Tidak sesulit yang dibayangkan (Yunita Thung)

     Di akhir kelas teknik wawancara, kami harus melakukan praktek langsung sebagai interviewer. Praktek tersebut mencakup PIO, psikologi pendidikan, dan psikologi klinis. Hari-hari menuju praktek, saya merasa gugup dan merasa kalau praktek menjadi interviewer tersebut sangat sulit. Akan tetapi ketika saya menjadi inteviewer pada hari pertama, yaitu bidang PIO, saya merasa praktek ini tidak sesulit yang saya bayangkan. Saya mulai menikmati menjadi interviewer, interviewee, ataupun observer.
     Dalam melakukan wawancara di bidang PIO, ketika saya menjadi interviewer, banyak kekurangan yang saya lakukan. Pertama, saya masih sulit berkonsentrasi dengan apa yang dibicarakan subjek. Konsentasi saya pecah antara mendengarkan apa yang subjek bicarakan dengan pertanyaan apa yang harus saya tanyakan selanjutnya. Kedua, ketika subjek selesai menjawab, saya tidak langsung memberikan pertanyaan selanjutnya. Akan tetapi saya diam sebentar untuk melihat catatan pertanyaan yang saya bawa. Ketiga, karena subjek yang saya wawancarai salah memahami tema wawancara saya, saya langsung bingung mengenai pertanyaan apa yang harus saya tanyakan.
     Pertemuan kedua, saya harus melakukan wawancara di bidang psikologi pendidikan. Kekurangan yang saya lakukan masih sama dengan pertemuan pertama. Saya masih kesulitan dalam berkonsentrasi dengan apa yang dibicarakan subjek. Pada pertemuan ketiga, saya masih bingung untuk memberikan pertanyaan-pertanyaan selanjutnya. Pertemuan ketiga ini, saya masih membawa daftar pertanyaan. Di dalam psikologi klinis, tidak ada psikolog yang membawa daftar pertanyaan. Dan pada akhirnya saya ditegur Bu Henny ^^.
    Menurut saya praktek wawancara tersebut sangat berkesan. Saya jadi mengerti bagaimana mewawancari klien secara langsung. Sekian tulisan saya untuk teknik wawancara ini. Terimakasih ^^

25 Mei 2013

0 komentar:

Posting Komentar