Lesson one (Adhina Kumala)

Kira-kira dua minggu yang lalu, kelas kami memperoleh tugas mewawancarai psikolog atau tenaga ahli di bidang PIO/ Pendidikan/ Klinis. Jadi yang kami perlu lakukan untuk tugas tersebut adalah mewawancarai seorang psikolog atau tenaga ahli dari salah satu bidang dimana bidangnya ditentukan secara acak untuk masing-masing kelompok. Wawancara tersebut bertujuan untuk mencari tahu bagaimana gambaran aplikasi teknik wawancara dalam pekerjaan mereka. Susunan pertanyaan untuk sesi wawancara telah disediakan oleh Ibu Henny. Kemudian, hasil wawancara kami susun dalam bentuk makalah dan powerpoint slide yang harus kami presentasikan dalam kelas.

Nah, kelompok saya (terdiri dari tiga individu: saya sendiri, Agustin dan Lupita) mendapat bagian mewawancari tenaga ahli di bidang pendidikan. Kebetulan Agustin mempunyai kenalan guru BK di suatu sekolah yang terletak di daerah Puri, jadi dia langsung membuat appointment dengan beliau. Pada malam sebelum hari H wawancara, jujur saya malah tidur2an di kasur sambil ketawa-ketiwi menonton video di Youtube. Benar2 tidak ada persiapan sama sekali. Berhubung daftar pertanyaan sudah ada, jadi rasanya tenang *sampai2 lupa diri*. Melirik daftar pertanyaannya pun tidak. Sebenarnya, saya juga sempat lupa membawa daftar pertanyaannya dan baru ingat keesokan harinya ketika kami bertiga sudah on the way ke sekolah tersebut (untung Agustin sudah mendownload daftar pertanyaan di iPadnya). Ketika sampai di sekolah, kami menunggu sekitar 10-20 menit dan akhirnya beliau-pun tiba di kantor BK.
Kami memperkenalkan diri terdahulu kemudian kami dipersilakan duduk di ruangan beliau. Sebelum wawancara dimulai, Lupita meminta izin untuk menggunakan alat perekam (yang ada di handphone) selama proses wawancara berlangsung, guna membantu kami dalam mengingat ketika menyusunan hasil wawancara nanti. Saya bertugas dalam mencatat apa yang dibicarakan oleh beliau nanti (untuk berjaga2, siapa tahu nanti handphone-nya mulai ‘nge-hang‘ ). Sedangkan Agustin yang mengajukan pertanyaan.

panduan pertanyaan
daftar pertanyaan untuk wawancara hari itu
     Setelah Agustin selesai mengajukan semua pertanyaan yang terdapat pada panduan, beliau juga turut memberikan penjelasan tambahan mengenai perbedaan wawancara dan konseling. Menurut beliau, wawancara adalah teknik untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditentukan. Sedangkan, dalam konseling terdapat suatu permasalahan yang coba diatasi secara dua arah dan bukan hanya sekedar mendapat informasi dari subjek.
     Berhubung proses wawancara berlangsung singkat, jadi kami mengambil kesempatan untuk bertanya2 lebih lanjut. Nah kebetulan pada saat ini lah saya mengajukan pertanyaan yang mengundang kritikan yang membangun dari beliau. Waktu itu pertanyaan saya: “biasanya masalah murid2 SMA ini apa ya bu?”. Kemudian beliau (kalau tidak salah) mengulang pertanyaan saya dan ia mengingatkan kepada kami bahwa tujuan kami wawancara dengan beliau adalah untuk menggali informasi mengenai teknik wawancara akan tetapi saya malah menanyakan tentang masalah-masalah yang dialami oleh murid SMA. “oh iya yaa”, pikir saya. Kemudian beliau mengingatkan kepada kami bahwa kami perlu melakukan persiapan yang matang sebelum wawancara. Harus ingat dengan tujuan dan sasaran wawancara agar informasi yang kami peroleh tepat dengan sasaran. Ketika beliau bicara seperti itu, saya jadi terbayang diri saya yang lagi ketawa-ketiwi di atas kasur kemarin malamnya. Ck ck ck, I’ve taken things for granted. Since the questions were already prepared before hand by bu Henny, so I thought we’re basically done… there’s nothing else to do. Ternyata persiapan memang harus dilakukan. Ketika wawancara berlangsung pun kita harus fokus pada tujuan dan sasaran. We just earned a lesson from it. Kemudian ditambah dengan adanya pelajaran Teknik Wawancara di bawah bimbingan Ibu Henny dan Ibu Tasya, kami akan mencoba menyerap ilmu sebanyak-banyaknya dari kelas tersebut. We will try our hardest to improve in the future.

16 September 2013

0 komentar:

Posting Komentar