Kesan menjadi Pewawancara (Intan Mega)
Setelah mendapat teori dan penjelasan dari Bu Henny. Kami mendapat kesempatan untuk melakukan praktek wawancara setiap minggunya sebelum ujian akhir berlangsung. Setting wawancara akan berbeda setiap minggunya termasuk tema wawancara. Karena setiap kelas akan di bagi menjadi beberapa kelompok dengan memiliki temanya masing-masing. Dan kami akan mendapat kesempatan menjadi pewawancara, klien, dan observer. Masing-masing kelompok akan diminta untuk membuat draft pertanyaan untuk setiap setting. Dan kami akan diberikan durasi waktu sekitar 10 – 15 menit untuk melakukan praktek wawancara.
Praktek wawancara pada minggu pertama kami adalah setting PIO. Pada praktek wawancara ini, saya cukup gugup sehingga saat menjadi pewawancara saya belum dapat melakukan keterampilan dasar wawancara yang baik terutama kecepatan bicara saya. Ditambah saya juga cukup mengalami kesulitan karena saya bingung untuk bertanya apa saja kepada klien saya dengan waktu sekitar 10 menit tersebut.
Setting selanjutnya adalah setting pendidikan. Berdasarkan praktek sebelumnya saya cukup belajar dari kesalahan saya. Saya sudah mulai tenang dan berusaha untuk mengembangkan pertanyaan sendiri dari jawaban-jawaban klien. Walau saya cukup gugup bila membayangkan mendapat klien yang akan saya hadapi hanya memberikan jawaban yang singkat. Karena saya akan bingung untuk memberikan pertanyaan selanjutnya.
Setting praktek wawancara pada minggu terakhir adalah setting klinis. Pada praktek wawancara ini saya cukup gugup, karena pada saat melakukan wawancara kami tidak diperbolehkan membawa draft pertanyaan. Tetapi yang saya lebih khawatirkan bila saya mendapat klien yang nanti pada saat praktek berlangsung tidak cukup membantu. Sehingga nantinya data yang saya dapatkan kurang dan nantinya wawancara tersebut akan lebih cepat berakhir dari waktu perkiraan. Selama 3 minggu ini melakukan praktek wawancara dalam 3 setting, cukup menambah pengalaman saya. Dan menurut saya hal ini cukup menyenangkan dan cukup melelahkan saat melakukannya. Tapi akan cukup berkesan.
Ujian akhir kami dalam mata kuliah teknik wawancara adalah kami akan diminta untuk melakukan wawancara dalam lingkungan yang sebenarnya. Setiap kelompok akan mendapat lokasi yang berbeda untuk melakukan wawancara. Kebetulan kelompok saya mendapat kesempatan untuk melakukan wawancara di panti lansia. Dengan tema yang sudah diberikan, kami akan diminta untuk membuat draft pertanyaan dengan diberikan durasi waktu sekitar 30 menit.
Selama berada di panti saya bertemu dengan opah dan omah dengan perilaku dan sifatnya masing-masing. Sesampainya di sana kami disambut dengan sangat hangat oleh para opah dan omah. Dan saya bertemu dengan seorang omah yang akan saya wawancarai, usianya sudah mencapai 70 tahunan. Saat saya meminta izin untuk melakukan wawancara, beliau menyambut saya dengan hangat. Dan saya cukup terkejut saat berbicara dengan beliau, karena dengan usia yang sudah mencapai 70 tahun, baik pendengaran, penglihatan dan ingatan beliau masih sangat baik.
Beliau juga masih dapat melakukan apapun seorang diri, baik ke kamar mandi mau melakukan ibadah, serta makan dan minum. Yang membuat saya cukup sedih adalah ketika saya akan mengakhiri wawancara saya dengan omah tersebut. karena di akhir wawancara, beliau mendoakan saya semoga sukses dan segera lulus. Beliau juga berpesan untuk tidak melupakan omah-omah yang ada di panti. Kehangatan beliau membuat saya teringat kakek dan nenek saya yang sudah tiada. Saya jadi membayangkan bila keduanya masih hidup, mereka pasti juga akan sehangat omah yang saya temui di panti.
Pengalaman mengunjungi panti ini merupakan pengalaman yang paling berkesan bagi saya. Karena saya dapat melihat kehidupan para opah dan omah yang berada di panti. Dapat mengetahui pengalaman hidup mereka, suka dan suka mereka selama berada di panti. Dan kesedihan mereka, bila mereka sudah tidak memiliki keluarga karena sudah tidak ada lagi yang menjenguk mereka.
4 Juni 2013
Praktek wawancara pada minggu pertama kami adalah setting PIO. Pada praktek wawancara ini, saya cukup gugup sehingga saat menjadi pewawancara saya belum dapat melakukan keterampilan dasar wawancara yang baik terutama kecepatan bicara saya. Ditambah saya juga cukup mengalami kesulitan karena saya bingung untuk bertanya apa saja kepada klien saya dengan waktu sekitar 10 menit tersebut.
Setting selanjutnya adalah setting pendidikan. Berdasarkan praktek sebelumnya saya cukup belajar dari kesalahan saya. Saya sudah mulai tenang dan berusaha untuk mengembangkan pertanyaan sendiri dari jawaban-jawaban klien. Walau saya cukup gugup bila membayangkan mendapat klien yang akan saya hadapi hanya memberikan jawaban yang singkat. Karena saya akan bingung untuk memberikan pertanyaan selanjutnya.
Setting praktek wawancara pada minggu terakhir adalah setting klinis. Pada praktek wawancara ini saya cukup gugup, karena pada saat melakukan wawancara kami tidak diperbolehkan membawa draft pertanyaan. Tetapi yang saya lebih khawatirkan bila saya mendapat klien yang nanti pada saat praktek berlangsung tidak cukup membantu. Sehingga nantinya data yang saya dapatkan kurang dan nantinya wawancara tersebut akan lebih cepat berakhir dari waktu perkiraan. Selama 3 minggu ini melakukan praktek wawancara dalam 3 setting, cukup menambah pengalaman saya. Dan menurut saya hal ini cukup menyenangkan dan cukup melelahkan saat melakukannya. Tapi akan cukup berkesan.
Ujian akhir kami dalam mata kuliah teknik wawancara adalah kami akan diminta untuk melakukan wawancara dalam lingkungan yang sebenarnya. Setiap kelompok akan mendapat lokasi yang berbeda untuk melakukan wawancara. Kebetulan kelompok saya mendapat kesempatan untuk melakukan wawancara di panti lansia. Dengan tema yang sudah diberikan, kami akan diminta untuk membuat draft pertanyaan dengan diberikan durasi waktu sekitar 30 menit.
Selama berada di panti saya bertemu dengan opah dan omah dengan perilaku dan sifatnya masing-masing. Sesampainya di sana kami disambut dengan sangat hangat oleh para opah dan omah. Dan saya bertemu dengan seorang omah yang akan saya wawancarai, usianya sudah mencapai 70 tahunan. Saat saya meminta izin untuk melakukan wawancara, beliau menyambut saya dengan hangat. Dan saya cukup terkejut saat berbicara dengan beliau, karena dengan usia yang sudah mencapai 70 tahun, baik pendengaran, penglihatan dan ingatan beliau masih sangat baik.
Beliau juga masih dapat melakukan apapun seorang diri, baik ke kamar mandi mau melakukan ibadah, serta makan dan minum. Yang membuat saya cukup sedih adalah ketika saya akan mengakhiri wawancara saya dengan omah tersebut. karena di akhir wawancara, beliau mendoakan saya semoga sukses dan segera lulus. Beliau juga berpesan untuk tidak melupakan omah-omah yang ada di panti. Kehangatan beliau membuat saya teringat kakek dan nenek saya yang sudah tiada. Saya jadi membayangkan bila keduanya masih hidup, mereka pasti juga akan sehangat omah yang saya temui di panti.
Pengalaman mengunjungi panti ini merupakan pengalaman yang paling berkesan bagi saya. Karena saya dapat melihat kehidupan para opah dan omah yang berada di panti. Dapat mengetahui pengalaman hidup mereka, suka dan suka mereka selama berada di panti. Dan kesedihan mereka, bila mereka sudah tidak memiliki keluarga karena sudah tidak ada lagi yang menjenguk mereka.
4 Juni 2013
0 komentar:
Posting Komentar