PRAKTEK WAWANCARA? ORA WEDI (Tidak Takut)!!! (Muvid Ardian)

     Pada penghujung penulisan blog untuk mata kuliah teknik wawancara ini, saya ingin membagi sedikit pengalaman saya kepada anda semua tentang 3 minggu menjalani praktek wawancara yang sangat-sangat membuat saya sedikit percaya diri.. loh kok bisa? Bisa saja so  berikut pengalamannya...

 Minggu pertama menjalani praktek, setting temanya menjadi HRD di suatu perusahaan yang ceritanya “Rekruitmen Karyawan Baru di bidang salesman”.  Pada sesi pertama ini,  pada saat saya berpura-pura menjadi HRD, saya merasa jantung  berdegup kencang, kepala cekat-cekot, dan telapak tangan saya terus mengeluarkan keringat. Saya jadi down duluan sebelum memulai praktek, bagaimana tidak? Sebelumnya aja saya belum pernah melamar pekerjaan, belum pernah berbicara langsung terhadap HRD dalam satu ruangan, belum pernah bermain acting sebagai HRD, toh saya sendiri menjadi bingung dan di dalam pikiran saya yang ada tuh berpikir harus bagaimana nantinya ? HRD itu seperti apa dan bagaimana cara berbicaranya (pokoknya gak ada bayangan dah)?  Akan tetapi untungnya kelompok saya itu  bagian terakhir dalam posisi pewawancara (mungkin cicinya tau saya gak bisa  J), dengan bermodalkan pengalaman singkat sebagai observer dan sebagai klien, saya mulai melihat acting dari teman-teman yang lain, dan dari situ gambaran muncul..  maka dengan demikian tiba saatnya bagian saya masuk ke ruangan praktek, dan setelah masuk ke ruangan, ternyata yang tadinya saya sudah pededi luar ruangan saya merasa  ngedown lagi karena saya tahu bahwa saya sedang di amati oleh observer di balik cermin yang ada di ruangan.. waduh gawat pikiri saya pada saat itu. Dan benar saja saya sudah merasa down di sesi pertama tersebut saya mewawancarai klien terbilang kacau, dari segi berbicara gugup, sampai selesaipun yang harusnya saya membukakan pintu keluar klien, malah kliennya duluan yang membukakan pintu dan pergi meninggalkan ruangan tanpa ada basa-basi penutupan. Saya merasa saya gagal di minggu pertama. (gagal)

Minggu kedua nih teman, bermodalkan pengalaman di minggu pertama yang teramat kacau (menurut saya), saya ingin tidak mengulanginya kembali kesalahan yang kemarin karena sudah tau apa yang harus saya lakukan nanti di dalam  ruangan ketika jadi pewawancara. Temanya pendidikan, saya rasa kelompok saya ridak akan pertama masuknya jadi pewawancara, dan tiba-tiba di panggil, waduh belum sempat membuka daftar pertanyaan dulu sudah di panggil…. Yaudahlah,  pikir saya gampang lah pendidikan mah, sudah ada gambaran kan dulu sering bolak-balik masuk BP jadi tau apa yang harus di lakukan. Apalagi temanya kali ini tentang “yang membully temannya satu kelas” wah… pastinya sangat tergambar lah di pikiran saya jadi tenang-tenang aja. Ternyata pada saatnya tiba, saya masuk ruangan sudah dapat mengontrol diri saya dan siap untuk menerima klien, dan ternyata yang datang aduh..  si Imam Wahyudi baru denger suaranya dia di pintu saja sudah ahh.. pikiran saya pasti nih bocah jawabnya aneh-aneh nih nantinya.. dan benar saja klien yang pura-puranya ini menceritakan sekaligus menyindir-nyindir saya (kebetulan imam temen SMP saya), dan ternyata di situ saya sudah tidak konsentrasi karena saya menahan tawa karena tingkah lucu si klien ini. (gagal maning)

Minggu pertama sudah berlalu (gagal) dan minggu kedua juga sudah berlalu (gagal maning), di minggu pamungkas ini saya harus benar-benar bisa mengontrol diri saya dan apalagi di tambah tidak boleh membawa teks atau daftar pertanyaan ke dalam ruangan karena temanya klinis tentang “kecemasan”, itu membuat makin deg-degan… pake daftar pertanyaan ke dalam ruangan aja bicara saya masih gelagapan, apalagi tidak bawa teks haduh… dan ternyata beda teman… hasilnya kali ini dengan sendirinya pada saat saya masuk ruangan dan duduk di kursi yang tersedia saya merasa rileks, beda dari sesi satu dan dua. Dan pada saat saya kedatangan klien mengetuk pintu dan mempersilahkan klien duduk saya sudah lumayan bisa memberikan sambutan dengan baik terhadap klien, dan sampai melakukan sesi waancarapun saya sudah relaks sekali dan penutupan di akhir pun tidak seperti yang minggu-minggu terdahulu yang selalu salah, kali ini terbilang sukses.

     Dari pengalaman-pengalaman tersebut, saya hanya sharing saja, ternyata melakukan teknik wawancara itu butuh pengalaman dan jam terbang lebih banyak. Karena apabila tidak ada atau kurangnya jam terbang, sehebat apapun itu orangnya dan sepintar apapun itu orangnya saya yakin pasti bakal gelagapan  berbicaranya terhadap klien, maka dari itu praktek ini pengalaman yang sangat berharga.. dan bila di tanya, apakah saya akan  berani melakukan praktek wawancara lagi? Pasti jawabanya ORA WEDI!!

5 Juni 2013

0 komentar:

Posting Komentar