan orang tersebut dan tak segan-segan menunjukkannya depan publik walau tahu apamyang dilakukan orang jahat ini (bukan palsu lho, karena saya pernah mengalami hal semacam ini).
lalu bagi orang indonesia itu sendiri, dalam berhubungan seksual menjadi hal yang tabu dan masih dalam proses yang terbilang tidak pantas dilakukan karena masih teranut oleh keyakinan agama yang kuat dan budaya yang kental dalam pribadi orang indonesia itu sendiri. buktinya, dalam berhubungan seks, sebelum menikah tidak diperbolehkan berhubungan karena melanggar norma agama dan akan mendapatkan sanksi dosa bagi seseorang yang melakukan hubungan tersebut sehingga menjadi suatu hubungan yang tidak ada gairah atau biasa-biasa saja. jika terlanjur berhubungan akan menimbulkan rasa bersalah dan mempermalukan banyak orang karena mencoreng namanya (mementingkan harga dirindibanding gairah, lalu untuk apa cinta itu dijalani?).
jika ada yang menjalankan hubungan dengan pasangan yang muda? katanya sih lebih alot dalam berhubungan seks. ternyata tidak juga, toh pasangan yang tua akan merasa muda kembali karena proses gairah dari pasangan yang muda, ya itu sih tergantung individu itu sendiri apakah masih mampu atau tidak dalam berhubungan intim.
kalau ada pasangan yang hidup bersama tapi belum menikah? boleh atau tidak. bagi orang indonesia itu sendiri ini masih tabu dan katanya "haram" karena takut hamil di luar nikahlah, jelek namanya lah, dan sebagainya. tapi ada untungnya juga lho sebenarnya, yaitu untuk bisa mengetahui sifat dan kelakuan sehari-hari pasangannya tersebut, lalu bisa menjadikan dirinya belajar menjadi orang tua untuk ke depannya, seperti pembagian membayar uang listrik dan keperluar sehari-hari di rumah dan proses penghematan, menabung untuk masa depan nanti.
menikah itu bahagia selamanya tidak? ada yang iya ada yang tidak. dalam menikah itu menjadi sesuatu yang sakral lho hukumnya. terutama dalam hukum cinta. dalam menikah yaitu menjadi satu tak terpisahkan. dan tak tergantikan. orang yang bercerai itu karena satu lain hal seperti maslaah ekonomi, ketidak cocokan lagi atau sekedar menemukan kekurangan dari pasangan. itu sih namanya cuma mau nafsunya doang, belum bisa bertanggung jawab.  bagaimana dengan mereka yang homoseksual? tentu kalau di luar negeri, ini menjadi sesuau yang sah karena bisa mempertahankan hubungan. sampai mereka tua nanti. waw, kok lebih setia mereka yah dibanding yang heteroseksual? lalu bagaimana dengan merekamyang dijodohkan? tentu prosesnya beda karena proses pencarian cinta berjalan setelah mereka dijodohkan. buktinya, ada juga lho yang sampai tua awet karena dijodohkan sedari muda. jadi jangan kira dijodohkan itu menjadi tidak awet dalam berhubungan, justru tergantung dari tiap masing-masing individu.
mempunyai anak apakah bisa mengurangi gairah dalam berhubungan intim? justru cari waktu yang tepat dong dalam berhubungan, entah itu malam setelah anak tidur. bagaimana dengan mereka yang bayi atau balita? yantergantung cara mengasuhnya, jika mengasuhnya baik pasti anak itu tertidur pulas atau nyenyak, baru deh disitu menjalani hubungan intim.
kalau yang udah tua? justru cara berhubungan intimnya berbeda, kasihan udah tua masih berhubungan seperti itu, yang ada ntar gak kuat lagi.  justru lebih banyak bersama-sama jika kemana-mana, atau mengobrol seharian, seperti yaitu proses berhubungan intim untuk yang tua.
bagaimana dengan mereka yang ingin menikah dengan beda ras? katanya ingin memperbaiki keturunan? kalau blasterannya kayak campur-campur sih itu mah kelainan namanya. justru dengan menikah beda ras akan ada timbul dua hal budaya yang berbeda dan bisa dikenalkan ke anaknya sehingga anaknya tidak akan mengalami kayak metabolisme turunlah, minderlah, justru kalau di indonesia itu wah banget jadinya. kecuali, jika adatnya kuat banget dan tidak boleh keluar dari jalur adat yang telah ada turun temurun. ya semua ini tergantung lagi dari masing-masing individu.

24 September 2013

Until Death do Us Apart (Meylisa Permata Sari)

Pada minggu ini, kelas Perilaku Seksual membicarakan mengenai adulthood sexual relationship. No, saya tidak akan menulis bagaimana mereka melakukan hubungan seksual. Lebih ke arah hubungan orang dewasa itu sendiri.
Sebelum menikah, sebagian besar pasangan terlibat dalam hubungan berpacaran. Dalam hubungan ini, mereka mencoba untuk mengenali satu sama lain (seharusnya mengenali pribadinya loh, bukan fisiknya). Setelah beberapa waktu menjalin hubungan, pasangan akan menentukan apakah mereka akan melanjutkan hubungan ke jenjang selanjutnya ataukah memutuskan hubungan. Memutuskan hubungan bukanlah keputusan yang mudah, terlebih jika hubungan tersebut telah dibangun dalam waktu yang lama beberapa pasangan mungkin telah menjalin hubungan dalam waktu yang cukup panjang, namun setelah mengenal, ternyata tidak cocok satu sama lain untuk dilanjutkan dalam pernikahan. Bagi saya, ada baiknya untuk berpisah saja kalau memang tidak cocok, daripada nanti membuat “neraka” rumah tangga, karena keukuh dilanjutkan hanya karena sayang sudah buang “investasi” yang banyak.
Kemudian, jika akhirnya memutuskan untuk menikah nantinya, seseorang harus berusaha untuk membangun keluarga yang bahagia. Bukan berarti tidak ada masalah, namun bagaimana anggota keluarga saling bekerja sama dalam menyelesaikan masalah tersebut. Tiap masalah yang dihadapi dan diselesaikan, hal tersebut dapat memperkuat hubungan. Hingga akhirnya pasangan menjadi tua bersama.
Pada hari Minggu, kakak dan saya sering pergi untuk makan pagi di sebuah kedai kopi. Setiap kali kami ke sana, kami melihat sepasang opa dan oma yang juga menikmati secangkir kopi dan roti. Mereka menggunakan pakaian berolahraga, seakan sehabis olahraga pagi bersama. Saya sering mengobservasi mereka, terkadang “nguping”. Ada saja yang mereka bicarakan, masalah politik, sosial, dsb. Sehabis berbicara dan menghabiskan makanan dan minuman, mereka keluar bersama.
Bagi saya mereka adalah pasangan yang hebat. Saya tidak tahu bagaimana cara mereka mempertahankan hubungan mereka dengan baik (walaupun hanya dari luar). Mereka menghabiskan waktu bersama dan saling berinteraksi, tidak dalam dunia masing-masing, walaupun mungkin mereka telah bersama dalam waktu yang lama.
Sepasang opa oma tersebut dapat kita jadikan sebagai contoh. Di usia mereka yang sudah lanjut, mereka tetap saling bertukar pikiran, bahkan rutin mengikuti kegiatan bersama. Saat memilih untuk menikah nanti, carilah pasangan yang kita dapat hidup bersama selamanya, jangan sebatas seperti opa oma, jika bisa lebih, hingga maut yang memisahkan.
“So it’s not gonna be easy. It’s going to be really hard; we’re gonna have to work at this everyday, but I want to do that because I want you. I want all of you, forever, everyday. You and me… everyday.”
― Nicholas Sparks, The Notebook

“I don’t want to be married just to be married. I can’t think of anything lonelier than spending the rest of my life with someone I can’t talk to, or worse, someone I can’t be silent with.”
― Mary Ann Shaffer

24 September 2013

Adult Sexual Relationship (Jeanny Khu Sanny)



     Setiap individu menjalani intimate relationship (hubungan yang intim), yang merupakan bagian mendasar dari kehidupan manusia. Hal ini dilakukan dengan seseorang dari  jenis kelamin yang berbeda maupun  jenis kelamin yang sama, hidup bersama lalu sampai pada jenjang pernikahan. Dan intimate relationshipmembuat pasangan merasa aman dan bahagia.
    
Namun bagaimana proses memiliki intimate relationship dengan seseorang? 


     Pertama adalah memilih pasangan. Memilih pasangan dapat dilakukan dengan dating. Pada dating tradisional, yang masih ada pada zaman sekarang, laki-laki menjemput pacarnya dan meminta ijin pada orang tua perempuan untuk pergi pada suatu event. Namun, ada juga hubungan yang memanfaatkan pasangannya untuk memanfaatkan dan memenuhi kebutuhannya.
     Hubungan antar pasangan pun dipengaruhi oleh perbedaan budaya, seperti ras. Hal ini disebut interracial dating. Contohnya adalah pasangan ras jawa dan batak. Orang jawa dikenal kaku, lembut dan disiplin, sedangkan orang Batak dikenal tegas, dan keras. Hendaknya masing-masing individu dapat saling memahami dan beradaptasi antar budaya di dalam keluarga.     
     Intimate relationship juga menimbulkan gairah dengan melakukan hubungan seksual. Dalam melakukan hubungan seksual dengan yang lebih tua, menurut penelitian menimbulkan kesehatan yang baik dan memperlambat proses penuaan baik fisik maupun psikis pada pasangan yang lebih tua.
     Dalam menjalani intimate relationship, pasangan menjalani hidup bersama namun belum menikah yang disebut kohabitasi. Hal ini berfungsi untuk menjaga komitmen, namun pada sisi negatif menimbulkan masalah pada hubungan kedepannya. Kohabitasi pada pasangan yang berbeda budaya dapat menimbulkan kesalahpahaman pada anak.


Pernikahan merupakan salah satu aspek penting dalam mencapai tujuan hidup. Pasangan berharap menikah dengan seseorang yang sesuai dengan kehidupan mereka. Dengan menikah, pasangan kemudian berkomitmen dan memiliki anak. Setelah menikah, terjadi perubahan dalam hubungan seksual karena seks merupakan esensi bagian dari pernikahan. Akibat kebutuhan emosional yang belum terpenuhi, banyak perselingkuhan yaitu melakukan hubungan seks diluar pernikahan dengan partner orang lain.

Terdapat dua jenis petualangan seksual yaitu swingers (membuka pertukaran pasangan seksual) dan polymorsits (membuka pertukaran pasangan). Hal ini harus disetujui oleh kedua belah pihak dan berhubungan seks hanya dengan orang yang negatif dari penyakit seksual.

Banyak pasangan yang melakukan seks diluar nikah walaupun tidak ditoleransi dan dilarang oleh budaya. Selain itu, beberapa negara mengizinkan praktek poligami yang banyak terdapat di negara Afrika dan Timur Tengah. 



Hubungan homoseksual berbeda dengan hubungan heteroseksual. Hubungan heteroseksual terdiri dari pasangan gay dan lesbian. Hubungan homoseksual memiliki tingkat kepuasan hubungan yang lebih tinggi, berbagi lebih banyak kasih sayang, humor, dan kegembiraan dalam hubungan mereka, dan memiliki ketakutan yang lebih sedikit dan perasaan negatif mengenai hubungan mereka. Terdapat beberapa negara yang mengijinkan hubungan homoseksual seperti Denmark, Spanyol, Afrika Selatan. Homoseksual pun dapat melakukan pernikahan dan ingin memiliki anak.

Pernikahan yang dianggap gagal menyebabkan perpisahan yang disebut perceraian. Perceraian disebabkan oleh faktor sosial, predisposisi dan  permasalahan internal dalam pasangan. Setelah bercerai, proses penyesuaian memberikan dampak fisik dan psikis pada individu.  Berkencan dan menikah kembali merupakan hal yang dilakukan setelah bercerai. Namun tidak banyak juga yang tetap sendiri.  Perceraian umumnya ada di setiap masyarakat dan memiliki stigma. Di Amerika, dan Eropa, perceraian relatif mudah. Namun ada juga negara yang sebagian besar beragama Katolik yang tidak memperbolehkan perceraian. 



     Intimate relationship adalah salah satu prioritas dalam kehidupan kita. Hubungan dengan orang lain membuat kita lebih bahagia, merasa dicintai dan dibutuhkan. Hal ini terus berlangsung hingga mencapai usia tua. Oleh karena itu dibutuhkan komitmen, komunikasi, pengertian dan adaptasi pada pasangan sehingga tidak terjadi kegagalan dalam hubungan.
23 September 2013

Science of Sex Appeal (Jeanny Khu Sanny)


 


     Kegiatan kelas perilaku seksual kali ini adalah menonton film berjudul “Science of Sex Appeal”. Dari film ini ditemukan bahwa banyak sekali aspek yang berpengaruh pada ketertarikan seksual.


     Pertama adalah wajah. Dari wajah seseorang, kita dapat menentukan bahwa kita tertarik atau tidak dalam pandangan pertama. Dalam suatu penelitian ditemukan bahwa laki-laki cenderung memilih perempuan berwajah feminim, perempuan cenderung memilih laki-laki yang berwajah maskulin. Selain itu, 8 dari 10 pria dan wanita menyukai wajah yang simetris. Dari gambar diatas, wajah mana yang lebih disukai??


     
     Kedua adalah proporsi/ bentuk tubuh.  Bagian tubuh seperti payudara, pinggul, pinggang dapat membuat seseorang tertarik.  Perempuan tentunya secara fisik menyukai laki-laki yang atletis, tinggi, memiliki bentuk tubuh proporsional dan maskulin. Sedangkan, laki-laki menyukai perempuan yang memiliki tubuh ramping, pinggang dan pinggul proporsional, dan seksi.  Namun, setiap orang memiliki ketertarikan fisik yang berbeda karena hal tersebut bersifat relatif, ada yang menyukai dan ada juga yang tidak. 
      Faktor fisik lain yaitu suara. Laki-laki menyukai perempuan yang bersuara tinggi dan  perempuan cenderung menyukai laki-laki yang memiliki suara rendah dan berat. 
Suara dan wajah perempuan pun berubah ketika masa ovulasi. Penelitian mengatakan bahwa perempuan masa ovulasi, suara menjadi lebih tinggi dan wajah menjadi lebih merona atau bersinar.


     Ketiga, adalah aroma tubuh. Setiap orang memiliki aroma tubuh yang khas dan berbeda, disukai maupun tidak disukai. Ada pasangan yang mendeskripsikan aroma tubuh pasangannya yang ia sukai sehingga itu menjadi salah satu faktor ketertarikan.  Penelitian mengatakan bahwa seseorang tidak menyukai aroma tubuh dari keluarga sendiri. Hal ini mencegah terjadinya incest atau hubungan sedarah. 


 








Selain itu, ada juga faktor gaya hidup yang menjadi cerminan diri. Pada laki-laki, mobil yang ia pakai merupakan cerminan dirinya, dan membuat lawan jenis tertarik.
Which do you prefer? :)


      Dari berbagai faktor ketertarikan diatas, yang tak kalah pentingnya adalah CINTA itu sendiri. Setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan. Nobody's Perfect. jadi, Just The Way You Are aja (kata Bruno Mars), karena dirimu unik dan berharga. 

19 September 2013

Hubungan Seksual --> Semua Akan Indah Pada Waktunya (Kusbandiyah Chandrawati)



Hubungan seksual….
Kira-kira apa yang akan terlintas di otak Anda saat membaca kata tersebut? Mungkin kebanyakkan orang akan langsung berpikir negatif atau mungkin beberapa orang akan lebih sensitif saat membahas soal ini… Bahkan mungkin ada beberapa orang yang pikirannya akan langsung melayang jauh entah kemana….. Hmmm…. Padahal hal ini bukanlah sepenuhnya hal buruk atau hal yang tidak patut untuk dibahas. Sebaliknya, seharusnya hal ini sudah mulai dibicarakan kepada anak-anak agar mereka mendapatkan pendidikan seksual yang tepat sehingga mencegah hal-hal buruk yang akan terjadi di kemudian hari. Hanya mungkin karena budaya “ketimuran” kita saja yang menganggap hal tersebut masih tabu untuk dibicarakan sehingga banyak anak remaja yang tidak benar-benar memahami hal ini dan akhirnya terjerumus dalam hal-hal yang negatif.

Sebenarnya bagaimana sih hubungan seksual itu bisa terjadi? Di sini kita tentunya tidak akan membahas mengenai bagaimana caranya melakukan hubungan seksual melainkan yang akan dibahas adalah bagaimana proses terbaik yang akan menjadikan hubungan seksual tersebut istimewa. Sesuai dengan budaya dan agama tertentu, seharusnya hubungan seksual itu baru diperbolehkan untuk terjadi setelah sepasang manusia mengucap janji untuk saling menjaga, mencintai, menyayangi dan hidup bersama selamanya. Dalam hal ini tentu saja maksudnya adalah pernikahan. Pernikahan yang sah secara hukum dan mungkin sah di mata Tuhan secara agama.
Namun, bagaimana dengan hubungan seksual yang telah terjadi sebelum adanya ucapan janji pernikahan? Di zaman yang kian modern ini, mungkin semakin banyak orang yang telah melakukan hubungan seksual sebelum pernikahan atau bahkan memang tidak akan pernah ada pernikahan yang akan dilaksanakan. Maksudnya begini… Ada beberapa pasangan yang telah melakukan hubungan seksual dan bahkan tinggal bersama tanpa adanya ikatan pernikahan. Pasangan seperti itu disebut pasangan kohabitasi. Tanpa disadari mungkin pasangan seperti itu cukup banyak ada di sekitar kita.
Selain itu, ada juga pasangan yang tingkat hubungannya baru sekedar berpacaran dan telah melakukan hubungan seksual pada saat berkencan. Akibatnya? Ya tentu saja akibatnya banyak sekali…
Misalkan pasangan remaja yang masih sekolah dan tentunya masih sangat labil… Dengan mudahnya mereka dapat berhubungan selayaknya suami istri padahal belum ada ikatan yang jelas diantara mereka. Alasannya mungkin hanya sekedar coba-coba dan katanya cobanya hanya 1x. Jika ada kata coba 1x berarti akan ada selanjutnya 2x, 3x, 4x dan seterusnya. Remaja yang emosinya masih sangat labil tentu akan larut dalam “kenikmatan” sementara tanpa memikirkan dampak kelanjutannya. Coba pikirkan bagaimana jika yang coba-coba itu kemudian berbuah. Misalnya hamil atau mungkin tertular penyakit-penyakit tertentu ataupun dampak-dampak buruk lainnya. Pikirkan bagaimana orang tua yang akan merasakan kekecewaan atas perilaku anaknya. Pikirkan juga masa depanmu jika hal buruk tersebut sampai terjadi.
Hubungan seksual bukanlah sekedar ajang coba-coba atau iseng-iseng saja. Hubungan seksual itu jauh lebih dalam dan intim karena dibalik hubungan itu akan ada dampak berkepanjangan dan tanggung jawab besar di dalamnya. Jika seseorang masih belum cukup dewasa untuk hal ini, sebaiknya janganlah mencoba karena belum tentu akan dapat bertanggung jawab atas akibatnya di kemudian hari.  
Janganlah merusak diri sendiri hanya demi “kenikmatan” sementara. Percayalah bahwa segala sesuatu akan ada waktunya. Cukup bersabar dan tunggu saja waktunya. Saat Anda benar-benar telah menemukan pasangan yang tepat untuk melalui hidup bersama baik suka maupun duka dan bukan hanya sekedar orang yang ingin mencari kesenangannya saja. Hubungan seksual akan menjadi sangat istimewa nantinya jika kita bisa bersabar dan menunggu waktu yang tepat. Berhubungan seksual untuk pertama kalinya bersama dengan orang yang benar-benar dicintai setelah menikah akan menjadi saat-saat paling membahagiakan dan akan menjadi momen yang tidak akan pernah terlupakan. Jadi jangan sia-sia kan kebahagiaan itu di awal dengan orang yang belum tentu akan menjadi pasanganmu seumur hidup. Ingatlah bahwa semua akan indah pada waktunya.  

23 September 2013