Berbagi Cerita Berbagi Pengalaman (Andri Setia Darma)
Lagi-Lagi, suatu pengalaman yang menyenangkan yang saya dapatkan di kelas teknik wawancara. Dosen kami, yaitu Ibu Henny mengundang salah satu alumni S1 Psikologi Universitas Tarumanagara. Beliau adalah Bapak Filipus yang bisa dikatakan sudah banyak makan asam garam di dunia per-HRD-an.
Banyak hal yang saya dapatkan dari Sharing beliau. Bagaimana pengalaman beliau mendapatkan pekerjaannya, apa saja yang beliau kerjakan, dan apa saja yang beliau pelajari di dunia kerja.
Salah satu poin penting yang saya dapatkan adalah kita harus dapat memisahkan idealisme dengan profesionalisme. Kalau boleh saya kutip kalimat beliau “kalau belum bisa pisahin idealisme dengan profesionalisme mending jangan jadi HRD.” Wah satu kalimat yang membuat saya harus benar-benar menyiapkan mental kalau mau terjun ke bidang HRD.
Tak jarang kita akan mendapatkan beberapa pandangan atau nilai-nilai dalam dunia kerja yang bertentangan dengan nilai-nilai yang selama ini kita pegang teguh. Salah satu dari contoh yang beliau sampaikan adalah di perusahaan beliau bekerja, seorang wanita yang ingin bekerja sebagai kasir atau pelayan tidak diperkenankan untuk menggunakan jilbab.
Salah satu pengalaman menarik lainnya yang beliau ceritakan adalah saat beliau mewawancarai seseorang tidak lebih dari 30 detik. Hanya dalam kurun waktu tersebut, beliau menyampaikan, “maaf, anda belum memenuhi kriteria yang kami butuhkan” hanya karena seseorang tersebut tidak memiliki penampilan yang menarik.
Bener-bener sulit, dan bisa saja hal ini menimbulkan konflik batin pada diri kita. Ibu Henny pun sempat menyeletuk “HAYOOO… siapa tuh yang mau jadi HRD? Masih mau jadi HRD ga tuh sekarang?” (Ah Ibu… makin lengkap deh kegalauan saya :p)
Saya jadi termenung…
Apakah pantas kita menilai seseorang hanya berdasarkan agamanya?
Apakah kita pantas menilai seseorang hanya dari penampilannya?
Apakah kita pantas menilai seseorang hanya dari prinsip hidup yang dijalaninya?
Apabila saya ada di posisi beliau, apakah saya bisa mengikuti aturan yang ditetapkan perusahaan? Apakah saya dapat menanggalkan idealisme saya dan mengatasnamakan profesionalisme dalam berbagai keputusan yang akan saya buat di dunia kerja? Sebuah pertanyaan yang mungkin tidak akan saya temukan jawabannya dalam waktu singkat.
8 Mei 2013
0 komentar:
Posting Komentar