Right Decision, Is It Perfect? (Nadia Puspita Ekawardhani)
Pernikahan.... Satu kata ini menjadi salah satu pembahasan menarik bagi Saya di kelas psikologi perempuan pertemuan keempat. Ibu Henny Wirawan, selaku dosen mata kuliah tersebut menjelaskan garis besar mengenai apa saja yang akan dihadapi dalam sebuah pernikahan. Saya setuju dengan pernyataan beliau mengenai budaya timur yang menganut kolektivitas, yang dapat dikatakan apabila terdapat dua individu menikah, sama saja dengan menikahkan dua keluarga, yang berarti seluruh anggota keluarga besar turut berpartisipasi dalam pernikahan tersebut. Menurut saya pribadi pernikahan adalah sebuah langkah besar menuju perjalanan hidup yang berbeda, penuh tanggung jawab, sangat menuntut kemandirian dan peminimalisiran ego, serta kerja sama dengan pasangan dalam membangun dan mempertahankan pilar rumah tangga.
Setiap manusia menginginkan pernikahan atau memiliki pasangan hidup sekali dalam sepanjang hidupnya. Jarang sekali bahkan mungkin tidak ada manusia yang menginginkan perceraian. Saya menulis berdasarkan pandangan wanita karena Saya pribadi adalah seorang wanita. Memilih pasangan untuk dijadikan pacar atau suami tentulah merupakan hal yang berbeda, kecuali apabila wanita tersebut ingin memiliki hubungan dengan lawan jenis hanya satu kali dalam sepanjang hidupnya. Berbeda dengan wanita yang belum terlalu memikirkan pernikahan, ia akan cenderung berpikir untuk mencoba mengenal lebih jauh terlebih dahulu, walaupun bisa saja ketika hubungan tersebut dijalankan, terdapat pikiran-pikiran untuk terus mempertahankan sampai ke pernikahan. Saya dapat berpendapat seperti itu karena Saya pribadi merasakan proses tersebut. Ketika Saya baru memulai hubungan dengan pasangan Saya saat ini, Saya tidak pernah berpikir sampai ke arah pernikahan, namun seiring berjalannya waktu sempat muncul pikiran-pikiran untuk mempertahankan hubungan Saya, kalau bisa, sampai ke pernikahan, di samping terus berusaha mewujudkan cita-cita Saya. Saya juga memiliki teman perempuan yang belum memiliki pacar sampai saat ini dengan alasan, ia ingin menemukan seseorang yang memenuhi kriteria pribadinya sebagai suami. Gagasannya baik, namun sebagai wanita perlu berhati-hati dengan prinsip seperti itu, jangan sampai terlalu berlebihan. Sebaliknya, sebagai wanita juga perlu menjaga dirinya dan menetapkan standart dalam memilih pasangan, walaupun ketika berpacaran.
Setiap wanita di kalangan manapun memiliki kriteria tersendiri dalam memilih pasangan saat berpacaran maupun menikah. Persetujuan keluarga adalah hal yang penting mengingat budaya timur yang berkembang di Indonesia. Terlebih lagi tentunya sebagai orang tua menginginkan yang terbaik bagi anaknya. Oleh karena banyak faktor yang perlu dipikirkan dalam memilih pasangan hidup, penseleksian pun terkadangan menjadi suatu hal yang rumit. Pacaran bertahun-tahun saja belum tentu pada akhirnya melangkah ke jenjang pernikahan. Saya memiliki beberapa teman yang berpacaran lebih dari tiga tahun, namun pada akhirnya mereka mengakhiri hubungan mereka dengan beberapa pertimbangan, sedangkan teman Saya yang lain berpacaran belum sampai satu tahun, sudah memutuskan untuk menikah (tanpa "kecelakaan"). Oleh sebab itu, bagi para wanita, baik yang telah memiliki pasangan dalam hubungan yang bukan hanya sekadar mencoba, maupun yang sedang dalam proses pencarian dan pemutusan pasangan hidup, cobalah untuk berpikir apakah pribadi seperti Dia yang akan menemani Anda hingga akhir usia Anda? Apakah pribadi Anda dan Dia dapat dipersatukan untuk saling bekerjasama dan menopang? Make a perfect choice, Ladies!
0 komentar:
Posting Komentar