Pengalaman menjadi seorang Interviewer (Gayatri A Ardhinindya)
Hari Sabtu Tanggal 18 Juni 2013 adalah hari yang paling menegangkan sekaligus hari yang paling saya nanti-nantikan. Sejak beberapa hari sebelumnya saya sudah menyiapkan segala sesuatunya mulai dari pakaian, atribut almamater dan nametagnya hingga air mineral kecil dan makanan ringan untuk saya dan teman-teman saya di perjalanan. Dan pada hari H-nya pun saya bangun lebih pagi agar tidak terlambat, semua itu saya lakukan karena kelas Teknik Wawancara akan melakukan praktikum lapangan di Panti Sosial. Kebetulan saya dan kelompok, mendapat bagian di Panti Sosial Bina Daksa Budi Bhakti Cengkareng. Perjalanan kesana hanya memakan waktu sekitar 40 menit. Sesampainya disana kami langsung berjalan menuju Aula di daerah Panti bagian Pria.
Para mahasiswa langsung berkenalan dan memilih subjeknya sendiri. Ada juga yang langsung memutar balik ke arah Panti Putri. Setelah saya memasuki Aula dan keluar menuju Panti Putri, saya langsung berhenti di dekat pintu Aula, karena ada seorang pria tuna daksa yang mengambilkan saya kursi untuk duduk berhadapan dengan kursinya. Maka dialah yang saya pilih menjadi subjek saya. Jujur ketika saya mulai mewawancarainya, saya agak bingung untuk merangkai kata. Maka saya awali dengan pertanyaan yang ringan seputar kondisi sehari-harinya di Panti itu.
Setelah saya dapat mengira-ngira bagaimana moodnya hari itu, saya mulai perlahan bertanya dan menggali informasi dengan bahasa sehari-hari yang halus dan mudah dicernanya. Tidak lupa juga saya mengatakan maaf sebelum saya bertanya tentang luka-luka lamanya. Setelah saya selesai mewawancarainya, saya merasa iba kepadanya dan sedih karena tidak bisa membantu apa-apa kecuali memotivasinya. Seperjalanan pulangpun saya masih tidak nafsu makan, saya rasa empati saya terlalu berlebihan ya? Hehehe.
Selanjutnya saya akan menjabarkan suka-duka yang saya alami dalam mengaplikasikan wawancara di laboratorium dan langsung ke lapangan (Panti). Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa dalam 3 minggu terakhir menjelang UAS ini, kelas Teknik Wawancara telah melakukan tiga kali praktikum yang terletak di Laboratorium Observasi dan Wawancara PBKP Universitas Tarumanagara, Gedung K Lantai 2. Praktikum yang pertama kali adalah tentang PIO, minggu berikutnya dilakukan praktikum Psikologi Pendidikan dan minggu terakhir adalah mengenai Psikologi Klinis.
Ketika awal melakukan praktik yang bertema PIO, saya merasakan ada ketegangan dan kekakuan dalam melaksanakannya. Tetapi berangsur-angsur mengalami kemajuan pada praktik bidang Psikologi Pendidikan dan Psikologi Klinis. Karena pada dua praktikum yang terakhir, saya sudah bisa mewawancarai orang tanpa melihat pedoman wawancara sama sekali. Ketika wawancara di dalam laboratorium itu, saya merasakan pengalaman yang berbeda dan menyenangkan. Entah saat mengarang cerita sebagai klien, ataupun mempunyai klien yang lucu dan menarik ceritanya. Saat saya menjadi observer, saya dapat menilai dan mengoreksi teman yang lainnya sekaligus dapat menjadi refleksi bagi perbaikan diri sendiri.
5 Juni 2013
Para mahasiswa langsung berkenalan dan memilih subjeknya sendiri. Ada juga yang langsung memutar balik ke arah Panti Putri. Setelah saya memasuki Aula dan keluar menuju Panti Putri, saya langsung berhenti di dekat pintu Aula, karena ada seorang pria tuna daksa yang mengambilkan saya kursi untuk duduk berhadapan dengan kursinya. Maka dialah yang saya pilih menjadi subjek saya. Jujur ketika saya mulai mewawancarainya, saya agak bingung untuk merangkai kata. Maka saya awali dengan pertanyaan yang ringan seputar kondisi sehari-harinya di Panti itu.
Setelah saya dapat mengira-ngira bagaimana moodnya hari itu, saya mulai perlahan bertanya dan menggali informasi dengan bahasa sehari-hari yang halus dan mudah dicernanya. Tidak lupa juga saya mengatakan maaf sebelum saya bertanya tentang luka-luka lamanya. Setelah saya selesai mewawancarainya, saya merasa iba kepadanya dan sedih karena tidak bisa membantu apa-apa kecuali memotivasinya. Seperjalanan pulangpun saya masih tidak nafsu makan, saya rasa empati saya terlalu berlebihan ya? Hehehe.
Selanjutnya saya akan menjabarkan suka-duka yang saya alami dalam mengaplikasikan wawancara di laboratorium dan langsung ke lapangan (Panti). Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa dalam 3 minggu terakhir menjelang UAS ini, kelas Teknik Wawancara telah melakukan tiga kali praktikum yang terletak di Laboratorium Observasi dan Wawancara PBKP Universitas Tarumanagara, Gedung K Lantai 2. Praktikum yang pertama kali adalah tentang PIO, minggu berikutnya dilakukan praktikum Psikologi Pendidikan dan minggu terakhir adalah mengenai Psikologi Klinis.
Ketika awal melakukan praktik yang bertema PIO, saya merasakan ada ketegangan dan kekakuan dalam melaksanakannya. Tetapi berangsur-angsur mengalami kemajuan pada praktik bidang Psikologi Pendidikan dan Psikologi Klinis. Karena pada dua praktikum yang terakhir, saya sudah bisa mewawancarai orang tanpa melihat pedoman wawancara sama sekali. Ketika wawancara di dalam laboratorium itu, saya merasakan pengalaman yang berbeda dan menyenangkan. Entah saat mengarang cerita sebagai klien, ataupun mempunyai klien yang lucu dan menarik ceritanya. Saat saya menjadi observer, saya dapat menilai dan mengoreksi teman yang lainnya sekaligus dapat menjadi refleksi bagi perbaikan diri sendiri.
5 Juni 2013
0 komentar:
Posting Komentar