Majority and Minority Influence (Tiara Venesa Anggraeni)
Pada dasarnya individu ingin menjadi bagian dari kelompok yang lebih besar, namun kelompok tersebut menetapkan norma sosial yang memberi tekanan sosial pada individu untuk mengikuti cara berpikir dan cara berperilaku yang telah ditetapkan. Terdapat dua alasan mengapa individu melakukan konformitas terhadap kelompok mayoritas: (1) NORMATIVE INFLUENCE yaitu ketika konformitas dilakukan untuk mendapat penerimaan dari kelompok; (2) INFORMATIONAL INFLUENCE yaitu ketika konformitas terjadi karena individu tertarik dengan pengetahuan kelompok yang lebih banyak.
Terdapat 3 jenis konformitas terhadap mayoritas yang diterapkan (Kelman, 1958) yaitu COMPLIANCE (perilaku berubah agar diterima mayoritas, namun value tidak berubah); IDENTIFICATION (perilaku berubah dan individu merasa sebagai bagian dari mayoritas); dan INTERNALIZATION (perilaku, value, dan cara pikir berubah untuk menyatu dengan mayoritas)
Minoritas juga dapat mempengaruhi masyarakat jika kelompok minoritas memiliki ciri-ciri berikut: CONSISTENCY (konsisten); FLEXIBILITY (tetap beralasan namun tidak kaku); COMMITMENT (berkomitmen pada hal yang disampaikan); RELEVANCE (memiliki pandangan yang sejalan dengan tren sosial yang lebih luas. Pengaruh minoritas membutuhkan waktu lebih lama karena harus membuat masyarakat, baik secara publik atau pribadi, menerima pandangan/perilaku baru.
Dalam pembuatan keputusan, kelompok mayoritas cenderung memiliki pemikiran yang konvergen. Sedangkan kelompok minoritas memiliki pemikiran yang lebih divergen dan mendalam dari sebuah topik, yang memberikan nilai lebih dan meningkatkan kualitas dari pembuatan keputusan. Oleh karena itu, beberapa perusahaan mulai mencari social media influencer untuk merekomendasikan produk atau jasa mereka. Hal ini dikarenakan social media influencer terlihat independen dan akan terus menerus mengiklankan sebuah produk sehingga mau tidak mau masyarakat akan melihat iklan tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar