Tampilkan postingan dengan label KOMUNIKASI EFEKTIF DAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK DALAM PELAYANAN KEBIDANAN. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label KOMUNIKASI EFEKTIF DAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK DALAM PELAYANAN KEBIDANAN. Tampilkan semua postingan

KOMUNIKASI EFEKTIF DAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK DALAM PELAYANAN KEBIDANAN



MAKALAH
KOMUNIKASI EFEKTIF DAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK DALAM PELAYANAN KEBIDANAN
Disusun Oleh  :
1.        IZHATI CHOIRINA
2.        ALFIATUS ZAHRO
3.        JAMILATUL KHUMAIROH
4.        DEWI UMARIAH NANDANI
5.        KHAIRUR RISKIYAH
6.        KARIMATUL HASANAH

PRODI D-III KEBIDANAN
STIKES HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG
PAJARAKAN-PROBOLINGGO
TAHUN AJARAN 2012-2013

A_ASSALMKATA PENGANTAR
                                                                                                                               

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk bekerja bersama untuk menyelesaikan makalah ini. dimana makalah ini merupakan salah satu dari tugas mata kuliah ,yaitu “Komunikasi dalam Praktik Kebidanan” . Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman. Amin...
Genggong,10 Maret 2013

Penyusun




DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan dan Manfaat
BAB 2 PEMBAHASAN
2.2  Komunikasi Efektif
2.1.1        Pengertian Komunikasi Efektif
2.1.2        Proses komunikasi Efektif
2.1.3        Unsur-unsur dalam komunikasi efektif
2.1.4        Tahapan komunikasi efektif
2.1.5        Tehnik komunikasi efektif
2.1.6        Hambatan/factor yang mempengaruhi
2.1.7        kriteria keberhasilan komunikasi
2.2  Komunikasi Terapeutik
2.2.1        Pengertian Komunikasi Terapeutik
2.2.2        Tujuan Komunikasi Terapeutik
2.2.3        Sikap Komunikasi Terapeutik
2.2.4        Fase Komunikasi Terapeutik
2.2.5        Teknik-Teknik Komunikasi Terapeutik
2.2.6        Faktor Yng Perlu Diperhatikan Dalam Komunikasi Terapeutik
2.2.7        Analisis Transaksi
2.2.8        Dimensi Respons
BAB 3 PENUTUP
3.1     Kesimpulan
3.2     Saran  
DAFTAR PUSTAKA



BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
            Komunikasi adalah proses berbagi makna melalui perilaku verbal dan nonverbal. Segala perilaku dapat disebut komunikasi jika melibatkan dua orang atau lebih.frase dua atau lebih perlu ditekankan ,karena sebagian literatur menyebut istilah komunikasi intrapersonal,yakni komunikasi diri sendiri. Komunikasi terjadi jika setidaknya suatu sumber membangkitkan respons pada penerima melalui penyampaian suatu pesan dalam bentuk tanda atau symbol,baik bentuk verbal atau bentuk nonverbal,tanpa harus memastikan terlebih dulu bahwa kedua pihak yang berkomunikasi punya suatu sistemsimbol yang sama.Komunikasi efektif terjadi apabila sesuatu (pesan) yang diberitahukan komunikator dapat diterima dengan baik atau sama oleh komunikan,sehingga tidak terjadi salah persepsi.
            Seperti yang kita ketahui dalam kehidupan sehari-hari kita tidak pernah lepas dari yang namanya komunikasi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Komunikasi secara langsung salah satunya adalah dengan cara bertemu dan bertatap muka secara langsung sedangkan komunikasi secara tidak langsung bisa melalui perantara orang ketiga yang menyampaikan pesan nantinya. Hal ini pasti selalu ada di dalam kehidupan bermasyarakat. Apalagi sifat manusia itu sendiri adalah makhluk social yaitu makhluk yang tidak dapat hidup sendiri melainkan perlunya interaksi dengan manusia lainnya. Salah satu bentuk konkret dari interaksi ini adalah komunikasi tersebut. Namun dalam pembahasan yang ada di dalam makalah ini adalh mengenai komunikasi dalam konteks manajemen dan pemerintahan. Oleh karena itu untuk memenuhi pembelajaran mata kuliah azas-azas manajemen ini, penulis mengambil judul “Komunikasi” di dalam makalah yang penulis kerjakan ini.
1.2 Rumusan Masalah
            Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, penulis mengambil beberapa rumusan masalah diantaranya:
1.      Apakah yang dimaksud dengan komunikasi efektif dan terapeutik?
2.      Apa proses komunikasi efektif?
3.      Apa sajakah unsur-unsur dalam komunikasi efektif?
4.      Apa sajakah tahapan dalam komunikasi dalam pelayanan kesehatan?
5.  Apa sajakah teknik komunikasi efektif dan terapeutik?
6. Apa sajakah hambatan atau factor yang mempengaruhi komunikasi efektif?
7. Apa sajakah Kriteria komunkasi efektif?


1.3  Tujuan
Adapun tujuan yang dapat diperoleh dari isi makalah ini antara lain:
1.      Supaya dapat mengetahui pengertian dari komunikasi.
2.      Supaya mengetahui tujuan dari komunikasi.
3.      Supaya dapat memahami unsur-unsur komunikasi.
4.      Supaya dapat mengetahui sejauh mana teknik komunikasi dalam pelayanan kesehatan.
1.4  Manfaat
Sedangkan manfaat dari dari penulisan makalah ini adalah:
1.      Manfaat bagi mahasiswa
            Makalah ini diharapkan dapat memacu rasa ingin tahu dari mahasiswa tentang komunikasi. Mahasiswa dapat menambah wawasannya tentang komunikasi serta dapat mengaplikasikan dalam member asuhan kebidanan kelak.
2.      Manfaat bagi perguruan tinggi
            Makalah ini diharapkan dapat membantu rekan mahasiswa lainnya dalam penyusunan makalah lain tentang kesehatan. Dan dapat dijadikan refrensi. Selain itu diharapkan juga sebagai pengetahuan baru yang dapat digunakan sebagai awal sebuah penelitian umum bagi institusi tertentu.
3.      Manfaat bagi masyarakat
            Makalah ini diharapkan tidak hanya bermanfaat bagi mahasiswa atau pergururuan tinggi saja. Makalah ini diharapkan dapat diaplikasikan dalam kehidupan masyarakat dalam memberi sosialisasi dan penyuluhan. Semua yang terdapat dimakalah ini diharapkan dapat bermanfaat juga bagi masyarakat umu














BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Komunikasi Efektif
2.1.1 Pengertian komunikasi efektif
Komunikasi efektif adalah komunikasi yang mampu untuk menghasilkan perubahan sikap pada orang yang terlihat dalam komunikasi.Tujuan komunikasi efektif adalah memberi kemudahan dalam memahami pesan yang disampaikan antara pemberi dan penerima sehingga bahasa lebih jelas, lengkap, pengiriman dan umpan balik seimbang, dan melatih menggunakan bahasa non verbal secara baik. Ada beberapa pendapat para ahli mengenai komunikasi efektif, antara lain :
a.         Menurut Jalaluddin dalam bukunya Psikologi Komunikasi (2008:13) menyebutkan, komunikasi yang efektif ditandai dengan adanya pengertian, dapat menimbulkan kesenangan, mempengaruhi sikap, meningkatkan hubungan sosial yang baik, dan pada akhirnya menimbulkan suatu tidakan.
b.         Johnson, Sutton dan Harris (2001: 81) menunjukkan cara-cara agar komunikasi efektif dapat dicapai. Menurut mereka, komunikasi efektif dapat terjadi melalui atau dengan didukung oleh aktivitas role-playing, diskusi, aktivitas kelompok kecil dan materi-materi pengajaran yang relevan. Meskipun penelitian mereka terfokus pada komunikasi efektif untuk proses belajar-mengajar, hal yang dapat dimengerti di sini adalah bahwa suatu proses komunikasi membutuhkan aktivitas, cara dan sarana lain agar bisa berlangsung dan mencapai hasil yang efektif.
c.         Menurut Mc. Crosky Larson dan Knapp (2001) mengatakan bahwa komunikasi yang efektif dapat dicapai dengan mengusahakan ketepatan (accuracy) yang paling tinggi derajatnya antara komunikator dan komunikan dalam setiap komunikasi. Komunikasi yang lebih efektif terjadi apabila komunikator dan komunikan terdapat persamaan dalam pengertian, sikap dan bahasa.
    2.1.2 Proses komunikasi efektif
Komunikasi merupakan suatu proses yang mempunyai komponen dasar sebagai berikut ;
Pengirim pesan , penerima pesan dan pesan. Semua fungsi manager melibatkan proses komunikasi sebagai berikut ;
a.       Pengirim pesan (sender) dan isi pesan atau materi
Pengirim pesan adalah orang yang mempunyai ide untuk disampaikan kepada seseorang dengan harapan dapat dipahami oleh orang yang menerima pesan sesuai dengan yang dimaksudkannya. Pesan adalah informasi yang akan disampaikan atau diekspresikan oleh pengirim pesan. Pesan dapat verbal atau non verbal dan pesan akan efektif bila diorganisir secara baik dan jelas.
Materi pesan dapat berupa:
1.      Informasi
2.      Ajakan
3.      Rencana kerja
4.      Pertanyaan dan sebagainya                        
b.      Simbol atau isyarat
Pada tahap ini pengirim pesan membuat kode atau symbol sehingga pesannya dapat dipahami oleh orang lain. Biasanya seorang manager menyampaikan peasan dalam bentuk kata-kata, gerakan anggota badan, (tangan , kepala, mata, dan bagian muka lainnya ). Tujuan penyampaian pesan adalah untuk mengajak, membujuk, mengubah sikap, periklaku atau menunjukkan arah tertentu.
c.       Media atau penghubung
Adalah alat untuk menyampaikan pesan seperti : TV, radio surat kabar, papan pengumuman, telepon dan lainnya. Pemilihan media ini dapat dipengaruhi oleh isi pesan yang akan disampaikan, jumlah penerimaan pesan, situasi dsb.
d.      Mengartikan kode atau isyarat
Setelah pesan diterima melalui indra ( telinga, mata dst)maka si penerima pesan harus dapat mengartikan symbol/kode dari pesan tersebut, sehingga dapat dimngerti / dipahaminya.
e.       Penerima pesan
Penerima pesan adalah orang yang dapat memahami pesan dari si pengirim meskipun dalam bentuk code /isyarat tanpa mengurangi arti pesan yang dimaksud oleh pengirim.
f.       Balikan (feedback)
Balikan adalah isyarat atau tanggapan yang berisi kesan dari penerima pesan dalam bentuk verbal maupun nonverbal. Tanpa balikan seorang pengirim pesan tidak akan tahu dampak pesannya terhadap sipenerima pesan hal ini penting bagi manager atau pengirim pesan untuk mengetahui apakah pesan sudah diterima dengan pemahaman yang benar dan tepat. Balikan dapat disampaikan oleh penerima pesan atau orang lain yang bukan penerima pesan. Bailkan yang disampaikan oleh penerima pesan pada umumnya merupakan balikan langsung yang mengandung pemahaman atas pesan tersebut dan sekaligus merupakan apakah pesan itu akan dilaksanakan atau tidak.
g.      Gangguan
Gangguan bukan merupakan bagian dari proses komunikasi akan tetapi mempunyai pengaruh dalam proses komunikasi, karena setiap situasi hampir selalu ada hal yang mengganggu kita. Gangguan adalah hal yang merintangi atau menghambat komunikasi sehingga penerima salah menafsirkan pesan yang diterimanya.

2.1.3 Unsur-unsur dalam komunikasi efektif
Komunikasi mempunyai dasar sebagai berikut: niat,minat, pandangan, lekat, dan libat.
Ø  Niat menyangkut:
·         Apa yang akan disampaikan
·         Siapa sasaranya
·         Apa yang akan dicapai
·         Kapan akan disampaikan
Ø  Minat, ada dua factor yang mempengaruhi yaitu:
·         Factor obyektif: merupakan rangsang yang kita terima
·         Fakto subyektif: merupakan factor yang menyangkut diri si penerima stimulus
Ø  Pandangan, merupakan makna dari informasi yang disampaikan pada sasaran,menafsirkan informasi yang diterima tergantung pada pendidikan,pekerjaan, pengalaman dan kerangka piker seseorang.
Ø  Lekat, merupakan informasi yang disimpan oleh si penerima.
Ø  Libat,merupakan keterlibatan panca indra sebanyak-banyaknya.
2.1.4   Tahapan komunikasi efektif
a. Pengirim mempunyai gagasan (ide )
b. Pengirim mengubah gagasan menjadi pesan ( yang dapat dipahami oleh penerima )
c. Pengirim mengirim pesan, melalui media perantara ( verbal/non verbal,lisan /tulisan) dan medium (telpon, komputer /memo
2.1.5 Teknik komunikasi efektif
2.1.6 Hambatan dalam komunikasi efektif           
a.       Hambatan dari proses komunikasi
·         Hambatan dari pengirim pesan, misalnya pesan yang akan disampaikan belum jelas bagi dirinya atau pengirim pesan, hal ini dipengaruhi oleh perasaan atau situasi emosional.
·         Hambatan dalam penyediaan / symbol
Hal ini dapat terjadi karena bahasa yang dipergunakan tidak jelas sehingga mempunyai arti lebih atau satu,symbol yang di[ergunakan antara sipengirim dan penerima tidak sama atau bahasa yang dipergunakan terlalu sulit.
·         Hambatan media, adalah hambatan yang terjadi dalam penggunaan media komunikasi,misalnya gangguan suara radio dan aliran listrik sehingga tidak dapat mendengarkan pesan.
·         Hambatan dalam bahsa sandi. Hambatan terjadi dalam menafsirkan sandi oleh si penerima.
·         Hambatan dari penerima pesan,misalnya kurangnya perhatian pada saat penerima atau mendengarkan pesan, sikap prasangka tanggapan yang keliru dan tidak mencari informasi lebih lanjut.
·         Hambatan dalam memberikan balikan. Balikan yang diberikan tidak menggambarkan apa adanya akan tetapi memberika interpretatif, tidak tepat waktu atau tidak jelas dan sebagainya.
b.      Hambatan fisik
Hambatan fisik dapat mengganggu komunikasi yang efektif, cuaca gangguan alat komunikasi, dll. Misalnya :gangguan kesehatan,gangguan alat komunikasi dan sebagainya.
c.       Hambatan semantik
Kata-kata yang dipergunakan dalam komunikasi kadang-kadang mempunyai arti mendua yang berbeda, tidak jelas atau berbelit-belit antara pemberi pesan dan penerima
d.      Hambatan psikologis
Hambatan spikologis dan social kadang-kadang mengganggu komunikasi, misalnya:perbedaan nilai-nilai serta harapan yang berbeda antara pengirim dan penerima pesan.
2.1.6 kriteria keberhasilan komunikasi
            Untuk memperoleh keefektifan komunikasi , seseorang harus memperhatikan beberapa kriteria komunikasi sebagai berikut:
a.       Komunikasi membutuhkan lebih dari dua orang yang akan menentukan tingkat hubungan dengan orang lain.
b.      Komunikasi terjadi secara berkesinambungan dan terjadi hubungan timbal balik .
c.       Proses komunikasi dapat melalui komunikasi verbal dan non verbal yang bisa terjadi secara simultan.
d.      Dalam berkomunikasi seseorang akan berespon terhadap peran yang di terima baik secara langsung maupun tidak langsung ,verbal maupun non verbal.
e.       Pesan yang di terima tidak selalu di asumsikan sama antara penerima dan pengirim.
f.       Pertukaran informasi di butuhkan ilmu pengetahuan.
g.       Pesan yang di kirim dan di terima  di pengaruhi oleh pengalaman masa lalu,pendididkan, keyakinan dan budaya.
h.      Komunikasai di pengaruhi oleh perasaan diri sendiri, subyek yang di komunikasikan orang lain.
i.        Posisi seseorang di dalam system sosio cultural dapat mempengaruhi proses komunikasi.
2.1      Pengertian Komunikasi Terapeutik
2.2.1 Pengertian komunikasi terapeutik
a.   Komunikasi terapeutik di definisikan sebagai komunikasi yang di rencanakan secara sadar dimana kegiatan dan tujuan di pusatkan untuk kesenbuhan pasien (Uripni dkk,2003).
b.   Komunikasi terapiutik adalah kemampuan atau keterampilan perawat untuk membantu klien beradaptasi terhadap stress ,mengatasi gangguan psikologis , dan belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain (Northouse , 1998).
c.   Komunikasi terapiutik adalah hubungan interpersonal antara perawat dank lien, dalam hubungan ini perawat dan klien memperoleh pengalaman belajar bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman emosional klien (Stuart G.W,1998).
Dari beberapa beberapa pengertian diatas dapat dipahami bahwa komunikasi terapiutik adalah komunikasi yang di lakukan atau di rancang untuk tujuan terapi.Pada profesi kebidanan komunikasi menjadi sangat penting karena komunikasi merupakan alat dalam  melaksanakan proses keperawatan. Dalam asuhan kebidanan,komunikasi ditujukan untuk mengubah perilaku klien dalam mencapai tingkat kesehatan yang optimal (Stuart,G.W.1998). karena bertujuan untuk terapi maka komunikasi dalam kebidanan disebut komunikasi terapeutik.
Banyak yang mengira atau berpendapat bahwa komunnikasi terapeutik identik dengan senyum dan bicara lemah lembut. Pendapat inni tidak salah tapi mungkin terlalu menyederhanakan arti dari komunikasi terapeutik itu sendiri, karena inti dari komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan untuk tujuan terapi.

2.2.2 Tujuan komunikasi terapeutik
Komunikasi terapeutik bertujuan untuk mengembangkan pribadi klien kearah yang lebih positif atau adaptif dan diarahkan pada pertumbuhan klien yang meliputi:
Ø  Membantu pasien memperjelas dan mengurangi baban perasaan dan pkiran
Ø  Membantu mengambil tindakan yang efektif untuk pasien
Ø  Membantu memengaruhi orang lain,lingkungan fisik, dan diri sendiri
2.2.3 Sikap komunikasi terapeutik
Egan (1992) mengidentifikasi lima sikap atau cara untuk menghadirkan diri secara fisik yang dapat memfasilitasi komunikasi terapeutik yaitu :
a.       Berhadapan :
Arti dari posisi ini adalah saya siap untuk anda.
b.      Mempertahankan kontak mata :
Kontak mata pada level yang sama berarti menghargai klien dan menyatakan keinginan untuk tetap berkomunikasi.
c.       Membungkuk kearah klien :
Posisi ini menunjukkan keinginan untuk menyatakan atau mendengarkan sesuatu.
d.      Memperihatkan sikap terbuka:
Tidak melipat kaki atau tangan menunjukikan keterbukaan untuk berkomunikasi dan siap membantu.
e.       Tetap rileks
Tetap dapat mengendalikan keseimbangan antara ketegangan dan relaksasi dalam memberikan respon kepada pasient, meskipun dalam situasi yang kurang menyenangkan.
2.2.4   Fase komunikasi terapeutik
a. Prainteraksi, merupakan masa persiapan sebelum behubungan dan berkomunikasi dengan klien. Anda perlu mengevaluasi diri tentang kemampuan yang anda miliki dan membuat rencana interaksi dengan klien,seperti
a.Evaluasi diri                   
b.Penetapan tahapan hubungan /interaksi
c.Rencana interaksi
b. Perkenalan ,merupakan kegiatan yang anda lakukan saat pertama kali bertemu atau kontak dengan klien . seperti dengan,
o   Memberi salam
o   Memperkenalkan diri
o   Menanyakan nama klien
o   Menyepakati pertemuan (kontak)
o   Melengkapi kontrak
o   Menyepakati masalah klien
o   Mengakhiri perkenalan.
c.       Orientasi , fase orientasi dilaksanakan pada awal setiap pertemuan kedua dan seterusnya. Tujuan fase orientasi adalah memvalidasi keakuratan data,rencana yang telah dibuat dengan keadaan klien saat ini,dengan mengevaluasi hasil tindakan yang lalu. Umumnya dikaitkan dengan hal yang telah dilakukan bersama klien.
·         Member salam
·         Memvalidasi keadaan klien
·         Mengingatkan kontrak
d.      Fase kerja,meruakan inti hubungan bidan klien yang terkait erat dengan pelaksanaan rencana tindakan kebidanan yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Tujuan tindakan kebidanan adalah:
1)      Meningkatkan pengertian dan pengenalan klien tentang diri,persaan ,pikiran dan perilakunya. Tujuan ini sering disebut tujuan kognitif.
2)      Mengembangkan, mempertahankan, dan meningkatkan kemampuan klien secara mandiri menyelesaikan masalah yang dihadapi. Tujuan ini sering disebut tujuan afektif dan psikomotor.
3)      Melaksanakan terapi/teknis kebidanan
4)      Melaksanakan pendidikan kesehatan
5)      Melaksanakan kolaborasi
6)      Melaksanakan observasi dan pemantauan.
e.       Fase terminasi,terminasi merupakan akhir dari setiap pertemuan bidan/perawat dengan klien. Terminasi dibagi menjadi dua,yaitu terminasi sementara dan terminasi akhir.
1)      Terminasi sementara adalah akhir dari setiap pertemuan bidan/perawat dengan klien. Isi percakapan pada tahap ini disebutkan dibawah ini:
§  Tahap evaluasi hasil
§  Tahap tindak lanjut
2)      Terminasi akhir ini terjadi jika klien akan pulangdari rumah sakit atau bidan selesai praktik di rumah sakit. Isi percakapan pada tahap ini diuraikan dibawah ini:
§  Tahap evaluasi hasil
§  Isi percakapan tindak lanjut
§  Tahap eksplorasi perasaan
2.2.5   Teknik-teknik komunikasi terapeutik
Setiap klien tidak sama perlakuannya, oleh karena itu di perlukan penerapan teknik berkomunikasi yang berbeda pula. Berikut ini adalah teknik komunikasi dari beberapa ahli yang dapat di terapkan dalam komunikasi terapeutik.

a.       Mendengar aktif dengan penuh perhatian
Ø  Adapun beberapa keterampilan mendengarkan penuh perhatian, yaitu:
1)      pandang klien dan keluarga ketika sedang berbicara.
2)      Pertahankan kontak mata yang memancarkan keinginan untuk mendengarkan.
3)      Sikap tubuh yang menunjukkan perhatian.
4)      Tidak menyilangkan kaki dan tangan.
5)      Menghindari gerakan yang tidak perlu.
6)      Menganggukkan kepala apabila klien membicarakan hal yang penting atau memerlukan umpan balik.
7)      Condongkan tubuh ke arah lawan bicara.
Ø  Dua macam teknik mendengar adalah sebagai berikut:
1)      Mendengar pasif.
Kegiatan mendengar dengan pesan non verbal untuk klien misalnya dengan kontak mata, menganggukkan kepala, dan juga keikut sertaan secara verbal. Mendengar pasif akan dapat memberdayakan diri kita saat kita mendengar dengan pasif karena kita kurang memahami perasaan orang lain
2)      mendengar aktif.
Kegiatan mendengar yang menyediakan pengetahuan bahwa kita tahu perasaan orang lain dan mengerti mengapa dia merasakan hal tersebut.
Keuntungan yang di peroleh jika mampu mengembangkan keterampilan mendengar aktif adalah sebagai berikut:
·         pasien dan kelurga merasa di dengar dan di pahami maksudnya.
·         Pasien dan keluarga merasa dirinya berharga dan penting
·         Pasien dan keluarga merasa nyaman dengan keadaan tersebut
·         Pasien dan keluarga mampu berkomunikasi
b.      Menunjukkan penerimaan
Menerima di sini diartikan bahwa kita bersedia untuk mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan keraguan atau tidak setuju.
Berikut ini adalah sikap bidan yang menyatakan penerimaan
·         Mendengarkan tanpa memutuskan pembicaraan.
·         Memberikan umpan balik verbal yang menampakkan pengertian.
·         Memastikan bahwa isyarat nonverbal cocok dengan komunikasi verbal.
c.       Mengajukan pertanyaan yang berkaitan
Tujuan seorang bidan mengajukan suatu pertanyaan adalah untuk mendapatkan informasi yang spesifik mengenai apa yang disampaikan oleh pasien dan kelurganya. lebih baik jika pertanyaan tersebut dikaitkan dengan topik yang di bicarakan dan gunakan kata-kata dalam konteks sosial budaya klien.

d.      Pertanyaan terbuka
Pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban “Ya” dan “Mungkin”, tetapi pertanyaan memerlukan jawaban yang luas sehingga pasien dapat mengemukakan masalahnya, perasaannya dengan kata-kata sendiri, atau dapat memberiakan informasi yang di perlukan.
e.       Mengulang ucapan klien dengan menggunakan kata-kata sendiri
Mengulang kembali pikiran utama yang telah diekspresikan oleh klien dan keluarga memberitahukan bahwa bidan telah memberikan umpan balik sehingga klien dan keluarga mengetahui bahwa pesannya di mengerti dan mengharapkan komunikasi berlanjut. Namun, bidan perlu berhati-hati ketika menggunakan metode ini karena pengertian bisa menjadi rancu apabila pengucapan ulang mempunyai arti yang berbeda.
f.       Pertanyaan klarifikasi.
Berupaya untuk menjelaskan ide atau pikiran pasien yang tidak jelas atau meminta pasien menjelaskan artinya. Apabila terjadi kesalahpahaman, bidan perlu menghentikan pembicaraan untuk mengklarifikasi dengan menyamakan pengertian karena informasi sangat penting dalam memberikan pelayanan asuhan kebidanan yang optimal. Supaya pesan dapat sampai dengan benar, seorang bidan perlu memberikan contoh yang konkret dan mudah untuk di mengertioleh klien.
g.      Memfokuskan
Metode ini di lakukan dengan tujuan untuk membatasi bahan pembicaraan sehingga lebih spesifik dan dapat di mengerti. Bidan tidak seharusnya memutuskan pembicaraanklien ketika menyampaikan masalah yang penting, kecuali jika pembicaraan berlanjut tanpa informasi yang baru.
h.      Menyampaikann hasil observasi
Seorang bidan perlu memberikan  suatu umpan balik kepada klien dan keluarga dengan menyatakan hasil pengamatannya sehingga dapat di ketahui apakah pesan dapat di terima dengan benar. Bidan menguraikan kesan yang di timbulkan oleh syarat nonverbal klien.
i.        Menawarkan informasi
Memberikan tambahan informasi ini memungkinkan penghayatan yang lebih baik bagi klien terhadap keadaannya. Memberikan tambahan informasi merupakan pendidikan kesehatan klien. Selain itu, hal ini akan menambah rasa percaya klien terhadap bidan itu sendiri. Jika terdapat informasi yang di tutupi oleh dokter, bidan perlu mengklarifikasi alasannya. Bidan tidak boleh memberikan nasihat kepada klien ketika memberikan suatu informasi, tetapi di harapkan dapat memfasilitasi klien untuk membuat suatu keputusan untuk dirinya sendiri.

j.        Diam
Sikap diam akan memberikan kesempatan kepada bidan dan klien untuk mengorganisir pikirannya. Penggunaan metode diam memerlukan keterampilan dan ketetapan waktu, jika tidak maka akan dapat menimbulkan perasaan yang tidak enak. Sikap diam yang memungkinkan klien untuk dappat berkomunikasi secara internal dengan dirinya sendiri, mengorganisir pikirannya, dan memproses informasi yang di dapatkannya. Keadaan diam ini juga dapat bermanfaat pada saat klien dan keluarga harus mengambil keputusan untuk dirinya sendiri.
k.   Meringkas
adalah pengulangan ide utama yang telah dikomunikasikan secara singkat . Metode ini bermanfaat untuk membantu topik yang telah dibahas sebelum meneruskan pada pembicaraan yang berikutnya . Meringkas pembicaraan membantu bidan mengulang aspek penting dalam interaksinya sehingga dapat melanjutkan pembicaraan dengan topik yang berkaitan .
l.  Memberikan penghargaan                             
Memberi salam pada klien dan keluarga dengan menyebut namanya menunjukkan kesadaran tentang perubahan yang terjadi , untuk menghargai klien dan keluarga sebagai manusia seutuhnya yang mempunyai hak dan  tanggung jawab atas dirinya sendiri sebagai individu.
Penghargaan tersebut diupayakan jangan sampai menjadi beban yang berat baginya, dalam arti bahwa jangan sampai klien berusaha keras dan melakukan segalanya demi mendapatkan suatu pujian atau persetujuan dari perbuatan atau tindakan yang dilakukannya. Hal ini tidak dimaksudkan untuk menyatakan bahwa ini bagus dan sebaliknya bahwa ini buruk.
m.  Menawarkan
Bukan tidak mungkin bahwa klien belum siap untuk berkomunikasi secara verbal dengan orang lain atau klien tidak mampu untuk memmbuat dirinya dimengerti. Tidak dipungkiri lagi bahwa sering kali bidan hanya menawarkan kehadirannya . Teknik komunikasi ini harus di lakukan tanpa pamrih dalam arti tidak mengharapkan balasan apa-apa yang telah di lakukannya untuk klien tersebut. Bidan menyediakan diri tanpa respons bersyarat atau respons yang di harapkan.
n.  Memberikan kesempatan kepada klien untuk memulai pembicaraan
Memberikan kesempatan kepada klien untuk memiliki inisiatif dalam memilih topik atau masalah pembicaraan . Dalam berinteraksi , bidan dapat menstimulasi klien yang merasa ragu-ragu dan tidak pasti tentang perannya untuk mengambil inisiatif dan merasakan bahwa ia sangat di harapkan untuk membuka pembicaraan.


o.  Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan
Teknik ini menganjurkan klien untuk mengarahkan hampir seluruh pembicaraanyang mengindikasikan bahwa klien sedang mengikuti apa yang sedang dibicarakan dan merasa tertarik dengan apa yang akan di bicarakan selanjutnya . Bidan lebih berusaha untuk menafsirkan dari pada mengarahkan diskusi/pembicaraan.
p.  Menempatkan kejadian secara teratur akan menolong bidan dank lien untuk melihatnya dalam suatu perspektif
Kelanjutan dari sebuah kejadian secara teratur akan menolong bidan dan klien untuk melihat kejadian berikutnya sebagai akibat kejadian yang pertama. Bidan akan dapat menentukan pola kesukaran interpersonal dan memberikan data tentang pengalaman yang memuaskan dan berarti bagi klien dalam memenuhi kebutuhannya.
q.  Menganjurkan klien untuk menguraikan persepsinya
Meminta klien untuk memastikan pengertian bidan tentang apa yang sedang dipikirkan dan dirasakan oleh klien. Apabila bidan ingin mengerti klien,maka ia harus melihat segala sesuatunya dari perspektif klien tersebut. Klien harus bebas untuk menguraikan persepsinya kepada bidan . Ketika menceritakan pengalamannya , bidan harus waspada akan timbulnya gejala ansietas atau marah.
r. Refleksi
Mengarahkan kembali ide, perasaan ,pertanyaan , dan isi pembicaraan kepada klien. Refleksi menganjurkan klien untuk mengemukakan dan menerima ide serta perasaannya sebagai bagian dari dirinya sendiri. Jika klien bertanya apa yang harus ia pikirkan dan kerjakan atau rasakan ,maka bidan dapat menjawab “Bagaimana menurut anda ?”. Jadi, dengan demikian bidan mengindikasikan bahwa pendapat klien adalah berharga dan klien memiliki hak untuk dapat melakukan hal tersebut, maka klienpun akan dapat berpikir bahwa dirinya adalah manusia yang mempunyai kapasitas dan kemampuan sebagai individu yang terintegrasi dan bukan sebagai bagian dari orang lain.
s.  Asertif
Asertif adalah kemampuan dengan secara meyakinkan dan nyaman untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan diri dengan tetap menghargai orang lain. Kemampuan asertif antara lain : berbicara jelas , mampu menghadapi manipulasi pihak lain tanpa menyakiti hatinya( berani mengatakan tidak tanpa merasa bersalah) serta melindungi diri dari kritik.
t.  Humor
Humor sebagai hal yang penting dalam komunikasi verbal, ini dikarenakan tertawa mengurangi ketegangan dan rasa sakit akibat stress dan meningkatkan keberhasilan dalam asuhan kebidanan. Sullivan – Deane (2008) menyatakan bahwa humor merangsang katekolamin sehingga merasa sehat. Hal ini juga akan meningkatkan toleransi nyeri , mengurangi kecemasan , serta memfasilitasi relaksasi dan meningkatkan metabolisme.        


2.2.6  Factor yang perlu diperhatian dalam komunikasi terapeutik
            Ada banyak faktor yang memengaruhi penafsiran seseorang dalam mengirimi dan menerima pesan dalam komunikasi . Adapun faktor yang memengaruhi berlangsungnya proses komunikasi ada 7, yaitu:
1.      Persepsi.
Persepsi merupakan pantulan perasaan jiwa seseorang terhadap suatu stimulus tertentu yang terjadi di lingkungannya, baik yang dalam diri individu yang bersangkutan maupun yang di luar dirinya atau di hadapannya(potter dan perry,1987). Masing-masing orang akan merasakan, menginterpretasikan, dan memahami lingkungannya secara berbeda. Persepsi biasanya terbentuk melalui tujuan dan harapan individu. Perbedaan persepsi dapat menjadi batu sandungan untuk mencapai komunikasi yang efektif. Padahal, persepsi seseorang sangat sulit untuk di ubah terutama yang telah mengakar lama dalam pikiran yang terjadi dalam pengalaman yang sama.  Persepsi seseorang sangat di pengaruhi oleh latar belakang pendidikan yang di punyai, budaya, sosial ekonomi, ras, jenis kelamin dan juga pengalaman yang mereka alami sebelumnya.

2.      Nilai
Nilai merupakan keyakinan seseorang tentang nilai suatu ide atau tingkah laku (potter dan perry,1987). Menilai suatu tingkah laku atau ide berarti menemukan apakah itu semua cocok untuk orang lain atau tidak.
Nilai yang di miliki seseorang akan mencerminkan kebutuhan atau keinginan yang di miliki , budaya dan refleksi sosial yang di sandangnya, termasuk pola hubungan atau interaksi dengan orang lain.
3.      Emosi yang memengaruhi jalannya komonikasi di maknai sebagai perasaan subjektif seseorang tentang kejadian dan memengaruhi bagaimana individu menggunakan kapasitas yang di miliki dan bagaimana dia berhubungan dengan orang lain (potter dan perry, 1987). Dalam hal ini, perawat harus mampu memfasilitasi proses komunikasi sehingga emosi tidak akan bercampur dengan optimalisasi tindakan keperawatan yang sedang di berikan.
4.      Latar belakang  sosiobudaya. Budaya yang di punyai seseorang akan membentuk pandangan umum dan persepsi yang di milikinya tentang dunia tempat mereka tinggal.
5.      Pengetahuan seseorang yang juga sangat menentukan berhasil tidaknya suatu proses komunikasi . perbedaan tingkat pengetahuan membuat proses komunikasi.
6.      Peran dan pola hubungan yang di punyai seseorang. Ada seseorang yang berkomunikasi dengan orang lain menggunakan pola peran dan hubungan yang tepat sesuai dengan peran dan pola hubungan yang di punyai lawan bicaranya.



2.2.7 Analisis Transaksi
            Eric berne mengembangkan istilah transaksi dalam komunikasi. Transaksi biasa di pakai di dunia usaha, yakni bila terjadi perundingan dan pelaksanaan jual beli .
            Komunikasi timbale balik ialah seseorang mengirim pesan kepada orang lain dan orang lain itu menjawab dalam bentuk umpan balik. Peristiwa mengirim dan menerima kembali di sebut oleh eric berne dengan istilah transaksi.
            Namun, transaksi antara dua orang tidak selalu mulus, kadang memuaskan kedua belah pihak, kadang mengecewakan. Orang yang menstimulus transaksi tidak selalu sama. Kalau tidak sama, kita perlu mengetahui hal yang tidak sama.
Transaksi dalam komunikasi itu akan tergantung pada kedua individu yang menjalankan dan ini terkait dengan sikap individu tersebut. Sikap individu dalam transaksi menghadirkan sikap diri (ego state). Menurut eric berne, setiap orang mempunyai  tiga sikap diri yaitu:
1.      Sikap diri orang tua.
Sikap orang tua akan Nampak pada sikap dan bicara kita bila kita sedang mencontoh lagak orang-orang tua. Yang memengaruhi hidup kita selama ini.
2.      Sikap diri dewasa
Sikap kita adalah menghadapi persoalan secara cerdas menggunakan otak, terarah, tidak berpihak, mengunpulkan keterangan, mencari pemecahan terbaik.
3.      Sikap diri anak
Ketika kita bersikap seperti yang di perlihatkan anak-anak, spontan, ingin campur segala urusan, main-main, penuh daya cipta, bersungut-sungut, menganggap ringan masalah.
            Analisis transaksi mempunyai istilah sendiri yang khas mengenai pokok bahasannya. Transaksi dapat di katakan imbang, silang, dalam bahasa aslinya, complementary ,crossed,dan ulterior.
Ø  Transaksi imbang
Dalam komunikasi ,biasanya pesan ditujukan pada salah satu sikap diri.
Ø  Transaksi silang
Komunikasi meleset ,yang sering mengakibatkan kesenjangan dalam komunikasi . hal ini bisa di karenakan komunikasi yang di kirim dari dan ke “sikap diri” kurang tepat pada situasi tertentu atau karena pihak yang di ajak komunikasi tidak peka terhadap arah komunikasi itu dan jawabannya tidak sesuai.
Ø  Transaksi selubung
Dalam komunikasi ,pesan yang di sampaikan harus jelas ,ada keterbukaan sehingga komunikasi dapat lancer. Tetapi, dalam kenyataan sering terjadi komunikasi yang meleset karena ketidak terbukaan atau karena terjadi “transaksi selubung”, artinya yang di ucapkan ini dan ini pula yang terdengar ,tetapi yang di maksud secara terselubung adalah itu belum di tangkap dan di pahami oleh komunikan .
            Dalam komunikasi ,kita sering mengirim dua pesan sekaligus,yaitu yang di ucapkan terang-terangan dan yang terselubung . Bagi pengirm(komunikator), yang penting adalah yang terselubung itu, baik tersembunyi di balik kata- kata maupun di ungkapkan dalam bahasa badan (gerak,kedip mata, senyum , dan sebagainya) . Seorang penceramah biasanya memberikan waktu untuk Tanya jawab . Tidak semua pernyataan itu relevan dengan topik atau ada pertanyaan yang menyimpang.
            Ada penceramah yang menjawab “ pertanyaan anda baik sekali, tetapi lebih baik di tanyakan pada kesempatan lain”. Secara  terselubung penceramah bermaksud , “pertanyaan anda ngawur”. 

2.2.8 Dimensi Respon
Dimensi respon yang harus dimiliki ada 4:
1)      Kesejatian
Kesejatian adalah pengiriman pesan pada orang lain tentang gambaran diri kita yang sebenarnya,yang mana kesejatian dipengaruhi oleh:
§  Kepercayaan diri
§  Persepsi terhadap orang lain
§  Lingkungan
2)      Empati
Empati adalah kemampuan menempatkan diri kita pada diri orang lain, bahwa kita telah memahami bagaimana perasaan orang lain tersebut dan apa yang menyebabkan reaksi mereka tanpa emosi kita terlarut dalam emosi orang lain. Beberapa aspek dari empati antara lain:
§  Aspek mental
§  Verbal
§  Aspek nonverbal
3)      Respek atau hormat
Respek mempunyai pengertian perilaku yang menunjukkan kepedulian atau perhatian,rasa suka, dan ,menghargai klien.perawat menghargai klien seorang yang bernilai dan menerima klien tanpa syarat (Stuart dan Sudeen,1995). Dengan respek maka perawat akan dapat mengakui kebutuha orang lain untuk dipenuhi, dimengerti dan dibantu dalam keterbatasan waktu yang dimiliki oleh perawat.
Perilaku respek dapat ditunjukkan dengan (Smith,1992):
·         Melihat kearah klien
·         Memberikan perhatian yang tidak terbagi
·         Memelihara kontak mata
·         Senyum pada saat yang tidak tepat
·         Bergerak kearah klien
·         Menentukan sapaan yang disukai
·         Jabat tangan atau sentuhan yang lembut.
4).Konkret
Perawat menggunakan terminology yang spesifik dan bukan abstrak pada saat mendiskusikan dengan klien mengenai perasaan ,pengalaman, dan tingkah lakunya. Fungsi dari dimensi ini adalah mempertahankan respons perawat terhadap perasaan klien,penjelasan dengan akurat tentang masalah dan mendorong klien memikirkan masalah sp



BAB 3
PENUTUP
3.1  KESIMPULAN
            Komunikasi merupakan landasan bagi profesi bidan dalam memberikan asuhan kebidanan karena tugas bidan adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat. Proses komunikasi merupakan suatu penyampaian pesan, ide, atau lambing kepada orang lain agar dapat mencapai persepsi yang sama sesuai dengan yang dikehendaki oleh komunikator. Tujuan berkomunikasi adalah memudahakan dan melancarkan pencapaian tujuan. Unsure dasar komunikasi terdiri atas komunikator, pesan, saluran komunikasi, metode komunikasi, komunikan,lingkungan, dan umpan balik.
            Kemampuan menerapkan teknik komunikasi terapeutik dalam asuhan kebidanan memerlukan latihan dan kepekaan serta ketajaman perasaan, karena komunikasi terjadi tidak dalam kehampaan, tetapi dalam dimensi nilai,waktu,dan ruang yang turut memengaruhi keberhasilan komunikasi yang terlihat melalui dampak terapeutik bagi klien dan juga berpusat bagi bidan sebagai komunikator.
3.2  SARAN
            Sebagai seorang bidan, komunikasi adalah hal yang sangat penting dan merupakan kunci utama keberhasilan seorang bidan.Sebaiknya dalam berkomunikasi dengan klien, seorang bidan harusnya menjaga etika dan penampilannya dalam menghadapi kliennya.Menjaga hak-hak priabdi dan hak-hak orang lain.Menghormati,menjaga perasaan klien, dengan melihat kondisi ekonominya.Menjaga rahasia klien.











DAFTAR PUSTAKA

            M.Taufik Juliane. 2010 , Komunikasi Terapeutik Dan Konseling Dalam Praktik Kebidanan . Jakarta Selatan : Salemba Medika
Suryani, S.Kp, MHSc . 2005 , Komunikasi Terapeutik:Teori dan Praktik . Jakarta :EGC