Gangguan-gangguan seksual (Yanhardi Chandrawan)
Sebelum membaca lebih jauh, saya akan menegaskan satu hal dulu pada awal artikel ini. Sebagaimana judul artikel yang saya buat, yaitu gangguan seksual, ini berbeda dengan penyakit seksual. Gangguan seksual umumnya adalah disfungsi seksual (baik saat melakukan intercourse ataupun tidak) yang terjadi baik karena faktor fisiologis, psikologis, ataupun biologis. Sedangkan penyakit seksual akan lebih mengarah kepada kerusakan, kelainan, ataupun hal-hal lainnya yang disebabkan oleh virus ataupun bakteri. Penyakit seksual juga memiliki sifat menular, sedangkan gangguan seksual tidak.
Beberapa gangguan seksual yang umumnya sering kita dengar mungkin adalah impoten dan ejakulasi dini. Impoten adalah kondisi dimana penis tidak bisa ereksi (menegang) sehingga penetrasi terhadap vagina tidak dimungkinkan, apalagi untuk ejakulasi. Sedangkan ejakulasi dini adalah saat penis yang telah ereksi mencapai ejakulasi terlalu cepat. Masalah yang timbul pada impoten dan ejakulasi dini biasanya adalah kepuasan seksual baik itu pada lelaki/wanita yang berpasangan, ataupun masalah harga diri pada lelaki. Impoten sudah jelas menjadi masalah kepuasan seksual bagi kaum pria. Sedangkan ejakulasi juga dapat menimbulkan masalah kepuasan seksual bagi wanita. Karena baru sebentar melakukan intercourse, sang lelaki sudah mencapai ejakulasi dan sudah tidak bisa ber-ereksi lagi, sehingga kepuasan seksual tidak dicapai. Cara-cara untuk menyembuhkan gangguan seksual ini beragam, mulai dari obat-obatan, sampai terapi psikologis. Semua itu tergantung dari penyebab gangguan itu sendiri. Terapi psikologis mungkin dilakukan jika penyebabnya adalah gangguan psikologis. Misalnya ada trauma masa kecil, rasa cemas, takut, masih merasa tabu untuk melakukan seks padahal sudah menjadi suami istri, dan lain sebagainya.
Untuk wanita ada yang disebut vaginismus dan permasalahan saat lubrikasi. Vaginismus adalah kondisi dimana otot-oto vagina menegang sehingga menjadi kaku. Hal tersebut kemudian menyebabkan tidak mampunya penis untuk melakukan penetrasi. Hal ini dimungkinkan terjadi karena rasa takut untuk melakukan hubungan seksual, trauma masa lalu seperti korban perkosaan, korban penyiksaan orangtua, paman, atau lainnya. Kemudian permasalahan lubrikasi, dibagi menjadi dua yaitu ketidakmampuan wanita untuk melubrikasi vaginanya, dan lubrikasi yang terjadi terus menerus pada wanita. Ketidakmampuan wanita untuk melakukan lubrikasi dapat menjadi masalah, karena lubrikasi diperlukan bagi wanita sebagai pelumas pada vaginanya agar penis dapat masuk dengan mudah dan tidak menimbulkan lecet pada vagina. Meskipun hal ini mungkin saja dapat diatasi dengan penggunaan kondom, tapi tentu saja dapat menimbulkan ketidakpuasan seksual baik bagi pria maupun wanita. Kemudian lubrikasi yang terjadi terus menerus, yaitu kondisi dimana wanita selalu mendapatkan lubrikasi meskipun tidak dalam kondisi rangsangan seksual. Hal yang sudah pastinya mengganggu, karena tentu akan membuat basah daerah selangkangan terus menerus. Jika didiamkan bisa saja menimbulkan masalah pada daerah vagina.
Akhir kata, tidak semua gangguan seksual disebabkan oleh faktor fisiologis, ada faktor psikologis yang mengambil peran. Karena itu jika masalah gangguan seksual anda tidak bisa disembuhkan dengan cara medis, cobalah berkonsultasi ke psikolog untuk mendapatkan pengobatan alternatif. Demikian artikel saya kali ini, semoga bisa membantu.
3 Oktober 2013
Beberapa gangguan seksual yang umumnya sering kita dengar mungkin adalah impoten dan ejakulasi dini. Impoten adalah kondisi dimana penis tidak bisa ereksi (menegang) sehingga penetrasi terhadap vagina tidak dimungkinkan, apalagi untuk ejakulasi. Sedangkan ejakulasi dini adalah saat penis yang telah ereksi mencapai ejakulasi terlalu cepat. Masalah yang timbul pada impoten dan ejakulasi dini biasanya adalah kepuasan seksual baik itu pada lelaki/wanita yang berpasangan, ataupun masalah harga diri pada lelaki. Impoten sudah jelas menjadi masalah kepuasan seksual bagi kaum pria. Sedangkan ejakulasi juga dapat menimbulkan masalah kepuasan seksual bagi wanita. Karena baru sebentar melakukan intercourse, sang lelaki sudah mencapai ejakulasi dan sudah tidak bisa ber-ereksi lagi, sehingga kepuasan seksual tidak dicapai. Cara-cara untuk menyembuhkan gangguan seksual ini beragam, mulai dari obat-obatan, sampai terapi psikologis. Semua itu tergantung dari penyebab gangguan itu sendiri. Terapi psikologis mungkin dilakukan jika penyebabnya adalah gangguan psikologis. Misalnya ada trauma masa kecil, rasa cemas, takut, masih merasa tabu untuk melakukan seks padahal sudah menjadi suami istri, dan lain sebagainya.
Untuk wanita ada yang disebut vaginismus dan permasalahan saat lubrikasi. Vaginismus adalah kondisi dimana otot-oto vagina menegang sehingga menjadi kaku. Hal tersebut kemudian menyebabkan tidak mampunya penis untuk melakukan penetrasi. Hal ini dimungkinkan terjadi karena rasa takut untuk melakukan hubungan seksual, trauma masa lalu seperti korban perkosaan, korban penyiksaan orangtua, paman, atau lainnya. Kemudian permasalahan lubrikasi, dibagi menjadi dua yaitu ketidakmampuan wanita untuk melubrikasi vaginanya, dan lubrikasi yang terjadi terus menerus pada wanita. Ketidakmampuan wanita untuk melakukan lubrikasi dapat menjadi masalah, karena lubrikasi diperlukan bagi wanita sebagai pelumas pada vaginanya agar penis dapat masuk dengan mudah dan tidak menimbulkan lecet pada vagina. Meskipun hal ini mungkin saja dapat diatasi dengan penggunaan kondom, tapi tentu saja dapat menimbulkan ketidakpuasan seksual baik bagi pria maupun wanita. Kemudian lubrikasi yang terjadi terus menerus, yaitu kondisi dimana wanita selalu mendapatkan lubrikasi meskipun tidak dalam kondisi rangsangan seksual. Hal yang sudah pastinya mengganggu, karena tentu akan membuat basah daerah selangkangan terus menerus. Jika didiamkan bisa saja menimbulkan masalah pada daerah vagina.
Akhir kata, tidak semua gangguan seksual disebabkan oleh faktor fisiologis, ada faktor psikologis yang mengambil peran. Karena itu jika masalah gangguan seksual anda tidak bisa disembuhkan dengan cara medis, cobalah berkonsultasi ke psikolog untuk mendapatkan pengobatan alternatif. Demikian artikel saya kali ini, semoga bisa membantu.
3 Oktober 2013
0 komentar:
Posting Komentar