Refleksi praktikum setting Psikologi Industri dan Organisasi , Psikologi Pendidikan , Psikologi Klinis (Dwi Putri Ayu Larasati)

Setting PIO :
     Pada setting PIO adalah awal dari dimulainya praktikum pada kelas Teknik Wawancara. Saya merasa pada saat menjadi pewawancara mengenai bidang PIO saya merasa cemas dan tampak kaku untuk bertanya kepada klien. Saya menguasai pelajaran teknik wawancara mengenai cara yang tepat dalam mewawancarai klien tetapi pada saat saya langsung dihadapkan pada praktik menjadi pewawancara, ternyata tidak mudah untuk dibayangkan begitu saja. Intinya teori dan praktik itu dua hal yang berbeda unutk di jalani. Saya berusaha semaksimal mungkin untuk yang terbaik pada saat menjadi pewawancara maupun perasaan khawatir akan salah dalam berucap itu muncul.
     Pada saat saya menjadi klien, saya menjawab secara bebas menurut kemauan saya tetapi dalam arti mengikuti apa yang ditanya oleh pewawancara. Saya juga merasa khawatir terhadap apa yang saya ucapkan pada saat menjaid klien karena tidak ada terlebih dahulu skenario yang akan ditanya :D, tetapi saya berusaha untuk semaksimal mungkin membantu teman saya yang jadi pewawancara dalam mewawancarai saya.
     Pada saat saya menjadi observer, saya merasa kurang sensitif dan memahami apa yang sebaiknya observer miliki pada proses mengobservasi pewawancara maupun saya telah mempelajari berbagai macam teknik keterampilan observasi tetapi pada kenyataanya juga tidak semudah yang dibayangkan pada saat di praktikkan. Pada pertama kali menjadi observer, saya hanya tertawa-tertawa bersama teman-teman observer yang lain dalam melihat pewawancara di klien di cermin satu arah dan sedikit memperhatikan secara fokus pewawancara dalam hal apa yang mesti dinilai.

      Jadi, pada setting PIO saya mendapat pelajaran tentang bagaimana menjadi pewawancara dalam hal pekerjaan di perusahaan. Pada setting berikutnya saya akan berusaha menjadi lebih baik dalam hal menjadi pewawancara, observasi, dan klien( maupun sebenarnya menjadi klien hanya membantu dan tidak dinilai :D).  J

Setting Pendidikan :

    Setting Pendidikan merupakan yang kedua dari praktikum PIO. Pada setting ini saya merasa ada kemajuan dalam hal menjadi pewawancara dan observer. Pada PIO kurangnya rasa sensitif dan fokus dalam mewawancarai dan menilai pada saat menjadi obsever. Setting Pendidikan merupakan hal yang saya sukai apalagi pada saat menjadi pewawancara karena saya menyukai dan tertarik dalam bidang Psikologi Pendidikan yang mana berhubungan dengan kualitas pengajaran disekolah,siswa-siswi,kemampuan siswa-siswi dalam hal menyangkut pemahaman akan pelajaran di kelas, bakat&minat siswa –siswi dan dan cara penilaian masing-maising pelajaran. Pada saat saya menjadi pewawancara, saya merasa lebih santai dalam menanggapi apa yang dikatakan oleh klien, lebih empati dalam hal terjadinya misalkan kasus penurunan prestasi akademik dan mudah untuk memberikan kesimpulan dan saran yang terbaik untuk klien.
      Pada saat saya menjadi observer, masih memiliki kekurangan dalam hal tidak begitu fokus dengan apa yang dibicarakan oleh pewawancara, dan meniali perilaku pewawancara. Saya malahan lebih asyik menertawai pewawancara dan klien yang saya observasi bersama teman teman dikarenakan saya berpikir itu adalah hal yang lucu. Memang seharusnya saya juga mengerti bahwa saya sebaiknya memahami pewawancara dalam hal cara tindakan dia mewawancarai klien.
     Pada saat saya menjadi klien, saya merasa lebih ada kemajuan pada saat saya ditanya oleh pewawancara dan mengerti apa yan g sebaiknya saya jawab hal ini dikarenakan saya sudah mengerti dunia sekolah itu pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru seperti apa ( guru  pada saat di sekolah dan di praktikum adalah psikolog ).
     Jadi, saya merasa ada kemajuan pada setting Pendidikan, untuk setting yang terakhir yaitu Klinis, saya akan berusaha semaksimal mungkin yang terbaik pada saat menjadi pewawancara dan observer. J

Setting Klinis :

     Setting Klinis adalah setting terakhir yang ada pada praktikum matakuliah Teknik Wawancara. Pada setting klinis, saya merasa adanya kemajuan lebih dibanidngkan setting-setting yang lalu yaitu PIO dan Pendidikan. Beberapa kemajuannya sebagai halnya yaitu saya tidak begitu canggung, kaku dan cemas terhadap praktikum saya sebagai pewawancara. Saya lebih merasa santai sebagai pewawancara dalam mewawancarai klien. Kemajuan lainnya yaitu saya membawa peralatan untuk mencatat hal-hal penting di kertas yang berukuran lebih kecil dari praktikum-praktikum setting yang lalu.
     Pada awalnya saya merasa cemas terhadap ketiga setting praktikum yaitu salah satunya adalah setting klinis karena saya lebih merasa jika setting klinis memerlukan keahlian bertanya dalam wawancara, dapat dikatakan setting klinis hal yang paling berat diantara setting lainnya tetapi dalam kenyataan saya praktikum setting klinis, saya merasa santai saja dan enjoy menjalaninya. Mungkin stimulus negatif dari pihak lain yaitu teman-teman yang membuat setting klinis itu hal yang paling berat, karena teman-teman juga mengkhatirkan setting klinis tersebut. Sebenarnya menurut saya pribadi bahwa ada jalan menuju kemudahan didalam kesukaran jika kita ingin mencoba dan berubah menjadi lebih baik.
   
Kesimpulan dari setting PIO, Pendidikan dan Klinis :

     Praktikum yang ada pada setting-setting yang diberikan pada matakuliah Teknik Wawancara memiliki nilai lebih dalam hal mendapatkan ilmu mengenai teknik wawancara yang baik karena di matakulian Teknik Wawancara ini adanya teori, dan praktik yang membuat kita tidak hanya sekedar menghafal teori mengenai Teknik Wawancara tetapi juga mempraktikannya kedalam masing-masing bidang Psikologi yang ada yaitu PIO, Pendidikan dan Klinis. Maupun masing-masing dalam mempraktikannya memiliki perbedaan taraf kemudahan dan kesukaran dalam menjalaninya. Saya juga mendengar dari teman-teman yang sudah mengambil matakuliah Teknik Wawancara bahwa matakuliah tersebut merupakan matakuliah yang berat dalam hal belajar, dan praktiknya tetapi hal ini tergantung dari masing-masing orang menanggapi hal tersebut.

21 Mei 2013

0 komentar:

Posting Komentar