Belajar Menjadi Pewawancara ? Siapa Takut~ (Johanes Handy)
Belajar Menjadi Pewawancara ? Siapa Takut~
Sudah hampir dua bulan penulis tidak lagi menulis artikel di blog ini. Namun pada kesempatan kali ini, penulis kembali memutuskan untuk membuat sebuah artikel singkat mengenai Teknik Wawancara. Namun demikian, artikel kali ini bersifat ringan yang tidak memerlukan para pembaca untuk memeras otak terlalu keras. Artikel kali ini juga dapat dikatakan artikel terakhir di penghujung perkuliahan Teknik Wawancara.
Oke, penulis akan langsung saja masuk ke topik. Artikel kali ini membahas tentang pengalaman penulis menjadi pewawancara dalam praktikum yang berlangsung selama tiga minggu berturut - turut dengan tiga tema yang berbeda, yaitu menjadi pewawancara dalam bidang Pendidikan, Industri & Organisasi, serta Klinis. Praktikum dibagi menjadi kelompok - kelompok dengan masing - masing kelompok terdiri dari 5 orang. Masing - masing orang dalam kelompok memiliki kesempatan yang sama mencoba menjadi seorang pewawancara, klien dari pewawancara, maupun menjadi pengamat atau observer.
Pada minggu pertama, tema yang diangkat adalah wawancara dalam ruang lingkup Industri & Organisasi. Penulis bersikap cukup formal selama menjadi pewawancara, sekaligus menjadi bagian paling menarik dibandingkan saat menjadi observer ataupun klien. Penulis melakukan bina rapport dengan sangat baik, sebagaimana ditulis oleh observer yang mengamati penulis juga, namun masih memiliki kekurangan dalam melakukan wawancara karena penulis terkadang menjadi absent-minded, sehingga menjadi agak kaku dan ada beberapa kesalahan yang cukup signifikan, khususnya pada penghujung wawancara. Ketika penulis menjadi klien dan observer, tidak banyak pengalaman menarik yang penulis dapatkan, akan tetapi banyak hal yang penulis pelajari, khususnya saat melakukan observasi sehingga dapat membiasakan penulis untuk terbiasa mengamati hal - hal umum yang sebenarnya khusus dan berbeda dari biasanya.
Pada minggu kedua, tema yang diangkat adalah tema dalam bidang Pendidikan. Penulis merasa bahwa penulis melakukan bina rapport dengan sama baiknya seperti pada minggu pertama, namun ada sedikit kekurangan dalam menggali informasi lebih banyak dari klien. Walaupun demikian, penulis cenderung lebih tenang dalam mengingat hal - hal yang harus diperhatikan, serta membiasakan diri untuk tidak terlalu tergesa - gesa, tidak hanya dalam wawancara, namun juga pada hal lainnya.
Minggu terakhir adalah minggu paling menarik dibandingkan dua minggu sebelumnya, di mana pada tema kali ini berkisar dalam ruang lingkup Klinis. Pada bagian kali ini, hal yang paling menarik adalah saat - saat di mana penulis menjadi klien. Penulis sempat membuat pewawancara tercengang - cengang dengan melakukan sedikit manuver yang agak tidak sesuai topik pada awal wawancara, juga dengan sedikit gebrakan meja yang tampaknya membuat observer agak kaget, namun dalam hitungan detik penulis memperbaikinya agar kembali pada topik. Selain itu, ada juga beberapa hal yang penulis lakukan sehingga pewawancara mencoba untuk bekerja lebih keras lagi untuk menggali informasi dari klien, sehingga mengasah kemampuan dari pewawancara juga.
Adapun saat menjadi pewawancara, penulis menjadi lebih tenang dalam melakukan bina rapport dan tidak ketinggalan dalam menggali hal - hal yang perlu penulis gali dari klien. Penulis juga mencoba mempertahankan postur dan gerak tubuh, dengan melakukan dan memberikan pertanyaan yang lebih fleksibel, serta tetap mampu fokus pada klien ketika menulis. Walaupun masih ada banyak kekurangan yang harus penulis perbaiki di sana sini, secara umum pada pengalaman kali ini, penulis merasa jauh lebih baik dibandingkan dua pertemuan sebelumnya. Selain itu, pada pertemuan kali ini, penulis menjadi lebih rileks selain juga waktu kosong di saat kelompok penulis tidak melakukan praktikum, penulis mengisi waktu dengan teman - teman melakukan kegiatan yang dapat mengisi ketegangan dan kebosanan.
22 Mei 2013
0 komentar:
Posting Komentar