Siapa yang Dianggap Feminis? (Venty Nathalia)

     Feminisme kerap kali dipandang sebagai gerakan menuntut persamaan hak antara perempuan dengan laki-laki tetapi dengan tuntutan yang kadang kala berlebihan. Salah satu contohnya, ketika perempuan aktif di luar rumah sedangkan suaminya bertugas dalam hal pengasuhan anak. Perempuan tersebut dianggap lupa kodratnya sebagai perempuan. Perlu diluruskan di sini bahwa perempuan tidak pernah lupa akan kodratnya, karena kodrat itu sendiri adalah “yang terberi”. Perempuan memiliki tiga potensi kodrati, yaitu hamil, melahirkan, dan menyusui.

     Banyak dari kita salah dalam memaknai kata feminis. Feminis itu sendiri adalah pendukung dari kesetaraan perempuan dengan laki-laki. Hal tersebut bukan berarti perempuan menolak tugas-tugas dalam rumahnya dan tidak juga berarti bahwa perempuan harus menguasai semuanya.

     Beberapa orang mengira feminis itu adalah orang yang membenci laki-laki dan bahkan ada yang mengira sudah lama tidak berhubungan dengan laki-laki. Padahal, feminis itu sendiri sangat sederhana dan jelas, yaitu sekedar menjadi setara dengan laki-laki. Sejak awal, perempuan seyogianya sudah menjadi feminis. Perempuan belajar di tempat yang sama dengan laki-laki, perempuan diharapkan memasuki dunia kerja seperti laki-laki, dan dalam pernikahan pun, secara hukum perempuan dan laki-laki itu setara.

     Apabila ada seorang wanita menolak dikatakan feminis, berarti perempuan tersebut belum memahami makna dari feminis itu sendiri. Tidak memiliki feminis sama halnya dengan tidak memiliki hak-hak sebagai perempuan. Hanya saja, feminis dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk. Tidak ada cara yang sama untuk menjadi feminis. Perempuan bisa melakukan hal apa saja apabila perempuan tersebut yakin bahwa ia setara dengan laki-laki dan tidak mengganggu orang lain.

27 Agustus 2013

0 komentar:

Posting Komentar