Profesi pada bidang PIO (Psikologi industri dan organisasi) (Ria Marlinia)

 Pada pertemuan yang lalu di kelas teknik wawancara, dosen saya mengundang tiga orang praktisi yang bekerja pada bidang Psikologi industri dan organisasi (PIO). PIO merupakan salah satu cabang dari psikologi, yang mungkin cukup banyak orang yang berminat. Psikolog dalam bidang PIO memiliki tugas untuk melakukan seleksi terhadap karyawan yang akan bekerja di perusahaannya. Ketika melakukan seleksi terhadap karyawan, sebagai HRD harus dapat mengetahui kriteria seperti apa yang dibutuhkan untuk  sebuah jabatan tertentu. Jadi menjadi HRD tidak mudah, HRD harus belajar mengenai suatu pelajaran untuk tujuan tertentu. Contohnya HRD yang bekerja di sebuah perusahaan makanan. Jadi HRD harus mengetahui tahap-tahapan dalam pembuatan makanan tersebut. Kemudian ketika mencari seorang karyawan, HRD memiliki pengetahuan mengenai posisi apa yang akan diberikan pada orang tersebut.   
      Banyak hal yang mendukung seseorang untuk bekerja sebagai HRD. Contohnya seperti besarnya gaji, tunjangannya, jabatan yang akan ditempati, sampai pada lokasi perusahaan itu sendiri, yang mungkin dekat untuk dituju. Kemudian selain harus mempelajari atau mempersiapkan pengetahuan untuk melakukan wawancara, sebelumnya lebih baik jika mempelajari CV dari pelamar kerja tersebut. Hal ini disebabkan agar kita tidak menanyakan hal-hal yang membuang waktu dan sebenarnya jawaban tercantum dalam CV tersebut. Sebaiknya kita melakukan “kepo” terhadap pelamar kerja tersebut. Kata orang jadi “kepo” itu menyebalkan tapi tidak ada salahnya ketika kita melakukan wawancara melakukan sikap “kepo” atau yang sering disebut mau tahu saja.  Salah satu fungsi dari “kepo” ini berguna untuk mengetahui potensi seseorang secara lebih mendalam.
     Sebelum  melakukan sikap “mengkepo” terhadap seseorang. Lebih baik seorang HRD dapat membuat suasana serileks mungkin bersama dengan pelamar kerja. Mengapa seperti itu? Hal ini karena biasanya orang yang berada pada kondisi rileks akan lebih jujur dibandingkan dengan seseorang yang dalam keadaan yang kaku. Contohnya seperti seseorang yang sedang mabuk, ia akan mengeatakan hal yang jujur mengenai dirinya. Selain itu dengan rileks membangun rapport juga penting. Ini agar pelamar kerja dapat merasa aman dan bebas dalam menyampaikan informasi mengenai dirinya. Contohnya kita akan mendapatkan informasi mengenai kelemahan dan kelebihan dirinya, yang dijawab oleh pelamar kerja sendiri. Hal ini disebabkan secara tidak sadar pelamar kerja akan terbawa suasana rileks tersebut dan tidak sadar bahwa itu merupakan informasi penting bagi seorang HRD.   
 
8 Oktober 2013 

0 komentar:

Posting Komentar