Small Experience, BIG IMPACT (Angela Irawan)
Awalnya saat diberitahu akan praktikum TekWan jantung rasanya mau copot, ada rasa excited, penasaran, takut, cemas, nano nano pokoknya. Hal pertama yang saya persiapkan adalah BAJU FORMAL! kebetulan sehari-hari saya tipikal orang yang anti berpenampilan ala sudirman style (11 12 sama gangnam style), kalau dipikir-pikir hal ini antara penting dan tidak penting, karena dalam praktek ini diharuskan mengenakan baju formal, mulai lah saya meng-hunting beberapa celana bahan dan kemeja-kemeja untuk praktikum nanti.
NEXT.. tentu persiapan selanjutnya adalah pertanyaan-pertanyaan yang akan dipraktekan saat praktikum dan juga MENTAL!, persiapan mental sangat diperlukan dalam praktikum ini, siap menghadapi teman-teman yang mungkin terkesan unexpected nantinya. untuk pertanyaan memang tugas dari Bu Henny untuk membuat pertanyaan sebelumnya sangat membantu, sehingga kelompok tidak perlu kocar kacir dalam membuat pertanyaan saat mendekati hari praktikum. setiap kali mengirim kerangka pertanyaan ke email bu Henny, pasti diberikan feedback, awalnya bingung juga setiap kali di feedback pasti ada aja yang kurang, tapi setelah abis praktek ternyata berguna banget feedbacknya, kelompok jadi lebih mudah dalam menentukan kasus yang muncul saat praktikum sendiri.
hari praktikum..
ya semua anak yang biasanya berpenampilan kucel-kucel hari ini seketika rapi semua, munculah L2CBD (Lantai 2 Central Business District). Pertanyaan sudah siap ditangan, tapi rasa deg-degan masih saja ada, saat masuk ke ruang praktikum dan berhadapan langsung dengan kelompok lain yang jujur saya tidak kenal sebelumnya, menjadi suatu tantangan baru buat saya, awal wawancara saya benar-benar terpaku pada pertanyaan yang saya tulis, tapi seiring berjalannya waktu saya merasa mencoba untuk mengikuti alur dari wawancara tersebut tapi tetap berpegang pada hal-hal utama yang ingin saya tanyakan, luar binasa banget dapat klien yang jawabannya agak sedikit ngawur, sehingga saya butuh membimbingnya agar saya mendapatkan jawaban yang sesuai dengan pertanyaan.
Minggu ke 2 ini temanya adalah pendidikan, dimana saya sendiri juga sangat menyukai bidang ini, sehingga dalam hal praktikum memudahkan saya dalam menjalankannya. Beberapa kesalahan yang saya lakukan di praktik pertama, saya coba untuk meminimalisir dan tidak mengulanginya lagi, serta memperbaiki beberapa hal yang masih kurang di minggu lalu.
Minggu ke 3, tantangan terberat adalah ketemu klien yang bisa dikatakan tidak kooperatif, memang ini disengaja saat praktikum, awalnya saya tentu kesal karena saya merasa kelompok lain menjatuhkan nilai praktikum saya, tapi kalau dipikir-pikir ulang, bisa saja jika saya menjadi psikolog nanti saya bertemu klien seperti ini, dan apa yang harus saya lakukan jika bertemu yang seperti itu? Saya ingat kata-kata Kak Tasya kalau praktikum ini jangan dibuat main-main, mumpung ada kesempatan, coba serius biar ga kaget waktu praktek beneran, nah hari ini saya benar-benar merasa kalau hal tersebut betul, sebelumnya saya ga kepikiran kalau klien yang datang bisa bilang dia ga ngerasa ada masalah, tapi sejak hari ini saya jadi belajar berpikir apa yang harus saya lakukan jika bertemu pasien seperti itu? sebel? pasti ada, tapi bagaimana kita bisa menghandle hal tersebut dan tetap berpegang pada profesionalitas.
Sebelum mengakhiri minggu-minggu tugas praktikum, saya juga berkesempatan mewawancarai seorang nenek yang berada di Rumah Perlindungan Lanjut Usia, kebetulan saya dapat di RPLU Latumenten. Waktu pertama sampai ke sana lumayan bingung karena begitu banyak penghuni di RPLU itu, saya kira tidak mudah untuk menemukan subyek yang pas untuk diwawancara, cukup cemas juga dalam mencari siapa yang akan menjadi subyek saya, kemudian saya akhirnya masuk ke dalam 1 kamar yang berisi nenek-nenek, di ranjang pertama ada seorang nenek yang cukum welcome saat melihat saya dan teman-teman saya, akhirnya tanpa pikir panjang saya duduk di ranjang nenek itu dan mulai ngobrol-ngobrol singkat dengannya, sambil cek apakah nenek ini masih bisa diajak wawancara dan dijadikan subyek. Untunglah ternyata nenek ini kelihatan masih sehat dan lancar dalam menjawab, jawabannya pun nyambung dan dia juga mengerti pertanyaan-pertanyaan saya, walaupun nenek ini kalau cerita panjang dan cerita hal lainnya, tapi ini dari pertanyaan saya selalu ia jawab, dan saya tidak perlu mengulang-ulang pertanyaan lagi. Sayangnya waktu saya sedang wawancara tiba-tiba petugas di tempat tersebut sedang membetulkan atap, akhirnya konsentrasi saya dan nenek itu sempat terpecah karena bunyi yang terlalu berisik dan jadinya menganggu juga rekaman saya. Untuk overall saya berterima kasih banget sama nenek tersebut, kooperatif banget dengan saya, dia juga sangat baik selama saya mewawancarai dia, tidak ada kesan bosen, sebel atau kesan negatif lainnya selama wawancara, setelah selesai wawancara pun si nenek juga masih mengajak saya ngobrol dan cerita mengenai pengalaman dia lainnya.
Kesimpulannya, praktikum ini sangat amat berguna banget dalam teknik-teknik wawancara, kalau dikelas mungkin cuma asal tanya biar dapat nilai, tapi disini kita ditantang untuk berpikir kritis, cepat, dan tanggap tentang apa saja yang harus ditanya saat wawancara, bagaimana menghandle situasi-situasi yang ada di klinis, PIO, dan pendidikan
20 Mei 2013 NEXT.. tentu persiapan selanjutnya adalah pertanyaan-pertanyaan yang akan dipraktekan saat praktikum dan juga MENTAL!, persiapan mental sangat diperlukan dalam praktikum ini, siap menghadapi teman-teman yang mungkin terkesan unexpected nantinya. untuk pertanyaan memang tugas dari Bu Henny untuk membuat pertanyaan sebelumnya sangat membantu, sehingga kelompok tidak perlu kocar kacir dalam membuat pertanyaan saat mendekati hari praktikum. setiap kali mengirim kerangka pertanyaan ke email bu Henny, pasti diberikan feedback, awalnya bingung juga setiap kali di feedback pasti ada aja yang kurang, tapi setelah abis praktek ternyata berguna banget feedbacknya, kelompok jadi lebih mudah dalam menentukan kasus yang muncul saat praktikum sendiri.
hari praktikum..
ya semua anak yang biasanya berpenampilan kucel-kucel hari ini seketika rapi semua, munculah L2CBD (Lantai 2 Central Business District). Pertanyaan sudah siap ditangan, tapi rasa deg-degan masih saja ada, saat masuk ke ruang praktikum dan berhadapan langsung dengan kelompok lain yang jujur saya tidak kenal sebelumnya, menjadi suatu tantangan baru buat saya, awal wawancara saya benar-benar terpaku pada pertanyaan yang saya tulis, tapi seiring berjalannya waktu saya merasa mencoba untuk mengikuti alur dari wawancara tersebut tapi tetap berpegang pada hal-hal utama yang ingin saya tanyakan, luar binasa banget dapat klien yang jawabannya agak sedikit ngawur, sehingga saya butuh membimbingnya agar saya mendapatkan jawaban yang sesuai dengan pertanyaan.
Minggu ke 2 ini temanya adalah pendidikan, dimana saya sendiri juga sangat menyukai bidang ini, sehingga dalam hal praktikum memudahkan saya dalam menjalankannya. Beberapa kesalahan yang saya lakukan di praktik pertama, saya coba untuk meminimalisir dan tidak mengulanginya lagi, serta memperbaiki beberapa hal yang masih kurang di minggu lalu.
Minggu ke 3, tantangan terberat adalah ketemu klien yang bisa dikatakan tidak kooperatif, memang ini disengaja saat praktikum, awalnya saya tentu kesal karena saya merasa kelompok lain menjatuhkan nilai praktikum saya, tapi kalau dipikir-pikir ulang, bisa saja jika saya menjadi psikolog nanti saya bertemu klien seperti ini, dan apa yang harus saya lakukan jika bertemu yang seperti itu? Saya ingat kata-kata Kak Tasya kalau praktikum ini jangan dibuat main-main, mumpung ada kesempatan, coba serius biar ga kaget waktu praktek beneran, nah hari ini saya benar-benar merasa kalau hal tersebut betul, sebelumnya saya ga kepikiran kalau klien yang datang bisa bilang dia ga ngerasa ada masalah, tapi sejak hari ini saya jadi belajar berpikir apa yang harus saya lakukan jika bertemu pasien seperti itu? sebel? pasti ada, tapi bagaimana kita bisa menghandle hal tersebut dan tetap berpegang pada profesionalitas.
Sebelum mengakhiri minggu-minggu tugas praktikum, saya juga berkesempatan mewawancarai seorang nenek yang berada di Rumah Perlindungan Lanjut Usia, kebetulan saya dapat di RPLU Latumenten. Waktu pertama sampai ke sana lumayan bingung karena begitu banyak penghuni di RPLU itu, saya kira tidak mudah untuk menemukan subyek yang pas untuk diwawancara, cukup cemas juga dalam mencari siapa yang akan menjadi subyek saya, kemudian saya akhirnya masuk ke dalam 1 kamar yang berisi nenek-nenek, di ranjang pertama ada seorang nenek yang cukum welcome saat melihat saya dan teman-teman saya, akhirnya tanpa pikir panjang saya duduk di ranjang nenek itu dan mulai ngobrol-ngobrol singkat dengannya, sambil cek apakah nenek ini masih bisa diajak wawancara dan dijadikan subyek. Untunglah ternyata nenek ini kelihatan masih sehat dan lancar dalam menjawab, jawabannya pun nyambung dan dia juga mengerti pertanyaan-pertanyaan saya, walaupun nenek ini kalau cerita panjang dan cerita hal lainnya, tapi ini dari pertanyaan saya selalu ia jawab, dan saya tidak perlu mengulang-ulang pertanyaan lagi. Sayangnya waktu saya sedang wawancara tiba-tiba petugas di tempat tersebut sedang membetulkan atap, akhirnya konsentrasi saya dan nenek itu sempat terpecah karena bunyi yang terlalu berisik dan jadinya menganggu juga rekaman saya. Untuk overall saya berterima kasih banget sama nenek tersebut, kooperatif banget dengan saya, dia juga sangat baik selama saya mewawancarai dia, tidak ada kesan bosen, sebel atau kesan negatif lainnya selama wawancara, setelah selesai wawancara pun si nenek juga masih mengajak saya ngobrol dan cerita mengenai pengalaman dia lainnya.
Kesimpulannya, praktikum ini sangat amat berguna banget dalam teknik-teknik wawancara, kalau dikelas mungkin cuma asal tanya biar dapat nilai, tapi disini kita ditantang untuk berpikir kritis, cepat, dan tanggap tentang apa saja yang harus ditanya saat wawancara, bagaimana menghandle situasi-situasi yang ada di klinis, PIO, dan pendidikan
0 komentar:
Posting Komentar