Manis Pahitnya Praktikum Teknik Wawancara (Danny Felix)
Selama tingga minggu terakhir, saya melakukan praktikum wawancara untuk kelas Teknik Wawancara dalam tinga jenis seting. Minggu pertama dengan seting mengenai psikologi industri dan organisasi, minggu kedua dengan seting psikologi pendidikan, dan minggu terakhir dengan seting psikologi klinis. Yahh, tujuan praktikum ini untuk menjadi gambaran bagaimana situasi wawancara pada masing-masing seting jika mengambil Profesi nantinya.
Selama tiga minggu ini tentu merupakan pengalaman yang menarik buat saya pribadi. Dalam minggu pertama tentu akan ada rasa gugup mengenai bagaimana praktek yang akan dilakukan nanti. Oleh karena itu saya dengan teman-teman saya menjadi kurang siap menghadapi praktikum nantinya. Namun syukurlah semua dapat berjalan baik dan dikatakan baik oleh kakak asisten dosen saya. Namun, yang menjadi permasalahan adalah ketika di minggu kedua. Minggu kedua dikatakan oleh kakak asisten dosen performa yang dilakukan menurun dibandingkan dengan minggu pertama.
Secara pribadi, hal itu disebabkan ketika ditengah-tengah wawancara, pikiran saya menjadi “blank” total untuk memunculkan pertanyaan berikutnya yang dikarenakan daftar pertanyaan yang ada sudah terjawab semua oleh subyek saya waktu itu. Dan hal itu perhatian saya menjadi sedikit tak fokus karena gugup ditengah jalan. Hal inilah yang menjadi pelajaran saya untuk lebih siap dan tetap tenang mendengarkan jika-jika sudah tidak tahu akan bertanya apa pada subyek.
Minggu terakhir dengan seting klinis, merupakan praktikum yang paling berkesan bagi saya pribadi dan teman sekelompok saya. Mengapa demikian? Ketika saya menjadi pewawancara, jujur saja awalnya saya gugup, namun karena mengingat pelajaran saya minggu sebelumnya, saya lebih mendengarkan cerita subyek saya waktu itu dan akhirnya muncul pertanyaan-pertanyaan yang ada diluar daftar yang menjadi pegangan dan tidak disangka inti permasalahan dari subyek menjadi keluar dengan sendirinya. Lalu, ketika menjadi seorang klien, karena satu dan lain hal, kakak asisten dosen mengatakan untuk sedikit mengerjai teman-teman yang menjadi pewawancara saat itu. Hal itulah yang membuat minggu tersebut menjadi berkesan. Terlepas bahwa semua seting tersebut hanyalah rekayasa, namun banyak hal yang dapat dipelajari dari praktikum tesebut.
Namun ada satu tugas wawancara di mana diharuskan untuk wawancara dengan satu subyek yang sudah ditentukan subyeknya seperti apa oleh dosen. Kebetulan saya dengan teman kelompok saya mendapatkan subyek yang ada di Panti Sosial Bina Daksa. Panti yang dikhususkan bagi orang-orang yang menderita tuna daksa (cacat fisik). Saat itu tema yang kami tentukan adalah mengenai penerimaan diri subyek atas kondisinya. Dari tugas tersebut, saya belajar bagaimana baiknya membina rapor (hubungan) dengan subyek agar ia tidak merasa tersinggung dan bagaimana menutup wawancara setelah membuka luka-luka batin subyek sebelum benar-benar menyelesaikan wawancara. Tugas ini cukup berkesan karena banyak hal yang dapat dipelajari baik dari pengalaman mewawancarai subyek yang benar-benar memiliki masalah dan juga dari cerita-cerita subyek saat itu yang muncul dari jawaban ketika diwawancara.
Demikian pengalaman saya mengenai tugas dan praktikum kelas teknik wawancara yang saya lakukan selama tiga minggu ini. Semoga yang membaca berkesan.
22 Mei 2013
0 komentar:
Posting Komentar