be sensitive! (Levina Sutiono)
Post kali ini akan lebih banyak membicarakan mengenai pengalaman-pengalaman dan kesan yang saya dapatkan ketika praktek teknik wawancara, baik di laboratorium maupun di panti.
Saya mendapat kesempatan untuk mengunjungi salah satu panti sosial yang berada di kawasan Cengkareng, Jakarta Barat. Banyak pengalaman-pengalaman menarik yang saya dapatkan ketika mengunjungi panti tersebut. Panti tersebut tidak hanya menampung para lansia, tetapi juga para penderita gangguan mental, namun yang tidak membahayakan.
Saat itu kami diminta untuk mencari satu orang lansia untuk diwawancarai. Saya pun mencari-cari lansia mana yang sekiranya cocok untuk diajak berbicara. Saya berusaha untuk memulai percakapan dengan beberapa lansia, namun saya merasa mereka tidak sesuai dengan kriteria-kriteria yang dibutuhkan. Sampai akhirnya saya bertemu dengan seorang lansia yang pada akhirnya menjadi subjek saya.
Tentu tidak mudah bagi saya untuk membina rapport pada awalnya. Saya melakukan kunjungan wawancara selama dua kali, karena data yang saya dapatkan pada wawancara pertama belum cukup banyak untuk dianalisa. Pada pertemuan kedua, subjek saya sudah lebih terbuka dalam menceritakan kehidupannya.
Ada satu kejadian menarik yang saya alami ketika saya berkunjung ke panti tersebut untuk kedua kalinya. Saat itu saya sampai cukup pagi ke panti tersebut, sehingga saya belum dapat masuk ke barak para lansia yang ada di panti tersebut. Barak tersebut masih dibersihkan sehingga saya menunggu di halaman panti bersama dengan dua orang teman saya. Pada saat saya sedang duduk menunggu, seorang wanita melewati tempat kami duduk dan bertanya mengenai tujuan kedatangan kami, dan sebagainya.
Terdapat perbincangan singkat dengan wanita tersebut, sampai akhirnya wanita tersebut meninggalkan kami. Saya merasa biasa saja dan tidak merasakan keanehan apapun ketika berbincang dengan wanita tersebut. Namun, setelah wanita tersebut berjalan cukup jauh dari tempat kami duduk, salah satu teman saya berkata bahwa ia pernah bertemu dengan wanita tersebut di salah satu rumah sakit jiwa. Teman saya mengatakan bahwa wanita tersebut dulu tinggal di rumah sakit jiwa.
Daaaan yaa....saya merasa cukup terkejut karena saya bahkan tidak dapat membedakan antara orang dengan gangguan dan orang normal, hahaha.. Memang ada sedikit kejanggalan ketika ia mengatakan bahwa ia hendak pergi meninggalkan kami, namun saya tidak menyangka bahwa hal tersebut terjadi karena ia memiliki gangguan. Mungkin wanita tersebut sudah residual dan dapat berfungsi seperti orang-orang normal di masyarakat.
Hanya saja, saya cukup terkejut karena saya tidak sepeka itu untuk menyadari kondisi wanita tersebut. Yang lebih mengejutkan lagi, teman saya yang lainnya ternyata juga mengalami hal yang sama. Teman saya juga tampak sulit membedakan individu mana yang memiliki gangguan dan mana yang tidak memiliki gangguan.
Mungkin kami harus lebih melatih diri lagi agar dapat menjadi lebih peka dalam menyadari hal-hal seperti itu hehehehehhe :p
Tapi overall, kunjungan ke panti dan mempraktekkan langsung teknik-teknik wawancara yang telah dipelajari merupakan suatu pengalaman yang menyenangkan. Selain itu, saya juga dapat lebih menyadari kekurangan-kekurangan yang saya miliki ketika sedang menjadi pewawancara. Tentu masih banyak hal yang harus diperbaiki dan saya percaya seiring berjalannya waktu kami dapat menjadi pewawancara yang baik dan profesional.. Amiin hehehe :)
3 Juni 2013
Saya mendapat kesempatan untuk mengunjungi salah satu panti sosial yang berada di kawasan Cengkareng, Jakarta Barat. Banyak pengalaman-pengalaman menarik yang saya dapatkan ketika mengunjungi panti tersebut. Panti tersebut tidak hanya menampung para lansia, tetapi juga para penderita gangguan mental, namun yang tidak membahayakan.
Saat itu kami diminta untuk mencari satu orang lansia untuk diwawancarai. Saya pun mencari-cari lansia mana yang sekiranya cocok untuk diajak berbicara. Saya berusaha untuk memulai percakapan dengan beberapa lansia, namun saya merasa mereka tidak sesuai dengan kriteria-kriteria yang dibutuhkan. Sampai akhirnya saya bertemu dengan seorang lansia yang pada akhirnya menjadi subjek saya.
Tentu tidak mudah bagi saya untuk membina rapport pada awalnya. Saya melakukan kunjungan wawancara selama dua kali, karena data yang saya dapatkan pada wawancara pertama belum cukup banyak untuk dianalisa. Pada pertemuan kedua, subjek saya sudah lebih terbuka dalam menceritakan kehidupannya.
Ada satu kejadian menarik yang saya alami ketika saya berkunjung ke panti tersebut untuk kedua kalinya. Saat itu saya sampai cukup pagi ke panti tersebut, sehingga saya belum dapat masuk ke barak para lansia yang ada di panti tersebut. Barak tersebut masih dibersihkan sehingga saya menunggu di halaman panti bersama dengan dua orang teman saya. Pada saat saya sedang duduk menunggu, seorang wanita melewati tempat kami duduk dan bertanya mengenai tujuan kedatangan kami, dan sebagainya.
Terdapat perbincangan singkat dengan wanita tersebut, sampai akhirnya wanita tersebut meninggalkan kami. Saya merasa biasa saja dan tidak merasakan keanehan apapun ketika berbincang dengan wanita tersebut. Namun, setelah wanita tersebut berjalan cukup jauh dari tempat kami duduk, salah satu teman saya berkata bahwa ia pernah bertemu dengan wanita tersebut di salah satu rumah sakit jiwa. Teman saya mengatakan bahwa wanita tersebut dulu tinggal di rumah sakit jiwa.
Daaaan yaa....saya merasa cukup terkejut karena saya bahkan tidak dapat membedakan antara orang dengan gangguan dan orang normal, hahaha.. Memang ada sedikit kejanggalan ketika ia mengatakan bahwa ia hendak pergi meninggalkan kami, namun saya tidak menyangka bahwa hal tersebut terjadi karena ia memiliki gangguan. Mungkin wanita tersebut sudah residual dan dapat berfungsi seperti orang-orang normal di masyarakat.
Hanya saja, saya cukup terkejut karena saya tidak sepeka itu untuk menyadari kondisi wanita tersebut. Yang lebih mengejutkan lagi, teman saya yang lainnya ternyata juga mengalami hal yang sama. Teman saya juga tampak sulit membedakan individu mana yang memiliki gangguan dan mana yang tidak memiliki gangguan.
Mungkin kami harus lebih melatih diri lagi agar dapat menjadi lebih peka dalam menyadari hal-hal seperti itu hehehehehhe :p
Tapi overall, kunjungan ke panti dan mempraktekkan langsung teknik-teknik wawancara yang telah dipelajari merupakan suatu pengalaman yang menyenangkan. Selain itu, saya juga dapat lebih menyadari kekurangan-kekurangan yang saya miliki ketika sedang menjadi pewawancara. Tentu masih banyak hal yang harus diperbaiki dan saya percaya seiring berjalannya waktu kami dapat menjadi pewawancara yang baik dan profesional.. Amiin hehehe :)
3 Juni 2013
0 komentar:
Posting Komentar