Ketrampilan Dasar Wawancara (Jevera Juventia)
Dalam blog kali ini, saya akan membahas tentang ketrampilan dasar wawancara. Seminggu yang lalu di dalam kelas teknik wawancara, banyak hal yang saya dapatkan mengenai dasar-dasar teknik wawancara. Ada banyak teori yang di bahas, namun saya akan membahas beberapa bagian dari ketrampilan wawancara
Ketrampilan dasar wawancara yang pertama adalah kemampuan membina rapport. apa sih rapport itu? rapport adalah membina hubungan yang baik antara psikolog dengan klien. Membina rapport merupakan hukum wajib yang harus dilakukan oleh psikolog kepada kliennya, bagaimana mungkin jika psikolog tidak membina hubungan yang baik dengan klien pasti sudah terbayang donk gimana client tersebut akan canggung untuk menceritakan permasalahannya .
Ingat, ketika kamu akan memulai untuk membina rapport tentunya harus ada senyum hangat yang terpancar dari wajahmu, sambutan yang bersahabat, jabat tangan, dan tentunya ada percakapan kecil, nah ketika kamu udah melakukan hal tersebut jangan lupa untuk mempersilakan klien untuk duduk, ga lucu kan pas kamu sudah memberi senyum pepsodent tapi kamu lupa untuk menyuruh klien duduk yang ada klien mungkin akan memberi “sedikit” kesan yang tidak bagus untuk kamu hihihi…
Yang kedua adalah empati. nah buat kamu kamu anak psikolog, pasti udah ga asing lagi donk di telinga kalian dengan kata “empati”. buat yang belum tau apa itu empati, saya akan mencoba membantu . empati adalah menempatkan posisi yang sedang dialami oleh klien. kalau kamu bisa menunjukan empati kepada klien, klien akan merasa bahwa kamu peduli dengan masalah dia dan yang pastinya orang tersebut akan merasa nyaman, berharga, dan pastinya senang .
Yang ketiga adalah attending behavior. kunci dari attending behavior adalah mengurangi kuantitas bicara interviewer dan membiarkan klien untuk menceritakan tentang diri mereka. jangan sampai psikolog yang lebih banyak bercerita dibanding klien, ingat itu! ^^
Yang keempat adalah teknik bertanya. Dalam teknik bertanya jangan gunakan kata “mengapa” alasan tidak menggunakan “mengapa” adalah hal tersebut ga akan mengungkapkan hal yang ada didalam diri klien, membuat klien harus bertanggung jawab akan sesuatu. lebih baik menggunakan kata “apa” “bagaimana” dan ” kapan”
Yang selanjutnya ketrampilan observasi. Untuk mendapatkan data klien, ga cuma sebatas tanya jawab, tapi psikolog harus memiliki ketrampilan observasi yang baik. dimulai harus tahu bagaimana observasi nonverbal behavior (ekspresi wajah, bahasa tubuh), verbal behavior (perhatikan kata-kata yang ditekankan oleh klien), psikolog harus mewaspadai tindakan verbal dan nonverbal selama wawancara dengan klien, diskrepansi, dan inkogruensi.
17 September 2013
0 komentar:
Posting Komentar