Interaksi Obat Dengan Makanan Lain
Obat adalah bahan kimia.
Potensi obat dapat dirasakan setelah terjadi reaksi kimia di dalam tubuh. Reaksi kimia dapat terjadi antar obat atau obat dengan bahan lain di luar obat yang dikonsumsi dalam waktu bersamaan.
Adanya reaksi atau interaksi obat dengan makanan atau obat dengan zat lain dapat menurunkan potensi obat dan mengurangi efek pengobatan, atau sebaliknya bisa terjadi peningkatan efek samping dari obat itu sendiri. Interaksi antara obat dengan makanan dapat terjadi jika makanan yang kita makan mempengaruhi obat yang sedang kita gunakan sehingga mempengaruhi efek obat tersebut.
Efek Minum Obat Dengan Zat Lain.
Misalnya obat tertentu yang efektifitasnya meningkat sebelum makan. Obat lain efektifitasnya meningkat sehabis makan dan ada pula obat yang efektifitasnya meningkat sewaktu makan. Interaksi yang terjadi kadang dapat menurunkan nafsu makan atau sebaliknya meningkatkan nafsu makan.
Interaksi juga dapat terjadi antara obat herbal dengan obat kimia. Waktu minum obat, dosis, usia dan kondisi peminum obat juga memiliki peran dalam interaksi ini. Untuk menghindari efek interaksi obat dengan makanan, bukan berarti kita harus menghindari makanan atau obat tertentu, akan tetapi kita harus mengerti dan mencari tahu tentang pengaturan waktu mengkonsumsi obat dan makanan atau bahan kimia lain.
Misalnya, obat tidak diminum segera setelah sarapan, tetapi minimal satu jam setelah sarapan atau setelah makan.
Interaksi obat juga dapat terjadi misalnya dengan susu, teh dan jus buah yang diminum bersamaan dengan obat. Hal tersebut dapat menurunkan efektifitas obat. Teh dan susu dapat menghambat penyerapan zat besi dan antibiotik dari tetrasiklin. Oleh karena itu, minum susu hendaknya dilakukan paling tidak satu jam sebelum minum obat.
Jus buah dapat menurunkan penyerapan obat tertentu di dalam saluran pencernaan atau sebaliknya dapat meningkatkan dosis obat secara berlebihan pada obat tertentu yang dapat menyebabkan efek keracunan. Oleh karena itu diperlukan komunikasi yang baik dengan dokter dan apoteker ketika akan mengkonsumsi obat.
Komunikasi
Komunikasi adalah hal yang menjadi penting antara kita sebagai konsumen obat dengan dokter atau apoteker agar obat yang kita konsumsi dapat bekerja dengan baik setelah kita konsumsi.
Kita komunikasikan saja dengan dokter atau apoteker, misalnya, kita memiliki riwayat alergi pada obat tertentui, atau sedang mengkonsumsi obat atau sediaan lain seperti jamu, suplemen tertentu atau sedang hamil atau akan hamil, menyusui, sedang mengalami penyakit tertentu atau sedang menjalani sebuah terapi atau diet tertentu.
Potensi obat dapat dirasakan setelah terjadi reaksi kimia di dalam tubuh. Reaksi kimia dapat terjadi antar obat atau obat dengan bahan lain di luar obat yang dikonsumsi dalam waktu bersamaan.
Adanya reaksi atau interaksi obat dengan makanan atau obat dengan zat lain dapat menurunkan potensi obat dan mengurangi efek pengobatan, atau sebaliknya bisa terjadi peningkatan efek samping dari obat itu sendiri. Interaksi antara obat dengan makanan dapat terjadi jika makanan yang kita makan mempengaruhi obat yang sedang kita gunakan sehingga mempengaruhi efek obat tersebut.
Efek Minum Obat Dengan Zat Lain.
Misalnya obat tertentu yang efektifitasnya meningkat sebelum makan. Obat lain efektifitasnya meningkat sehabis makan dan ada pula obat yang efektifitasnya meningkat sewaktu makan. Interaksi yang terjadi kadang dapat menurunkan nafsu makan atau sebaliknya meningkatkan nafsu makan.
Interaksi juga dapat terjadi antara obat herbal dengan obat kimia. Waktu minum obat, dosis, usia dan kondisi peminum obat juga memiliki peran dalam interaksi ini. Untuk menghindari efek interaksi obat dengan makanan, bukan berarti kita harus menghindari makanan atau obat tertentu, akan tetapi kita harus mengerti dan mencari tahu tentang pengaturan waktu mengkonsumsi obat dan makanan atau bahan kimia lain.
Misalnya, obat tidak diminum segera setelah sarapan, tetapi minimal satu jam setelah sarapan atau setelah makan.
Interaksi obat juga dapat terjadi misalnya dengan susu, teh dan jus buah yang diminum bersamaan dengan obat. Hal tersebut dapat menurunkan efektifitas obat. Teh dan susu dapat menghambat penyerapan zat besi dan antibiotik dari tetrasiklin. Oleh karena itu, minum susu hendaknya dilakukan paling tidak satu jam sebelum minum obat.
Jus buah dapat menurunkan penyerapan obat tertentu di dalam saluran pencernaan atau sebaliknya dapat meningkatkan dosis obat secara berlebihan pada obat tertentu yang dapat menyebabkan efek keracunan. Oleh karena itu diperlukan komunikasi yang baik dengan dokter dan apoteker ketika akan mengkonsumsi obat.
Komunikasi
Komunikasi adalah hal yang menjadi penting antara kita sebagai konsumen obat dengan dokter atau apoteker agar obat yang kita konsumsi dapat bekerja dengan baik setelah kita konsumsi.
Kita komunikasikan saja dengan dokter atau apoteker, misalnya, kita memiliki riwayat alergi pada obat tertentui, atau sedang mengkonsumsi obat atau sediaan lain seperti jamu, suplemen tertentu atau sedang hamil atau akan hamil, menyusui, sedang mengalami penyakit tertentu atau sedang menjalani sebuah terapi atau diet tertentu.
0 komentar:
Posting Komentar