Sex at Work, Stop It! (Nadya Puspita Ekawardhani)

     Setiap manusia memiliki kebutuhan akan seks. Tentu saja kebutuhan tersebut adalah kebutuhan yang wajar untuk dipenuhi asalkan dilakukan di tempat yang seharusnya dan dengan orang yang tepat. Sering kali kebutuhan akan seks disalah-gunakan dan dimanfaatkan untuk kepentingan atau kepuasan pribadi. Pada umumnya, yang menjadi korban pelecehan seksual adalah wanita. Wanita yang dianggap memiliki pribadi yang lemah dan tidak dapat melawan, sering kali dimanfaatkan secara seksual. Salah satu pembahasan kelas psikologi perempuan pertemuan kelima membahas pelecehan seksual terhadap wanita di tempat kerja. Sejauh ini, karena Saya belum masuk ke dalam lingkungan pekerjaan, sehingga Saya belum benar-benar melihat kasus pelecehan seksual terhadap wanita di tempat kerja. Namun, ibu Henny Wirawan (dosen psikologi perempuan) dan presentasi kelompok memberikan contoh dan penyebab pelecehan seksual tersebut. Terdapat beberapa faktor penyebab pelecehan seksual di tempat kerja, salah satunya karena rasa takut kehilangan jabatan yang telah diperoleh seorang wanita dalam sebuah perusahaan. Dari contoh tersebut dapat diprediksikan mungkin saja wanita tersebut memiliki masalah ekonomi yang mengharuskan ia bekerja dan rasa cemas apabila tidak mendapatkan posisi dan penghasilan yang sama di perusahaan lain. Saya pribadi sebagai seorang wanita, ketika mendengar cerita pelecehan seksual di tempat kerja dengan alasan mempertahankan posisi adalah hal yang sangat disayangkan. Posisi dan penghasilan dapat diperoleh kembali, tetapi apakah kemurnian tubuh dapat kembali?
     Pelecehan seksual memang tidak melulu soal pemaksaan baik secara kasar atau halus untuk melakukan hubungan seks. Menurut Saya pelecehan seksual tergantung dari niat si "pelaku" dan perspektif si "korban". Apabila seorang wanita yang berasal dari lingkungan yang menganggap hubungan lawan jenis selain dengan pasangan resminya adalah suatu hal yang tabu, bisa saja ketika seorang pria menatapnya cukup lama meskipun dari jarak jauh dan sedang tidak memanfaatkan kesempatan, wanita tersebut merasa tidak nyaman dan dilecehkan. Namun sebaliknya, apabila seorang atasan pria mendekati karyawan wanita secara langsung dan tertarik secara seksual, wanita tersebut akan menganggap hal itu hal yang wajar saja kalau memang wanita tersebut merasa tidak dimanfaatkan atau dilecehkan. 
     Sebagai seorang wanita, mencaga tubuh dan penampilan merupakan suatu hal yang penting untuk meningkatkan kepercayaan diri. Berpenampilan rapih dan wangi tentunya membuat orang di sekitar tidak malas untuk berdekatan. Namun, bukan berarti membiarkan orang lain dengan asal "menikmati" tubuh dan penampilan seorang wanita. Di samping itu, sebagai wanita berhati-hatilah dalam mempersepsikan perilaku lingkungan untuk menjaga hubungan interaksi dengan orang lain maupun menjaga diri sendiri. Be a smart woman!
 
25 September 2013

Diskriminasi dan Pelecehan Seksual (Prisco Wirawardhana)

Sebuah kata mutiara yang sangat baik, membuat saya merenung lebih dalam mengenai fenomena diskriminasi dan pelecehan seksual yang terjadi pada perempuan di tempat kerja.

“People seem weak, but they're strong.They seem strong, but they're weak.”  -Fuyumi Soryo-

Apa yang saya renungkan? Saya merenung dan mencoba menghubungkan kata-kata mutiara tersebut kepada setiap wanita yang menjadi korban diskriminasi dan pelecehan di tempat kerja. Kebanyakan orang yang melakukan diskriminasi dan pelecehan seksual kepada wanita berpikir ia memiliki kekuatan dan superioritas yang lebih dibandingkan dengan seorang perempuan. Namun, pernyataan tersebut sebenarnya sebuah kesalahan besar.

Pernahkah kita berpikir lebih dalam mengenai para perempuan yang tetap kuat menanggung segala bentuk diskriminasi dan pelecehan seksual dari abad-abad dahulu sampai sekarang? Bukankah mereka sering kita sebut sebagai kaum yang lemah dan mudah kita perlakukan dengan negatif? Semoga dari pertanyaan-pertanyaan diatas membuat kita merenung dan sadar, bahwa para perempuan yang mungkin kita anggap lemah itu memiliki kekuatan dan ketahanan mental yang lebih dari orang-orang yang terlihat kuat.

Para perempuan yang mengalami diskriminasi dalam pekerjaan seperti rendahnya upah atau gaji, serta halangan-halangan untuk kenaikan jabatan tidak membuat mereka berhenti untuk terus berjuang hidup. Kekuatan terbesar para perempuan tak lain untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan anak-anak mereka. Tak ada seorang pun yang senang mengalami diskriminasi, namun semangat para perempuan untuk terus menghidupi keluarganya membuat para perempuan terus bertahan dalam tekanan diskriminasi yang terjadi. Selain tekanan diskriminasi yang dialami oleh perempuan di tempat kerja, pengalaman pelecehan seksual mungkin saja dapat terjadi. Pelecehan seksual tidak memilih korban, kerabat, teman, saudara, atau bahkan diri kita sendiri mungkin saja dapat menjadi korban tangan-tangan yang tidak beradab dan tidak bertanggung jawab.

Yah… sekali lagi, mungkin kita (kaum laki-laki) boleh bersenang hati, karena sebagian besar kasus pelecehan seksual terjadi pada perempuan dan dilakukan oleh kita (kaum laki-laki), yang berpikir bahwa laki-laki memiliki kekuatan yang lebih dibandingkan dengan perempuan. Perilaku pelecehan seksual yang dilakukan BUKAN menunjukan kekuatan yang sesungguhnya dari kaum laki-laki sejati. Namun lebih memperlihatkan kelemahan-kelemahan kaum laki-laki dan para pelaku pelecehan seksual atas kurangnya kontrol terhadap diri sendiri. Sekali lagi, dari kata-kata mutiara diatas menunjukan bahwa banyak orang sesuai dengan penggalan frase dari kalimat tersebut “They seem strong, but they're weak” (Mereka terlihat kuat, tetapi sebenarnya mereka lemah).

25 September 2013

Pelecehan Seksual Di Tempat Kerja (Irena Nova Wijaya)


Dahulu saya pernah membaca kasus tentang pelecehan seksual di tempat kerja. Di mana seorang karyawati yang katanya selalu memakai pakaian sopan ke tempat kerja, tidak memakai make up yang tebal, memiliki tutur kata yang halus, dan pintar, memilih untuk keluar dari perusahaan nya padahal ia memiliki kualifikasi yang baik untuk perusahaan tersebut. Karyawati tersebut mengaku ia sering di rayu oleh atasan nya, lebih dari itu bahkan atasan nya suka memegang tangan, pundak, dan bagian lain nya. Karyawati tersebut tidak dapat melawan dan akhir nya memilih keluar dari perusahaan.  
Pelecehan seksual di tempat kerja yang di alami kaum perempuan biasanya di lakukan oleh mereka yang berada pada posisi senior dan menduduki jabatan atasan. Hal tersebut dapat disebabkan oleh dominasi laki-laki atas status, posisi, dan jabatan di berbagai institusi. Sedangkan perempuan yang memasuki lingkungan kerja masih berada pada posisi atau status relatif lebih rendah, meskipun pendidikan perempuan tinggi namun terkadang stereotype terhadap kaum perempuan membuat untuk tidak dipromosikan. 
Tips menghadapi pelecehan seksual ditempat kerja:
  • Bangun lah citra diri yang baik. Pada dasar nya orang disekeliling kita akan bertindak sebagaimana kita bertindak. Bagaimana orang lain akan menghargai kita semua tergantung bagaimana kita bisa menghargai diri kita sendiri. Sikap anda lah yang akan menentukan bagaimana orang lain berperilaku terhadap anda. Tetap lah bersikap profesional di tempat kerja dan bangun lah rasa hormat antar rekan kerja.
  • Percaya diri. Perbuatan pelecehan seksual merupakan sebuah perbuatan jahat yang dapat membuat pelaku nya senang karena telah berhasil melakukan nya. Jangan menunjukkan rasa sedih, tangis, atau patuh. Tunjukkanlah anda adalah orang yang tegar, dan siap melakukan perlawanan dengan menolak dengan tegas, serius, dan profesional. 
  • Kumpulkan bukti. Apa bila kejadian buruk tersebut sudah terlanjur terjadi pada diri anda, coba lah mengumpulkan bukti-bukti terkait, barang-barang yang ditempat kejadian, pakaian, foto, atau saksi. Dengan begitu anda bisa membawa kasus tersebut ke pengadilan dengan bukti yang kuat.
25 September 2013

Interracial Dating – Hubungan antar ras (Yanhardi Chandrawan)

Sehebat-hebatnya suatu negara dalam memerangi rasisme, hal itu akan tetap ada dalam budaya masyarakat. Meskipun rasisme yang kita rasakan zaman kini tidak sefrontal dan separah dahulu. Sebut saja dalam bahasa sehari-hari, meskipun dalam konteks bercanda dengan teman kita seringkali mengucapkan kata “Ah dasar jawa lu” atau “Yah elah emang lu cina pelit”. Tentu saja kita tidak marah karena yang mengatakan itu adalah teman kita sendiri, dan kita sadari itu hanyalah bercanda. Pergaulan jaman sekarang pun sudah tidak terbatas ras lagi. Saya sangat senang kita mendapatkan pergaulan antar ras yang kontras, misalnya etnis tionghoa dengan etnis NTT/NTB. Entah mengapa saya seperti mendapatkan siraman air di dalam hati saya, ada suatu dorongan yang membuat saya senang yang saya sendiri tidak tahu kenapa. Mungkin karena itu menandakan ras sudah tidak lagi menjadi pembatas bagi pergaulan. Saya suka melihat keharmonisan dari suatu pergaulan yang majemuk, atau bahkan suatu kelompok masyarakat di daerah tertentu. Namun pertanyaannya adalah, sejauh manakah anda mau menjalin hubungan terhadap orang yang berbeda ras?
Beberapa waktu yang lalu, para mahasiswa/i psikologi UNTAR mengadakan penelitian kecil-kecilan di bidang psikologi sosial. Mereka membeirkan saya kuesioner yang berisikan nama-nama etnis yang terdapat pada belahan-belahan bumi Indonesia. Terdapat juga skala yang menandakan sejauh mana hubungan yang saya “izinkan” terjadi antara saya dengan etnis tersebut, antara lain adalah teman, rekan kerja, tetangga, dan suami/istri. Hasilnya cukup mengejutkan bagi saya, karena bagi saya sendiri pun, saya menyadari bahwa dari sekian banyak etnis yang dihadapkan kepada saya, hanya 3 etnis saja yang saya tandai bahwa saya menyetujui mereka untuk menjadi istri saya. Tidak sedikit etnis yang saya tandai bahwa saya hanya ingin mereka menjadi tetangga, atau rekan kerja. Bagaimana dengan anda? cobalah membuat list akan etnis-etnis yang terdapat di Indonesia, kemudian berikanlah rating kepada mereka. Berapa banyak etnis yang anda “izinkan” menjadi suami/istri anda?

Meskipun begitu tidak sedikit juga orang yang telah melakukan hubungan antar ras, atau interracial. Biasanya anak dari hasil persilangan antar ras akan membawa kode-kode genetik dari masing-masing etnis. Akan tetapi bukan hal itu yang ingin saya bicarakan, melainkan bagaimana cara hubungan antar ras bisa bertahan. Tentu saja diperlukan kadar toleransi yang luar biasa dari kedua belah pihak dalam menjalankan rumah tangga yang berbeda ras. Kebutuhan mereka akan melakukan adat istiadar mereka, mengunjungi rumah orangtua mereka, dan bagaimanakah anak mereka kelak? tentu saja salah satu pihak harus mengalah agar anak mereka memiliki identitas yang jelas. Harus ikut Ibu atau Ayahkah ia? Karena itu pikirkanlah hal-hal itu dari sekarang jika anda ingin melanjutkan hubungan serius dalam hubungan antar ras anda. Agar anda tidak menemui masalah-masalah baru di hari esok kelak.

25 September 2013

Pacaran.. ? Hhmmm….(Hanna Hadi Pranoto)

“Aku sama dia udah jadian lho..” Ya, kata “jadian” sering digunakan oleh pasangan yang baru memulai sebuah hubungan penjajakan untuk mencari sebuah kecocokan. Hubungan ini umumnya disebut “pacaran”. Ketika dua orang ingin memulai sebuah hubungan yang lebih dari sekedar pertemanan, maka mereka biasanya akan memulai dengan pacaran. Pacaran merupakan awal dari hubungan yang intim pada orang dewasa dan sebagian pada kalangan remaja.
Dalam berpacaran, pasangan sebaiknya dapat belajar untuk mengenal satu sama lain. Mengenal karakter satu sama lain dan untuk mencari kecocokan dalam berbagai hal, seperti dalam pikiran maupun dalam pembicaraan. Bagi pasangan dengan latar belakang ras ataupun budaya yang berbeda, hal ini sangat penting. Pasangan perlu lebih bekerja keras untuk saling mengerti satu sama lain karena memiliki latar belakang yang berbeda atau terkadang sangat bertolak belakang. Meskipun pacaran dapat dikategorikan sebagai hubungan yang intim, namun pacaran bukanlah saatnya pasangan untuk saling mengeksplorasi setiap jengkal tubuh masing-masing pasangannya. Lalu bagaimana dengan masalah ciuman yang sering disebut tanda sayang dan cinta dalam sebuah hubungan? Menurut saya, ya boleh-boleh saja. Eeiitss, tapi ingat, jangan sampai kebablasan. Sebagai anak muda yang sedang meletup-letup dalam hal cinta, kalian harus tahu batasan-batasannya. Jangan sampai menyesal dikemudian hari.
Pada intinya, dalam membangun sebuah hubungan yang diutamakan adalah membangun kelancaran dalam berkomunikasi dan menyamakan pemikiran untuk mendapatkan kecocokan satu sama lain. Untuk masalah hubungan yang lebih intim, hubungan yang lebih intim akan dapat dinikmati ketika kedua belah pihak telah memiliki status hubungan yang sah baik di mata hukum atau agama. Hal ini memang dipengaruhi karena adanya budaya. Kita tinggal di negara Indonesia yang menentang hubungan seks dilakukan sebelum menikah atau melakukan hubungan seks dan tinggal satu rumah tanpa status perkawinan yang disebut sebagai kohabitasi.
Nah para pembaca semuanya, bagi kalian yang sudah mempunyai pasangan dan belum memiliki status hubungan yang resmi, sebaiknya janganlah melakukan hubungan seksual agar tidak terjadi penyesalan atau masalah dikemudian hari.  Bagi para pembaca yang sudah memiliki hubungan yang sah di mata hukum maupun agama, jagalah hubungan kalian, termasuk hubungan intim ataupun komunikasi agar dapat hubungan dapat tetap harmonis hingga kakek nenek. Karena dalam sebuah pernikahan pasti banyak rintangan dan masalah yang harus dihadapi serta diselesaikan agar hubungan tetap harmonis.

25 September 2013

Diskrimasi dan Pelecehan terhadap Perempuan (Hertha Christabelle)

Diskriminasi dan pelecehan terhadap perempuan sudah tidak asing lagi bagi kita. Namun, tidaklah bijaksana bila bila kita hanya berteriak-teriak mengajukan protes terhadap diskrimasi dan pelecehan tersebut. Alangkah lebih baik, bila kita mencari tahu akar penyebab mengapa terjadi diskriminasi dan pelecehan tersebut. Banyak faktor mengapa pelecehan dan diskriminasi dapat terjadi. Salah satunya tidak dapat dipungkiri budaya bangsa Indonesia yang sebagian besar menganut budaya patriarki menjadi salah satu faktor terjadinya diskriminasi dan pelecehan terhadap perempuan yang mungkin tidak bisa kita ubah. Namun itu bukanlah satu-satunya faktor. Faktor lain yang dapat dicegah terdapat pada diri perempuan sendiri. Sebagai perempuan, haruslah bisa menempatkan diri dengan baik sesuai situasi.

Dalam berpakaian, perempuan harus bisa menyesuaikan pakaian dengan keadaan. Misalnya di kantor, berpakaianlah secara tepat. Pakaian formal dan tidak terlalu terbuka adalah pilihan yang tepat. Saat ditempat umum yang tidak aman, seperti di pinggir jalan, jangan menggunakan pakaian yang terbuka. Ini mencegah adanya pelecehan dan sikap diremehkan (yang memicu diskriminasi).

Jaga tingkah laku. Sebagai seorang yang tidak menghendaki pelecehan dan diskrimasi kita harus bisa menempatkan diri sesuai dengan nilai dan norma. Bertindaklah secara sopan sehingga tidak mengundang diskriminasi dan pelecehan.

Buktikan kalau perempuan punya kemampuan yang tidak kalah dengan laki-laki. Bila perempuan tidak punya kemampuan yang baik, hal tersebut menjadi alasan perempuan bisa diremehkan dan diperkakukan semena-mena. Misalnya, TKW di negara lain yang tidak memiliki bekal bahasa dan kemampuan bekerja menjadi alasan diperlakukan secara tidak baik (pelecehan dan diskriminasi). Sementara bila seorang perempuan dengan kemampuan yang baik akan lebih disegani dan dihargai.

Bersikap tegas bila terjadi diskriminasi dan pelecehan. Jangan menganggap hal tersebut biasa. Hal ini mencegah terulang kembali tindakan tersebut.

Untuk kedaan tertentu jangan terlalu sensitif. memasukkan ke hati tiap perkataan atau tidakan orang lain. Ambil sisi positifnya. Karena akan dinamakan pelecehan jika korban tidak suka dengan perkataan atau tindak orang lain. Misalnya, "ah wanita lelet.." Anggap hal tersebut gurauan atau motivasi agar lebih sigap.

Semua hal di atas tidak berarti diskriminasi dan pelecehan disebabkan oleh perempuan itu sendiri. Tetapi sebagai perempuan kita harus tahu pelecehan dan diskriminasi dapat kita bisa dicegah mulai dari diri sendiri.

25 September 2013