prostitusi hmm...(Dionisius Ferdi Weros)

Prostitusi adalah suatu fenomena yang rasanya tidak mudah dihapuskan. Fenomena ini sudah terjadi ratusan tahun dalam bentuk yang berbeda, mulai dari prostitusi keagamaan hingga yang terbaru yaitu fenomena "ayam kampus" di Jakarta. Rasanya faktor supply-demand salah satu yang mendorong terjadinya hal ini. Kemiskinan dan kepentingan "bisnis" orang tertentu mendorong terjadinya prostitusi. Selain itu, kita dapat melihat dengan banyaknya orang yang membutuhkan jasa prostitusi.

Tema pembahasan kelas Perilaku Seksual kali ini membuat saya teringat dengan artikel yang dibahas oleh Prof. Sarlito yang membahas tentang fenomena prostitusi di Indonesia. Sebenarnya, hal utama yang disajikan adalah cara berdemokrasi yang lebih "realistis". Akan tetapi, Prof. Sarlito membahas dari sisi fenomena prostitusi. Menurut beliau, lokalisasi alangkah baiknya ditata dengan baik dengan harapan pemantauan pekerja seks komersial (PSK) berjalan lebih baik. Pemantauan lebih baik diharapkan dapat menurunkan kemungkinan terjadinya penyakit menular seksual.

Pendapat Prof. Sarlito mungkin ada benarnya, tetapi saya dulu sempat membaca sebuah artikel kritikan terhadap legal red-light district di Belanda (ya! Belanda menganggap legal keberadaan red-light district). Menurut artikel tersebut, keberadaan red-light district menyuburkan perdagangan perempuan di Eropa. Pernyataan tersebut bila dipikirkan dengan baik sebenarnya cukup masuk akal.

Sebenarnya, hal paling penting kita menyadari bahwa setiap keputusan memiliki efek positif dan negatif. Hal yang terbaik yang kita lakukan adalah meminimalisir efek negatif. Akan tetapi, kita perlu menyadari bahwa mengambil sebuah keputusan bukanlah hal yang mudah. Memilih mau makan malam apa saja susah, apalagi mengatasi jasa prostitusi rasanya jauh lebih rumit...

Menurut saya, kelas Perilaku Seksual adalah kelas yang cukup menyenangkan. Akan tetapi, saya merasa bahwa banyak sekali penjelasan yang diungkapkan oleh teman-teman selama satu semester adalah suatu bentuk pengulangan *saya sudah pernah membaca buku Carroll sebelumnya sampai habis*. Namun, saya tetap senang karena banyak sekali ilmu-ilmu baru yang dijelaskan oleh Bu Henny. Sesungguhnya, saya curiga banyak sekali ilmu dari Ibu yang belum saya curi. Akan tetapi, saya tetap mengucapkan terima kasih atas pengalamannya selama satu semester dan saya berharap dapat bertemu Ibu di kelas yang berbeda. Saya tetap berharap mampu mengembangkan ilmu saya mengenai seksualitas manusia karena saya ingin sekali menjadi seorang psikolog-seksolog. Bagi saya sebagai psikolog-seksolog, saya dapat memahami dengan lebih baik dinamika misterius seksualitas manusia. Terima kasih Bu... 


 6 Juni 2013

0 komentar:

Posting Komentar