Bahagia itu sederhana :) (Lisya Jofendy)
Tanggal 18 mei 2013 lalu, saya diberi kesempatan untuk dapat mengunjungi oma opa di panti werdha daerah cengkareng. banyak hal yang bisa saya dapatkan selama berada di panti werdha tersebut, salah satunya adalah dapat mengobrol dan mengetahui masalah yang di alami oleh para lansia di sana, setiap lansia memiliki masalah yang berbeda - beda. satu masalah sama adalah mereka semua mengalami masa kesepian karena masalah yang di alami oleh para lansia tersebut. saya sendiri saat mendatangi panti werdha tersebut sempat merasakan kesedihan dan berpikir bagaimana jika hal tersebut terjadi kepada kedua orang tua saya? mengapa keluarga mereka tega terhadap orang tua mereka sendiri? terlebih pada saat saya mengobrol dengan salah satu oma di sana, oma di sana berada di panti karena sudah tidak punya keluarga inti lagi. keluarga besar oma pun tidak pernah menjenguk atau sekedar mengetahui keadaan oma tersebut. dari pembicaraan yang di lakukan terhadap dengan oma, saya banyak mendapatkan pembelajaran yang bisa di pelajari. kita sebagai manusia harus selalu bersyukur dengan apapun keadaan yang telah di beri kepada kita. kita pun harus selalu menyanyangi kedua orang tua kita karena bagaimanapun sifat dan karakter mereka, mereka tetaplah kedua orang tua yang telah membesarkan serta menjadikan kita seperti ini. tanpa mereka kita bukan siapa - siapa, bahkan tidak ada di dunia ini. saya sendiri pun memiliki keinginan untuk menyanyangi para lansia yang berada di panti werdha tersebut, terlebih oma yang mengobrol dengan saya. saya empati terhadap oma tersebut, dengan segala masalah yang ada, oma tetap berjuang untuk terus hidup. dengan di beri kesempatan untuk mengunjungi panti werdha, saya merasakan senang serta bahagia karena dapat menjenguk oma - opa serta menemani mereka walau hanya sebentar. melihat mereka senyum bahkan tertawa saya merasakan bahwa mereka memang butuh orang di samping mereka.
Selain itu kebahagiaan lain di dapatkan adalah dengan belajar menjadi psikolog. tiga minggu sudah saya belajar untuk menjadi psikolog dalam tiga setting berbeda. setting yang di lakukan pun berupa setting PIO, Pendidikan dan terakhir adalah Klinis. kita dapat merasakan bagaimana rasanya menjadi psikolog, bagaimana harus bersikap kepada klien, semua itu di dapatkan pada saat praktek tersebut. pada saat pertama kali melakukan hal itu, tidak di pungkiri rasa gugup pun menghantui diri saya, saya merasakan ketakutan, ketakutan karena akan melakukan kesalahan. sebelum praktek itu berlangsung, kita pun di minta untuk membuat daftar pertanyaan serta membuat video berdasarkan setting. kendala yang dihadapi adalah perbedaan jam kelas oleh setiap anggota kelompok, sehingga sulit menemukan waktu yang pas. tidak itu saja, saya sempat mengalami kehabisan pertanyaan karena setting yang sudah di siapkan tidak sesuai, jadi harus berimprovisasi sendiri. tapi di luar dari kendala - kendala yang ada, saya merasa senang serta bahagia karena dapat belajar untuk menjadi psikolog sebelum nanti lulus dan benar - benar menjadi psikolog :)
6 Juni 2013
0 komentar:
Posting Komentar