Theory of Mind (ToM) dan Emotional Intelligence (EI) (Melly Preston)


Bagaimana kita dapat menjelaskan perilaku seseorang menurut dua teori tersebut? Mari review dulu teorinya.

ToM adalah kemampuan untuk mengatribusikan keadaan mental kepada diri sendiri maupun orang lain. Lebih dalam lagi, ToM adalah kemampuan untuk berpikir tentang atau memahami pikiran sendiri dan pikiran orang lain. ToM berkembang dari kemampuan untuk mengenali bahwa orang lain dapat memiliki kepercayaan yang berbeda dari diri sendiri dan bahwa kepercayaan tersebut adalah hasil dari pengalaman dan pengetahuan orang tersebut. Terakhir, aspek kunci dari ToM adalah EMPATI.

ToM menjadi dasar perkembangan teori EI. Intinya, EI terdiri dari 3 komponen: memahami emosi sendiri, memahami emosi orang lain, dan menyesuaikan perilaku untuk mencapai hasil yang diinginkan. Teori EI dikembangkan terus sehingga menghasilkan dua kelompok kuesioner: ability-based, seperti Mayer-Salovey-Caruso Emotional Intelligence Tes (MSCEIT), dan self-report, seperti Emotional Quotient Inventory (EQ-i).

MSCEIT didasari oleh pandangan bahwa emosi adalah sumber informasi yang dapat membantu orang untuk memahami dan mengarahkan lingkungan sosial di tempat kerja atau tempat lain. EI terdiri dari 4 kemampuan atau skill: mendeteksi emosi; menggunakan emosi; memahami emosi; dan me-manage emosi. Sedangkan EQ-i didasari oleh teori seperti learned optimism dan broaden-build theory yang intinya mengatakan bahwa keadaan emosi yang optimis itu adalah elemen penting dalam human functioning.

Terkadang sulit bagi kita untuk memahami alasan dibalik perilaku kita sendiri atau perilaku orang lain. Teori di atas menyatakan bahwa kita bisa memahami perilaku sendiri atau orang lain dengan memahami pikiran dan perasaan/emosi yang mendasari perilaku tesebut (sebab manusia bertindak berdasarkan dua hal tersebut). Misalnya, kita menemukan rekan kerja yang kinerjanya selalu meningkat ketika dikritik hasil kerjanya sedangkan kinerja kita menurun kalau dikritik. Saat kita berusaha untuk menjelaskan perilaku tersebut, saat itulah ToM bekerja. Setelah paham, tentu pada akhirnya kita bisa mengatakan, Oh, pantas saja dia bisa begitu dan saya begini.

EI akan terlibat saat kita mengenali emosi apa yang muncul dan membuat kinerja kita menurun hingga memanfaatkan emosi tersebut untuk bisa mencapai yang kita inginkan. Misalnya, ternyata kita merasa tidak mampu, sedih, atau kecewa terhadap diri sendiri ketika hasil kerjanya dikritik, sehingga tidak bisa fokus untuk meneruskan pekerjaan selanjutnya. Pemanfaatan emosi negatif itu dapat berupa mencari dan mempelajari banyak informasi tentang bagaimana cara kerja yang efektif, sehingga akhirnya kinerja kita bisa lebih baik.

 

0 komentar:

Posting Komentar