Lebih dari Sekedar Praktik Wawancara (Gisela Aliyansari)
Mata kuliah Teknik Wawancara akhirya telah berakhir, banyak sekali ilmu yang dapat diperoleh dari mata kuliah ini, mulai dari teori, pelajaran dari nara sumber, dan yang terakhir adalah praktik wawancara. Nyatanya praktik tidak semudah teori, ketika saya sudah memahami teori yang ada, dan tiba giliran saya untuk melakukan wawancara, semua teori di kepala saya hilang. Mungkin saja karena saya gugup atau karena apa yang ada di benak saya tidak sesuai dengan kenyataan.
Minggu pertama kami melakukan wawancara dengan tema PIO. Di minggu pertama ini, saya masih banyak sekali kekurangannya seperti, tidak melakukan probing, menggunakan why question, dan lain-lain. Ditambah lagi pertanyaan yang keluar dari mulut saya tidak lancar, saya masih gugup ketika menanyakan pertanyaan, padahal orang yang saya wawancara adalah teman saya sendiri. Di minggu kedua, kami melakukan waawncara dengan tema pendidikan. Kemampuan wawancara saya telah meningkat, saya menjadi lebih santai dalam menanyakan pertanyaan dan hampir dapat melakukan semua teknik wawancara. Di minggu ketiga, saya sudah menjadi lebih tenang dalam bertanya, tidak tergesa-gesa dalam bertanya, dan dapat lebih meningkatkan kemampuan teknik wawancara saya. Pada setiap pertemuan di setiap minggu, kami diminta untuk membuat laporan dari apa yang sudah didapat setiap minggunya (hasil wawancara, observasi, dan refleksi sebagai pewawancara). Bagi saya yang sangat penting adalah refleksi sebagai pewawancara karena dengan kita dapat menilai sejauh mana kemampuan yang telah kita buat, kita dapat mengoreksi dan meningkatkan kemampuan tersebut.
Dan yang tak kalah penting dari semuanya itu adalah, praktik yang sesungguhnya dengan individu yang sama sekali belum saya kenal dan belum pernah saya temui. Saya ditempatkan di RPLU untuk mewawancarai seorang lansia yang tinggal di sana. Saya bertemu dengan ibu SR dan berkesepatan mewawancarai beliau tetapi karena data ibu SR masih kurang, maka saya putuskan hari ini ke RPLU lagi, tetapi ibu SR telah dijemput keluarganya sehingga ia sudah tidak tinggal di RPLU lagi. Perasaan saya ketika mengetahui hal tersebut adalah "Oh jadi gini rasanya terjun langsung dan menghadapi peristiwa yang tidak dapat dibayangkan sebelumnya". Akhirnya saya mewawancarai ibu SS dari ulang.
Ternyata teknik wawancara bukanlah hanya sekedara teknik dalam mewawancarai seseorang, lebih dari itu, di dalamnya harus ada banyak rasa, salah satu unsurnya adalah kepekaan. Peka ketika orang tersebut sedikit keberatan ketika kita gali informasinya, peka ketika orang tersebut tidak nyaman berada di sektar kita, peka ketika orang tersebut terlihat sudah lelah, peka ketika orang yang bersangkutan seperti menghindari pertanyaan yang diajukan atau mengulang-ulang kata tertentu, dan lain-lain. Di kelas Teknik Wawancara ini kesabaran, kepekaan, rasa cepat tanggap yang saya iliki semakin diasah. Saya yakin dengan semakin sering saya menerapkan teknik wawancara maka saya akan lebih luwes dalam menghadapi peristiwa-peristiwa yang telah saya duga atupun yang tidak saya duga.
25 Mei 2013
0 komentar:
Posting Komentar