Bye-bye Tekwan :”) (Sonia Alvina)

20 Mei 2013, hari terakhir saya berada di kelas A Teknik Wawancara. Ga terasa ternyata semester ini cepat berlalu. Setelah kurang lebih 3 bulan belajar tekwan, akhirnya sampai juga di ujung pertemuan. Pertemuan terakhir ini ditutup dengan role play setting klinis.
Kali ini saya ingin sedikit merefleksikan tentang 3 tema role play yang saya perankan dalam tekwan. Minggu pertama adalah tema Psikologi Industri dan Organisasi (PIO). Saya berperan sebagai pewawancara yang ingin mewawancarai kandidat pelamar kerja. Karena ini kali pertamanya saya praktek wawancara, saya telah mempersiapkan diri dengan sebaiknya agar tidak merasa grogi. Hehehe. Tapi ternyata rasa grogi itu tetap ada, namun saya mencoba untuk mengendalikan suasana agar tidak menjadi kaku saat proses wawancara , dan ternyata saya cukup berhasil mengendalikan suasana tersebut. Bersyukurnya lagi adalah saya mendapatkan kandidat yang kooperatif, sehingga saya dapat bertanya dengan lancar dan kandidat pun menjawabnya dengan penjelasan yang detail (thanks god) hehe…Diakhir wawancara ketika pintu diketuk oleh Kak tasya saya baru menyadarinya bahwa pertanyaan yang telah saya buat tersebut tidak selesai, ternyata untuk menggali informasi yang lebih detail lagi diperlukan waktu lebih dari 10 menit. 

Minggu kedua adalah setting Psikologi Pendidikan. Saya berperan sebagai seorang guru konseling yang menangani anak yang mengalami kesulitan dalam pemilihan jurusan. Dalam setting pendidikan ini, saya belajar bagaimana membina rapport yang baik dengan klien, apalagi klien tersebut seorang siswa, karena seorang siswa yang usianya masih remaja memerluka pembinaan rapport yang dalam dalam agar membuatnya merasa nyaman untuk bercerita. Maka dari pada itu saya belajar bagaimana memposisikan diri dengan benar, selayaknya mereka dapat bercerita dengan nyaman kepada temannya sendiri. Lagi dan lagi saya sangat bersyukur karena mendapatkan klien yang kooperatif. Hal tersebut memudahkan saya untuk berperan sebagai seorang guru konseling. Walaupun saya menyadari bahwa diri saya masih memiliki banyak sekali kekurangan dalam proses wawancara. 

Minggu ketiga adalah setting psikologi klinis. Saya berperan sebagai psikolog klinis yang menangani kasus anorexia. Role play minggu ketiga ini adalah role play yang paling berkesan menurut saya. Karena diluar dugaan saya ternyata klien saya adalah seorang laki-laki dan ia sama sekali tidak menggambarkan seorang anorexia, karena bentuk tubuhnya cukup besar. Hehehe. Ketika proses wawancara berlangsung saya merasa bahwa klien saya ini juga tidak mengetahui informasi banyak tentang anorexia sehingga ketika saya bertanya klien hanya menjawab seadanya dan akhirnya saya memerlukan probing. Klien saya hanya ingin kurus dan menurutnya kurus itu membuatnya lebih percaya diri, tetapi yang lucunya adalah ketika saya bertanya siapa aktor hollywood yang menjadi gambaran tubuh ideal menurutnya, ia menjawab Thor. Menurut saya Thor adalah sosok pria perkasa yang memiliki bentuh tubuh yang besar bukan bentuk tubuh kurus ataupun atletis seperti aktor-aktor hollywood lainnya.
Selain 3 tema role play yang berbeda, dalam mata kuliah tekwan ini saya juga diberi tugas untuk mewawancari lansia di panti jompo. Ini merupakan hal berkesan menurut saya. Karena saya baru berhasil mendapatkan subjek untuk diwawancarai setelah 5 kali saya menghampiri oma-oma lainnya. Awalnya saya hampir pesimis tidak mendapatkan subjek, akhirnya setelah subjek ke 6 saya hampir barulah saya yakin kalau oma ini bisa saya wawancarai. Karena saat saya membina rapport ia masih memiliki ingatan yang cukup baik, dapat berbicara lancar dan nyambung. Kesan yang tidak mengenakannya lagi adalah saya sempat sekali diusir oleh oma-oma karena oma tersebut tidak mau saya hampiri apalagi untuk diwawancarai. Hehehe. Sungguh pengalaman berkesan yang tidak akan pernah saya lupakan. 

Namun, saya juga sempat sedih ketika melihat kondisi-kondisi penghuni panti jompo tersebut. Mereka terlihat kesepian, tidak diurus oleh keluarga dan ada beberapa dari mereka bahkan mandi pun memerlukan bantuan. Saya merasa bersyukur sekali bahwa saya masih memiliki keluarga dan saling menyayangi satu sama lain. Saya menganggap subjek saya tersebut sebagai oma saya sendiri ketika saya wawancarai, saya memposisikan diri saya seperti mengobrol dengan oma saya, karena selama ini saya belum pernah mengobrol atau bercengkrama banyak dengan oma saya karena oma saya meninggal ketika usia saya masih remaja awal dan beliau tinggal diluar kota.

Itulah kiranya kesan-kesan saya terhadap role play dan wawancara lansia. Semoga kedepannya saya dapat menjadi pewawancara yang lebih baik lagi. Hmmm, dan tentunya saya mengaharpkan nilai A untuk tekwan saya. Hehehe. Semoga Tuhan mengabulkannya dan Ibu Henny akan memberikannya :)

21 Mei 2013

0 komentar:

Posting Komentar