Control Your Mouth! (Agnes Vivi)
“Perempuan mana bisa sih ngerjain pekerjaan laki-laki?”, “Perempuan mana bisa angkat yang berat-berat?”, “Ahh perempuan mah lama kerjanya!”, “Ahh masa laki-laki kerja di salon?”
Mungkin kita sering mendengar kalimat-kalimat seperti kalimat di atas dalam kehidupan sehari-hari kita. Atau bahkan beberapa diantara kita yang justru mengeluarkan statement-statement seperti itu. Awalnya saya tidak merasa keberatan atau terganggu dengan kalimat tersebut karena saya merasa hal tersebut hanya sebuah kalimat biasa yang seharusnya tidak dapat mempengaruhi apapun. Namun, ternyata kalimat-kalimat seperti itu merupakan bentuk dari sexism loh guys! Sexism meliputi kebencian dan prasnagka terhadap gender melalui perkataan ataupun penerapan perilaku di dalam lingkungan.
Kemarin, di dalam kelas SDM, dosen pengampuh yang bersangkutan membawakal perkuliahan dengan tema “diskriminasi kerja” dan mengawali kelas dengan sebuah cerita mengenai seorang wanita yang merupakan seorang fotografer handal. Kesehariannya wanita ini dikenal sebagai seorang fotografer yang sudah handal dan sering bepergian keluar negri hanya untuk mengabadikan momen-momen penting. Namun, wanita tersebut memilih Indonesia sebagai tempat untuk menetap dan membuka studio foto. Seiring berjalannya waktu, wanita tersebut menemukan beberapa kesulitan dalam memperoleh ijin untuk membuka studio foto tersebut hanya dikarenakan kemampuannya sebagai fotografer yang diragukan. Hal ini terjadi karena adanya pandangan yang menganggap pada umumnya fotografer adalah seorang pria. Secara tidak sadar cerita yang singkat ini merupakan salah satu cerita dari bentuk sexism.
Simple bukan? Tapi ternyata stereotipe atau bentuk sexism yang seperti ini dapat mempengaruhi pekerjaan seseorang yang juga mungkin dapat mempengaruhi kehidupan orang lain, atau bahkan dapat mempengaruhi kondisi psikologisnya. So, guys! Apakah kita adalah salah satu dari orang-orang yang menunjukkan sexism pada orang-orang di lingkungan sekitar kita? Be aware guys! Jangan sampai sedikit perkataan kita dapat membawa pengaruh yang buruk bagi kehidupan orang lain :)
28 Agustus 2013
Mungkin kita sering mendengar kalimat-kalimat seperti kalimat di atas dalam kehidupan sehari-hari kita. Atau bahkan beberapa diantara kita yang justru mengeluarkan statement-statement seperti itu. Awalnya saya tidak merasa keberatan atau terganggu dengan kalimat tersebut karena saya merasa hal tersebut hanya sebuah kalimat biasa yang seharusnya tidak dapat mempengaruhi apapun. Namun, ternyata kalimat-kalimat seperti itu merupakan bentuk dari sexism loh guys! Sexism meliputi kebencian dan prasnagka terhadap gender melalui perkataan ataupun penerapan perilaku di dalam lingkungan.
Kemarin, di dalam kelas SDM, dosen pengampuh yang bersangkutan membawakal perkuliahan dengan tema “diskriminasi kerja” dan mengawali kelas dengan sebuah cerita mengenai seorang wanita yang merupakan seorang fotografer handal. Kesehariannya wanita ini dikenal sebagai seorang fotografer yang sudah handal dan sering bepergian keluar negri hanya untuk mengabadikan momen-momen penting. Namun, wanita tersebut memilih Indonesia sebagai tempat untuk menetap dan membuka studio foto. Seiring berjalannya waktu, wanita tersebut menemukan beberapa kesulitan dalam memperoleh ijin untuk membuka studio foto tersebut hanya dikarenakan kemampuannya sebagai fotografer yang diragukan. Hal ini terjadi karena adanya pandangan yang menganggap pada umumnya fotografer adalah seorang pria. Secara tidak sadar cerita yang singkat ini merupakan salah satu cerita dari bentuk sexism.
Simple bukan? Tapi ternyata stereotipe atau bentuk sexism yang seperti ini dapat mempengaruhi pekerjaan seseorang yang juga mungkin dapat mempengaruhi kehidupan orang lain, atau bahkan dapat mempengaruhi kondisi psikologisnya. So, guys! Apakah kita adalah salah satu dari orang-orang yang menunjukkan sexism pada orang-orang di lingkungan sekitar kita? Be aware guys! Jangan sampai sedikit perkataan kita dapat membawa pengaruh yang buruk bagi kehidupan orang lain :)
28 Agustus 2013
0 komentar:
Posting Komentar