Perempuan yang Mempelajari Perempuan? (Melia Wijaya)
Saya : “kamu kenapa deh?”
Teman perempuan: “nggak pa pa kok”
Saya : “beneran?”
Teman perempuan : “i’m fine”
Sounds familiar, guys? Yeah, women*big grin*
Mati kutu deh kalau kata keramat ini keluar. Haha.. Sebagai perempuan saya sendiri tak jarang mati kutu menghadapi teman atau sahabat yang melontarkan kata seperti diatas. Rasanya sebal, kesal, dan gregetan. Tak jarang juga pertanyaan “cewek ini maunya apa sih?” ungkap salah seorang teman laki-laki kala ia tak dapat memahami pacarnya. Frustasi. Oh, perempuan.
Dalam budaya Jawa perempuan sering dikaitkan dengan 3M: Masak, Manak lan Macak. Apabila terdapat salah satu hal yang tidak dikuasai biasanya yang bersangkutan mendapat banyak cemooh. Baik dari mertua hingga tetangga. Berbeda dengan perempuan yang tinggal di Ibukota Jakarta. Perempuan sering dihadapkan pada pilihan karir atau ibu rumah tangga? Apabila ia memilih karir, bagaimana perkembangan sang anak? Namun, bila ia memilih ibu rumah tangga, keinginan untuk berkarir bagaimana? Belum lagi tanggapan dan campur tangan dari berbagai belah pihak yang membuat telinga yang mendengar terbakar.
Stereotype perempuan yang bekerja di malam hari seringkali mendapat cap "nakal" dan masih melekat kental pada masyarakat Indonesia. Pelecehan seksual kala perempuan bekerja baik baik pagi maupun malam hari.
Beberapa tahun lalu, berita trafficking tersiar di mana-mana dan baru-baru ini.. Ya, tes keperawanan. Tidak ada kata yang dapat saya lukiskan di sini. Bagaimana bila seorang perempuan kehilangan keperawanannya bukan karena keinginannya, seperti diperkosa? Speechless.
Paparan di atas baru secuil dari isu perempuan. Kala Bu Henny membacakan sekilas apa saja yang akan kami pelajari selama satu semester saya takjub dan speechless. Betapa kompleksnya perempuan ini. Hahaha.. Tentu saja topik-topiknya membuat penasaran, seperti keputusan untuk menikah dan bercerai? Apa saja yang perlu dipertimbangkan? Menarik bukan?
27 Agustus 2013
Teman perempuan: “nggak pa pa kok”
Saya : “beneran?”
Teman perempuan : “i’m fine”
Sounds familiar, guys? Yeah, women*big grin*
Mati kutu deh kalau kata keramat ini keluar. Haha.. Sebagai perempuan saya sendiri tak jarang mati kutu menghadapi teman atau sahabat yang melontarkan kata seperti diatas. Rasanya sebal, kesal, dan gregetan. Tak jarang juga pertanyaan “cewek ini maunya apa sih?” ungkap salah seorang teman laki-laki kala ia tak dapat memahami pacarnya. Frustasi. Oh, perempuan.
Dalam budaya Jawa perempuan sering dikaitkan dengan 3M: Masak, Manak lan Macak. Apabila terdapat salah satu hal yang tidak dikuasai biasanya yang bersangkutan mendapat banyak cemooh. Baik dari mertua hingga tetangga. Berbeda dengan perempuan yang tinggal di Ibukota Jakarta. Perempuan sering dihadapkan pada pilihan karir atau ibu rumah tangga? Apabila ia memilih karir, bagaimana perkembangan sang anak? Namun, bila ia memilih ibu rumah tangga, keinginan untuk berkarir bagaimana? Belum lagi tanggapan dan campur tangan dari berbagai belah pihak yang membuat telinga yang mendengar terbakar.
Stereotype perempuan yang bekerja di malam hari seringkali mendapat cap "nakal" dan masih melekat kental pada masyarakat Indonesia. Pelecehan seksual kala perempuan bekerja baik baik pagi maupun malam hari.
Beberapa tahun lalu, berita trafficking tersiar di mana-mana dan baru-baru ini.. Ya, tes keperawanan. Tidak ada kata yang dapat saya lukiskan di sini. Bagaimana bila seorang perempuan kehilangan keperawanannya bukan karena keinginannya, seperti diperkosa? Speechless.
Paparan di atas baru secuil dari isu perempuan. Kala Bu Henny membacakan sekilas apa saja yang akan kami pelajari selama satu semester saya takjub dan speechless. Betapa kompleksnya perempuan ini. Hahaha.. Tentu saja topik-topiknya membuat penasaran, seperti keputusan untuk menikah dan bercerai? Apa saja yang perlu dipertimbangkan? Menarik bukan?
27 Agustus 2013
0 komentar:
Posting Komentar