Psikologi dan Perempuan (Prisco Wirawardhana)

Sebuah quotes akan mengawali tulisan saya kaliini:
“Perempuan adalah tulang rusuk pria.Bila kita menyakiti perempuan maka tanpa sadar kita menyakiti tulang rusuk kitasendiri”

Sejarahperkembangan dunia mencatat rapor merahtentang bagaimana perempuan diperlakukan. Sekitar abad 18, perempuan mengalamimasa kelam seperti adanya diskriminasi. Beberapa diskriminasi pada perempuanyang terjadi pada masa itu seperti pembatasan tingkat pendidikan yang bolehditempuh, tingkat pekerjaan yang diberikan, serta perempuan selalu dianggap sebelah mata. Selain adanyadiskriminasi, adanya pembatasan hak membuat perempuan sulit berkembang. Perempuansulit memilih pilihan hidupnya, dikarenakan pandangan yang keliru mengenaiperan perempuan pada zaman itu.

Sejalan denganadanya diskriminasi dan pembatasan hak pada perempuan, munculnya ilmu psikologipada akhir abad 18 diharapkan dapat menjadi titik terang bagi kaum perempuan.Ilmu Psikologi yang mengkaji bidang perilaku dan proses mental pada manusia diharapkan dapat menyejahterakan manusiatermasuk perempuan. Namun, catatan sejarah perkembangan ilmu psikologi mencatathal lain, dikarenakan para pioneer ilmuPsikologi yang sebagaian besar adalah pria. Para pioneer ilmu Psikologi yang sebagian besar pria dikarenakan adanyapembatasan hak perempuan dalam tingkat pendidikan.

Para pioneer ilmu psikologi lebih banyakmelakukan penelitian dengan subyek pria dibandingkan dengan wanita. Teori-teoriyang berlandaskan penelitian dengan subyek pria itu kemudian mulaidigeneralisasikan pada perempuan, dimana sebenarnya terdapat perbedaan psikologisantara pria dan perempuan. Perbedaan psikologis antara pria dan perempuan padasaat itu kurang diperhatikan. Sehingga ilmu Psikologi pada zaman itu belummemberikan kontribusi yang cukup berarti dalam memberikan solusi bagi diskriminasiyang terjadi pada perempuan.
Pada abad 19,munculnya peneliti-peneliti perempuan seperti Mary Ainsworth, Anna Freud,Leta-Stetter-Hollingworth, Karen Horney, dan Melanie Klein dalam bidang ilmuPsikologi, mengubah wajah ilmu psikologi terutama dalam penelitian tentangperempuan. Terpilihnya Mary Whiton-Calkins sebagai presiden wanita pertama padaAmerican Psychology Association (APA), menunjukanadanya potensi ilmu psikologi dalam memberikan solusi bagi diskriminasi yangterjadi pada perempuan. Potensi tersebut akhirnya terwujud dimana pada tahun1969 Association for Women in Psychology(AWP) dibentuk Tujuan dari AWP adalah untuk memperjuangkan dan meningkatkankesadaran masalah-masalah feminism dalambidang ilmu Psikologi. Perjuangan dalam membahas masalah perempuan terusmengalami kemajuan hingga pada tahun 1973 APA mendirikan divisi baru yaitudivisi 35 (the Society for thePsychology of Women) yang merealisasikan harapan bahwa ilmu Psikologi dapatmenjadi solusi bagi diskriminasi pada perempuan.

Perjuangan terhadapdiskriminasi dan pembatasan hak pada perempuan berlanjut hingga masa kini.Sebuah gerakan dengan tujuan memperjelas, menetapkan, dan mempertahankankesamaan hak wanita pada bidang ekonomi, politik, dan sosial muncul dan dikenaldengan istilah feminism. Orang-orang yang tergabung atau mendukung gerakan ini disebut feminist. Gerakan para feministini mengurangi diskriminasi yang dialami oleh wanita.

Selain gerakan feminism, peran kita adalah mengajarkanmengenai gender dan sex yang benar pada anak-anak. Gender adalah karakteristik maskulinatau feminim pada manusia, sedangkan sex adalahperbedaan antara perempuan dengan laki-laki secara biologis sejak seseorang lahir. Anak-anak harus diajarkan mengenai gender dan sex yang tepat agar tidakmenyebabkan prasangka atau diskriminasi berdasarkan sex yang dikenal dengan sexism.

28 Agustus 2013

0 komentar:

Posting Komentar