Pertimbangkan “Bibit-bebet-bobot” dalam Memilih Pasangan!!! (Monica Teny)
Mendengar kata “Pernikahan” menurut saya pernikahan tidak hanya diartikan hidup bersama dalam satu rumah, menjalin keintiman, memiliki anak, atau lainnya. Tetapi lebih kepada menjalin suatu komitmen bersama atas dasar CINTA dan KASIH SAYANG. Saling menyayangi, melengkapi, bertanggung jawab, dan dibuahi melalui “ anggota“ baru dalam kebersamaan.
Orang-orang (terutama orang yang sudah menikah) sering mengatakan bahwa harus “jeli” dalam memilih pasangan, tidak hanya didasari rasa suka atau senang, atas dasar kompak atau kesamaan selera, atau bahkan untuk memenuhi kebutuhan seksual, tetapi juga harus dipertimbangkan atas dasar “bibit-bebet-bobot” keturunannya yang dapat diteruskan melalui genetika (tidak hanya kelainan genetika, penyakit, dan lain-lain yang dapat diturunkan atau diteruskan, tetapi karakter dari keluarganya juga dapat diteruskan atau diturunkan ke generasi selanjutnya). Maksudnya jika orang tua atau nenek moyangnya memiliki karakter jelek, bisa dimungkinkan karakter tersebut dapat diturunkan ke generasi berikutnya (karakter telah mendarah daging).
Banyak keluarga yang setelah menikah berahkir pada perceraian, padahal mereka saling menyanyagi dan mencintai satu sama lainnya, tetapi mungkin karena faktor "bibit-bebet-bobot" yang tidak diketahui karena kurang "jelinya" dalam mencari pasangan, yang menjadikannya berakhir di perceraian. Seperti yang dialami oleh tetangga saya, mereka baru menikah satu bulan lamanya, menjelang bulan kedua pernikahannya mereka baru mengetahui bahwa dahulu ayahnya sering menghamili wanita lain "free sex" karena takut suaminya juga memiliki pengalaman yang sama dengan ayahnya, maka berakhir-lah dengan perceraian.
Kebanyakan orang dalam memilih pasangan hanya dilihat dari segi fisik “ganteng atau cantik” dari segi ekonomi “kaya atau misikin” dan lain-lain dari aspek yang dapat berubah. Menurut saya penampilan dan segi ekonomi itu hal yang penting dan patut untuk dipertimbangkan, tetapi itu berarti dalam memilih pasangan hanya didasarkan akan “haus” kesempurnaan yang dapat berubah dikemudian hari. Maksdunya sekarang mungkin orang yang kita pilih memiliki fisik yang baik, tetapi seiring berjalan waktu (penuaan) pasti berubah, begitu pula ekonomi, mungkin saat ini orang yang kita pilih memiliki ekonomi yang baik (material), tetapi tidak tutup kemungkinan hal tersebut berubah (bukan berbicara untuk menyumpahi, tetapi real dalam kehidupan).
Maka dari itu dalam memilih pasangan banyak aspek yang harus dipertimbangkan, terutama “bibit-bebet-bobot” orang yang kita pilih dan keturunan keluarganya. Tidak hanya didasarkan akan “haus” akan hal-hal yang dapat berubah. Hingga kelak tidak adanya rasa penyesalan dalam pernikahan, melaiankan dapat harmonis dan abadi selamanya. 18 September 2013
0 komentar:
Posting Komentar