My Impression for Some of Interview Experiences (Febriani Sifa Amalia)
Dalam satu bulan belakang ini, saya dan teman-teman lain yang mengambil kelas Teknik Wawancara disibukkan dengan praktek wawancara di lab dengan tiga setting yang berbeda yaitu PIO, pendidikan, dan klinis. Kemudian juga kami diberikan tugas akhir untuk wawancara di panti yang telah ditentukan, dan saya beserta kelompok mendapatkan bagian wawancara ke panti RPLU, Jelambar. Pada saat pertama kali saya praktek wawancara di lab dengan setting PIO, saya merasa sangat gugup. Mungkin karena pertama kali praktek, jadi saya belum pernah merasakan dan rasa guguplah yang dominan timbul pada diri saya. Pada saat praktek setting PIO, saya merasa gugup, kurang lancar, dan kurang luwes pada saat pelaksanaannya. Saya takut bahwa waktu yang diberikan terasa lama dan pertanyaan yang saya tanyakan akan habis sebelum waktunya. Namun ternyata anggapan saya salah, justru pada saat di dalam lab dan proses wawancara berlangsung terasa cepat dan menyisakan banyak pertanyaan yang belum saya tanyakan. Dalam wawancara setting PIO, saya masih sering melihat panduan wawancara untuk fokus mengembangkan pertanyaan yang akan saya tanyakan selanjutnya pada klien, bahkan fokus pada panduan wawancara sehingga kadang fokus kurang tertuju pada klien saya. Attending behavior saya sudah cukup baik, namun kontak mata masih kurang karena saya sering melihat panduan tadi (karena tidak percaya diri dan gugup). Wawancara memang tidak terlihat kaku, justru mungkin terlihat agak rileks dan tenang di depan klien dan observer, namun pada kenyataan yang saya rasakan sangat berbalik dengan apa yang saya tampilkan, saya amat gugup untuk praktek wawancara pertama yaitu setting PIO. Namun pada praktek wawancara pertama saya, meskipun gugup, saya tetap melakukan sedikit probing namun masih secukupnya, dan beberapa kali parafrase serta summarizing yang cukup baik.
Beberapa hari setelah praktek setting PIO yang merupakan praktek pertama, saya dan teman-teman kelompok pergi ke panti RPLU untuk wawancara mengambil data. Sebelum pergi ke panti, saya sangat gugup karena tidak mengetahui keadaan, kondisi dan gambaran subjek di panti yang membuat saya menerka-nerka dan takut tidak berhasil dalam proses wawancara ini. Namun setelah sampai di sana, saya langsung mendapat subjek dan merupaka orang yang paling cepat untuk mendapatkan subjek bersama dengan Mellyta. Pada saat wawancara, saya terlalu fokus terhadap cerita dari subjek sehingga kadang terlupa dengan inti dari data yang akan saya ambil hehehe. Saya juga masih agak kagok dalam proses wawancara dikarenakan baru berpengalaman satu kali wawancara di lab. Namun saya leih rileks pada saat pelaksanaan wawancara ini dibanding pada saat di lab pertama kali. Pada akhirnya klien yang saya wawancarai lebih terbuka karena saya cukup baik dalam membina rapor. Kemudian kelas kami yaitu kelas C dijadwalkan berbeda dengan kelas-kelas lainnya yaitu lebih telat satu minggu, yang sebenarnya membuat saya kecewa karena itu membuat kami harus bekerja lebih cepat satu minggu dalam mengolah data dan menjadikannya laporan kelompok maupun individu.
Kemudian pada wawancara kedua yaitu setting pendidikan, dalam pelaksanaannya saya jauh lebih rileks dan tidak segugup pada saat pertama kali karena saya sudah mengetahui gambaran mengenai proses wawancaranya. Pada praktek kedua ini, saya merasakan dalam proses wawancaranya lebih mudah dan pertanyaan yang saya berikan pada klien terlihat lebih natural dibanding sebelumnya yang sangat fokus pada panduan wawancara yang saya bawa. Namun saya masih kurang percaya diri jika tidak membawa daftar pertanyaan. Attending behavior yang saya lakukan juga sudah ada peningkatan, saya dapat lebih fokus pada klien serta memberikan kontak mata yang lebih baik daripada praktek sebelumnya dan lebih tenang dalam menghadapi klien. Saya mencatat hal-hal yang dirasa penting, dan berusaha melakukan probing dengan lebih baik, paraphrase dan summarizing .
Lalu pada praktek wawancara ketiga yaitu setting klinis, saya kembali gugup dikarenakan menganggap wawancara dalam setting klinis sangat sulit. Namun tidak segugup pada saat praktek yang pertama. Setelah proses wawancara berlangsung, saya merasa sudah lebih biasa dalam pelaksanaan wawancara dengan klien, meskipun klien yang saya wawancarai bukan klien yang sebenarnya. Saya merasa jauh lebih rileks dan tenang serta percaya diri dalam wawancara dengan klien klinis saya. Meskipun setting klinis yang memang sulit dalam bayangan saya, namun karena saya sudah memiliki pengalaman beberapa kali wawancara sebelumnya, entah kenapa saya merasa jauh lebih baik pada saat wawancara klinis ini. Saya merasakan dalam proses wawancaranya lebih mengalir dan natural. Saya juga memberikan attending behavior yang baik serta melakukan probing dengan baik, serta paraphrase dan summarizing hingga waktu tidak terasa dan sangat cepat berakhir.
Demikianlah refleksi dan kesan yang saya dapatkan dari wawancara yang saya lakukan, mudah-mudahan peningkatan yang saya rasakan dan dapatkan dari praktek-praktek ini dapat saya tingkatkan lagi lebih baik. Thankyou
6 Juni 2013
0 komentar:
Posting Komentar