Sejarah dibalik disorder seseorang (Michelle Ng)

Disorder itu nggak muncul begitu saja. Tidak mungkin begitu kita lahir, langsung sudah muncul mood disorder ataupun disorder lainnya yang berhbungan dengan psikologi. Semua itu dibentuk perlahan-lahan sejak kita kecil.

Dibalik setiap psychological disorder pasti selalu ada sejarah yang menyebabkan munculnya disorder tersebut. Sejarah itu sendiri nggak cuma cerita mengenai kehidupan sejak ia lahir sampai sekarang saja. Ada banyak sejarah yang dapat digali oleh kita melalui wawancara.
Sebenarnya kenapa kita harus menelusuri sejarah seorang pasien? Hal ini akan membuat kita sebagai psikolog lebih mudah dalam mendapatkan informasi yang sesuai mengenai asal mula kelainan dalam diri pasien.
Sejarah yang paling dekat dengan diri klien adalah family history. Dari sejarah keluarga klien, kita bisa melihat apakah sebelumnya ada seseorang di dalam keluarganya yang juga memiliki mental disorder yang sama dengan diri klien. Selain itu pola asuh dalam keluarga juga penting. Pola asuh itu pelan-pelan dapat membentuk pribadi anak, yang nantinya akan berdampak ketika dia sudah besar. Pola asuh keluarga juga mempengaruhi anak dalam berinteraksi di dalam dunia sosial. Hal penting lainnya yang sangat membantu adalah genogram. Genogram dapat membantu psikolog untuk melihat silsilah keluarga pasien.
Setelah dari keluarga, anak tentu harus menjalani dunia pendidikan. Karena itu, sejarah yang kedua dekat dengan seseorang adalah educational history. Dunia pendidikan juga membantu perkembangan dan pembentukan kepribadian anak. Dunia pendidikan berarti sekolah juga merupakan tempat bagi anak untuk belajar proses sosialisasi dengan orang. Sekolah adalah tempat paling dasar untuk belajar bersosialisasi. Kalau dari awal saja sudah susah ngomong dengan orang lain, ke depannya mungkin juga akan mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dengan orang lain. Kalau susah berkomunikasi dengan orang lain, tentunya anak akan sulit untuk mendapatkan teman. Sedangkan manusia itu adalah mahkluk sosial yang hobinya menjalin hubungan dengan orang lain. Di tahap perkembangan Erikson juga telah dijelaskan kalau saat dewasa nanti kita akan melalui yang namanya tahap intimacy vs isolation. Yang namanya sekolah memang tempat untuk belajar untuk semua orang. Jadi, belajarlah banyak-banyak di sekolah.
Setelah lulus dalam dunia pendidikan, sudah dapat gelar. Pikiran selanjutnya adalah bekerja untuk menghidupi diri sendiri. Atau, supaya gengsi aja. Kita kan nggak mau kalau teman-teman lain sudah kerja semua, tapi kita doang yang jadi NEET. Jadi, tentunya sejarah yang dapat digali berikutnya adalah job history. Sejarah ini dapat dilihat dari CV yang nantinya akan diajukan ke perusahaan-perusahaan. Kalau di CV tertulis bahwa ia suka ganti-ganti pekerjaan dan nggak tahan lama, perusahaan mana yang berani untuk memperkerjakan dia. Kalau kerjanya aja sudah nomaden, gimana bisa memberikan komitmen kerja di perusahaan yang berikutnya.  Menurut saya, kalau masih 1-2 tahun begitu dan alasannya cuma mau cari pengalaman, masih bisa diterima. Tapi kalau uda masuk dunia kerja selama 10 tahun tapi masih begitu juga, kayaknya nggak tanggung jawab sekali. Selain itu, rasanya nggak tahan banting, deh. Pekerjaan yang ia pilih juga bisa dipertanyakan kepada pasien. Apakah memang keinginannya atau disuru sama orang tuanya? Kalau disuru sama orang tuanya dan dia ngga betah, itu sih wajar aja dia suka pindah-pindah kerjaan.
Setelah mapan, uda subur, tentunya seseorang akan berpikir untuk menikah supaya hidupnya makin bahagia. Marital history bisa dijadikan salah satu sumber dalam wawancara dengan klien. Kita bisa mencari tahu berapa kali ia menikah, apakah pernah bercerai, janda atau duda. Selain itu, kita juga bisa bertanya apakah ia memiliki teman-teman di luar sana. Dukungan dari orang-orang terdekat penting buat seseorang. Soalnya yang namanya manusia nggak mungkin bisa hidup sendiri. Tuhan menciptakan banyak manusia bukan supaya mereka bisa hidup sendiri-sendiri. Tapi supaya kita semua bisa saling membantu.
Yang namanya manusia pasti memiliki hobi. Tanyakanlah kepada klien bagaimana biasanya ia mencari kesenangan di waktu weekend atau liburan. Lalu, bagaimana dengan kehidupan seksualnya? Hal-hal yang berbau seksual itu sangan sensitif. Jadi, kalau bertanya yang mengarah ke arah seksual berhati-hatilah. Jangan sampai salah ngomong. Selain itu, sejarah medisnya juga bisa ditelusuri. Bagaimana sejarah medis seseorang? Apakah ia pernah mengalami sakit parah yang mengharuskan dia keluar masuk rumah sakit dalam jangka lama. Saya pernah baca. Orang-orang seperti ini, mudah terganggu emosinya. Nggak cuma dia, tapi orang-orang terdekatnya (keluarga), juga bisa terganggu emosinya. Pasti sedih kalau melihat orang yang sangat kita sayangi harus sengsara. Selain sakit yang memang benar-benar sakit. Ada juga yang masuk rumah sakit untuk mengatasi masalah "obat-obatan". Selain itu, cari tahu juga, apakah ia pernah mengalami mental disorder yang sama sebeumnya? Berapa lama?
Ternyata detail-detail kecil seperti hal-hal di atas dapat dijadikan sebagai hal-hal penting dalam melakukan diagnosa terhadap klien. Selain itu, juga membantu kemudahan dalam memperoleh asal-usul penyakit seseorang. :)
 
23 September 2013

0 komentar:

Posting Komentar