Wawancara Praktisi Psikolog Klinis Anak (Ayu Arindi Ismi)

Akhirnya saya mengambil mata kuliah ini juga di semester tujuh. Jujur ada ketakutan tersendiri untuk mata kuliah yang satu ini. Takut jika tugas yang dikerjakan tidak sesuai harapan dan yang paling ditakuti jangan sampai tidak lulus mata kuliah ini. Ditambah lagi dosennya dekan psikologi untar sendiri, makin takut. Tapi saya mencoba menjalankannya seenjoy mungkin. 

Di awal perkuliah SAP sudah diberikan by email oleh assisten kece nya bu dosen, rangkaian perkuliahan enam bulan kedepanpun sudah terancang dengan apik. Tugas-tugas, kuis, praktek, uts dan uas pun sudah tercantum cantik lengkap dengan tanggalnya. 

Tugas kelompok pertama berhasil dikerjakan dengan rapih. Dan akhirnya sampilah ditugas kelompok kedua yaitu mewawancarai praktisi psikolog dengan beragam bidang. Kelompok kami pun mendapatkan praktisi psikolog klinis anak. berhubung tugasnya sedikit mepet, kami bergegas mencari psikolog yang bisa untuk kami wawancarai. yaaap! kami berhasil menemukannya.

Kami segera mengatur waktu agar dapat melakukan wawancara. sumber kami pun sudah tidak asing untuk mata kuliah ini. Setiap semester selalu ada yang menelpon beliau untuk melakukan wawancara berkaitan dengan tugas kuliah. Setelah cukup lama menunggu akhirnya kami berhasil bertemu dengan beliau di tempat praktek kerjanya. Membina rapport dimulai dengan perkenalan singkat. Tanpa panjang lebar kami langsung mewawancarai beliau.

Menurut beliau wawancara adalah teknik yang digunakan untuk menggali informasi yang ingin didapatkan dari seorang interviewer kepada pihak interviewee. Apa saja jobdesc psikolog klinis anak? Beliau mengatakan ada empat jobdesc yang sering beliau lakukan terkait dengan pekerjannya. Pertama, memberikan konseling kepada klien yang datang khususnya berkaitan dengan anak, remaja dan keluarga. Memberikan psikotes jika diperlukan. Psikotes biasanya digunakan sesuai dengan keperluan seperti tes inteligensi, tes bakat minat, kesiapan belajar dan mengenai tumbuh kembang anak. Ketiga, melakukan psikoterapi sesuai dengan keperluan klien. Psikoterapi yang sering digunakan untuk anak adalah play theraphy, untuk remaja ada art theraphy, cognitive behaviour theraphy, jika melibatkan keluarga menggunakan family theraphy. Keempat, selain menerima konsultasi, psikotes dan psikoterapi, subyek harus bekerjasama dengan para dokter. 
Selain itu beliau juga memberikan ulasan tentang kekurangan dan kelebihan wawancara. Dimulai dengan kelebihan dulu. Pertama, mendapatkan informasi lebih cepat alias menghemat waktu, dan informasi yang didapatkan juga bersamaan dengan wawancara. Tidak klop kalo ada kelebihan tetapi tidak ada kekurangan. Ini kekurangan wawancara, mendapatkan informasi dengan tidak cepat dan memakan waktu yang lama.

Singkat nya, sampailah disaat kami harus mempresentasikan hasil wawancara kami di kelas. Kemudian saya mendapatkan garis besar antara klinis anak dengan klinis dewasa. Membina rapport, terdapat perbedaan dalam membina rapport klinis dewasa dan klinis anak. Jika klinis dewasa bisa membina rapport dengan memulai perbincangan ringan sedangkan klinis anak membina rapport dengan mengajak anak bermain terlebih dahulu jika anak tidak dapat memulai pembicaraan atau masih diliputi rasa takut dan malu. Selain itu, untuk mendapatkan informasi juga melalui wawancara dengan orangtua anak. Ini merupakan hal penting karena bisa saja yang terdapat masalah bukan pada anak melainkan orangtuanya.

Klinis anak memang sedikit lebih ribet dibanding klinis dewasa dan membutuhkan ekstra kesabaran untuk menghadapi anak-anak. Mereka juga harus mengajak anak bermain, mengikuti setiap gerak-gerik anak agar tercipta kenyamanan antara anak dan psikolog sehingga anak tidak canggung untuk bercerita.

Praktisi psikolog apapun yang kita pilih, tentunya memiliki kelebihan dan kekurangannya tersendiri. Yang terpenting adalah bagaimana kita bersungguh-sungguh dalam menjalankan tugas dan melakukan teknik-tekniknya dengan baik, Terutama teknik yang satu ini yaitu Teknik Wawancara.
 
14 September 2013

0 komentar:

Posting Komentar