Don’t Stop Believing (Melissa Magdalena)
Jika melihat beberapa minggu terakhir ini, saya melihat kebodohan diri saya sendiri. Bodoh karena sangat mudah terkontaminasi dari omongan orang dan semakin bodoh karena masih terus mencari bukti-bukti penguat agar saya semakin terkontaminasi. Inilah ceritanya…..
Kelas kami, Kelas C mendapat giliran untuk praktek wawancara UAS ke panti pada giliran minggu kedua. Dengan pikiran ingin mempunyai persiapan dahulu sebelum saya yang terjun langsung ke lapangan, maka saya pun menanyakan beberapa teman tentang pengalama mereka ke panti. Sayangnya saya mendengar cerita negatif, seperti opa di panti genit, opa di panti minta no hp, oma di panti tidak mau diwawancara, oma di panti galak-galak.,,,dan sebagainya.
Saya sadar saya mulai merasa takut untuk wawancara ke panti namun karena tidak ada pilihan lain…ya saya harus juga ke panti pada hari Sabtu tanggal 18 Juni 2013.
Hal yang saya tidak sadar sampai saya sampai di panti adalah bahwa saya sudah kehilangan sesuatu pada diri saya. Saya kehilangan kepercayaan diri saya sendiri. Hal ini dapat dilihat ketika saya sampai di panti, saya merasa sangaaaat takut. Saya jalan terburu-buru, saya kesulitan memilih subjek karena saya tidak berani mendekat. Sekilas mungkin saya merasa bahwa saya ketakutan, namun sebenarnya adalah saya kehilangan kepercayaan diri. Hal ini disebabkan karena saya sudah terlebih dahulu mempunyai persepsi bahwa wawancara lansia di panti adalah hal yang sulit dan saya tidak mampu.
Karena saya berhenti percaya pada diri saya bahwa saya mampu, maka semuanya pun berjalan tidak lancar. Saya meminta dua anggota kelompok saya yang lain untuk menemani saya memilih subjek, menemani saya sampai saya akhirnya berani mengobrol dan mulai membina rapport.
Hal yang saya sadari pada kesempatan ke panti adalah saya berhenti percaya pada diri saya sendiri. Saya berhenti percaya bahwa saya sebenarnya mempunyai kemampuan komunikasi yang baik termasuk jika harus berkomunikasi dengan lansia. Saya berhenti percaya pada diri saya bahwa kemampuan wawancara saya sudah lebih baik.
Saat saya berhenti percaya pada diri sendiri, di saat itu pula-lah saya kehilangan teknik-teknik yang dipelajari.
Untungnya di saat praktek di kampus, percaya diri saya sudah kembali. Saat dimana saya harus mewawancarai “klien” saya bisa dengan tenang. Saya juga tidak merasa 10 menit seperti neraka, melainkan 10 menit penuh damai dan menyenangkan. hehehe
Maka dari itu saya menamai blog ini dengan Don’t stop believing, untuk mengingatkan saya dan bagi yang lain untuk tidak berhenti percaya pada diri sendiri. Semoga dengan percaya pada diri sendiri kita akan sukses di mata kuliah apa pun. Lets fight for our future and dont stop believing!!
3 Juni 2013
0 komentar:
Posting Komentar