Pendidikan harmoni sebagai modal menuju pendidikan KARAKTER

Pendidikan Harmoni sebagai Model Pendidikan Karakter yang Kontekstual
(oleh Mega White & Lukas Ginting)

Kurangnya unsur pendidikan karakter dalam kurikulum nasional selama ini ditengarai sebagai salah satu penyebab maraknya kasus tawuran belakangan ini. Sehubungan dengan itu, World Vision Indonesia bekerja sama dengan Kemendiknas RI melaksanakan Seminar Sehari dengan tema: Menemukan Model Pendidikan Karakter Yang Kontekstual, dengan sub-tema: Suatu Kajian Studi: Pendidikan Harmoni sebagai Model Pendidikan Kontekstual di Sulawesi Tengah. Seminar yang dihadiri sekitar seratus peserta dari Papua, Sulawesi Tengah, Kalimantan Barat ini, diadakan di Kemendiknas, Jakarta, 26 September 2011.
Seminar ini juga dimeriahkan dengan tari tradisional dari Nias yang dipimpin oleh peserta dari Nias, tari Motaro serta drama singkat tentang pengajaran materi Harmoni di kelas oleh murid dan guru dari Sulawesi Tengah, lengkap dengan pakaian tradisional mereka.
Untuk mendukung program pemerintah, World Vision Indonesia sebagai organisasi kemanusiaan yang berfokus pada anak bekerja sama dengan Dinas Pendidikan dan bersama mitranya Wahana Visi Indonesia, Yayasan Muhammadiyah, Gereja Kristen Sulawesi Tengah dan Teacher Resources Empowerment (TRUE) Bogor telah mengembangkan model pendidikan karakter sesuai konteks wilayah dan masyarakatnya. Beberapa di antaranya Sekolah Harmoni di Sulawesi Tengah, Sekolah Kehidupan Nawiagiri di Papua, Sekolah Hijau di Kalimantan Barat, Sekolah Pelopor di Maluku Utara dan Sekolah Nononiha di Nias.
Tjahjono Soerjodibroto National Director World Vision Indonesia mengungkapkan, “Dalam seminar ini kami ingin berbagi mengenai pengembangan model Sekolah Harmoni yang diterapkan di Sulawesi Tengah.” Model Sekolah Harmoni telah dikembangkan di 27 Sekolah Dasar sejak dua tahun terakhir. Saat ini Dinas Pendidikan Sulteng mulai mensosialisasikannya ke tingkat SMP dan SMA di Sulawesi Tengah, khususnya Poso yang pada tahun 1998-2000 dilanda konflik horisontal.
Diskusi panel dalam seminar ini juga membahas nilai-nilai yang berhubungan dengan pengembangan karakter. Sebagai panelis hadir beberapa tokoh pendidikan lain seperti, akademisi UPI Prof. DR. Yus Rusyana, pengamat dan praktisi pendidikan Prof. DR. Haar Tilaar, dan Dr. Ery Utomo dari Pusat Kurikulum & Perbukuan Nasional.
Dr. Yus Rusyana dari UPI Bandung menekankan pentingnya pendidikan karakter. “Salah satu pendidikan karakter yang kurang saat ini adalah pendidikan untuk menjadi pribadi yang mulia. Orang cerdas, tetapi tidak mempunyai kepribadian yang mulia, bisa menjadi pencolong yang merugikan rakyat,” katanya.
Menurut Dr. Haar Tilaar, pendidikan karakter sebetulnya sama dengan pendidikan moral, dan itu harus berbasis kebudayaan nasional yang multikultural. “Itu yang hilang dari kurikulum sekarang. Pendidikan karakter itu harus digali dari kearifan lokal. Kearifan lokal kita malah lari ke luar negeri, dan dimanfaatkan oleh orang asing,” ujar Dr. Tilaar.
Dr. Ery Utomo dari Pusat Kurikulum dan Perbukuan Nasional mengatakan, “Salah satu pendidikan karakter adalah critical thinking (berpikir kritis). Tanpa critical thinking orang mudah dihasut tanpa berpikir panjang tentang apa akibat serta untung ruginya.”
Direktur Nasional World Vision Tjahjono menjelaskan bahwa pendidikan karakter diterapkan sesuai budaya, permasalahan, dan kebutuhan pembangunan daerah. Dengan menggali warisan budaya dan kearifan lokal yang mencontohkan kehidupan yang rukun damai, nilai-nilai harmoni kembali digali dari budaya setempat.
Guru-guru yang telah mempraktekkan Pendidikan Harmoni menyatakan metode ini telah menjadi “bahasa bersama” yang efektif karena memberi lebih dari kompetensi akademik tetapi juga keahlian praktis. “Anak-anak dapat berbaur dengan teman berlatar belakang berbeda dan lingkungan ramah anak mulai terwujud. Selain itu, Pendidikan Harmoni juga memfasilitasi anak berkebutuhan khusus,” jelas Rosdiana, guru SD Muhammadiyah 3, Palu.
Nilai-nilai Harmoni dikelompokkan menjadi tiga, yaitu Harmoni Diri, Harmoni Sesama, dan Harmoni Alam. Model Pendidikan Harmoni diharapkan berkontribusi pada pencapaian Visi Pembangunan Daerah Sulawesi Tengah, yaitu “Terwujudnya Sulawesi Tengah yang aman, damai, adil dan sejahtera yang dilandasi oleh iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.”
Menyusul pencapaian pengembangannya, Pendidikan Harmoni telah dipertimbangkan dalam Peraturan Gubernur tentang Pendidikan Multikultural Sulawesi Tengah dan diserap ke dalam Buku Guru Kelas 1-6 dan Buku Induk sebagai bahan replikasi. Sejalan dengan itu, telah terbentuk tim Pengembang Daerah untuk Pendidikan Harmoni.
Diharapkan melalui seminar ini, Pendidikan Karakter yang kontekstual, khususnya Pendidikan Harmoni, dapat menjadi inspirasi, sehingga makin banyak pihak yang mendukung penerapan model ini demi peningkatan kualitas pendidikan anak bangsa yang menghargai nilai-nilai kehidupan.
-- Selesai --
- Penulis adalah Media Relations Officer di Communications Dept.
- Tulisan ini telah di-edit oleh Tim Redaksi tanpa mengurangi makna dari isi tulisan aslinya.
Sumber : http://chainindonesia.org

0 komentar:

Posting Komentar